OLEH : SURYA NINGRAT.S 2720130024 APA ITU VSD ? VSD (Ventrikulare Septum Defek) adalah suatu keadaan dimana ventrikel tidak terbentuk secara sempurna sehingga pembukaan antara ventrikel kiri dan kanan terganggu, akibat darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat systole. Gangguan fungsional lebih tergantung pada ukurannya dan keadaan bantalan vaskuler paru, dari pada lokasi defek. Besarnya defek bervariasi mulai dari ukuran millimeter (mm) sampai dengan centimeter (cm),
a. VSD kecil : diameter sekitar 1-5 mm,
pertumbuhan anak dengan keadaan ini masih normal walaupun ada kecenderungan terjadi infeksi saluran pernafasan. b. VSD sedang - sangat besar : diameter lebih dari setengah ostium aorta, tekanan ventrikel kanan biasanya meninggi. ETIOLOGI Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 25% dari seluruh kelainan jantung. Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma.VSD lebih sering ditemukan pada anak-anak dan seringkali merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Pada anak-anak, lubangnya sangat kecil, tidak menimbulkan gejala dan seringkali menutup dengan sendirinya sebelum anak berumur 18 tahun. Pada kasus yang lebih berat, bisa terjadi kelainan fungsi ventrikel dan gagal jantung. VSD bisa ditemukan bersamaan dengan kelainan jantung lainnya. Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD: 1. Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil. 2. Gizi ibu hamil yang buruk 3. ibu yang alkaholik. 4. Usia ibu di atas 40 tahun. 5. Ibu yang menderita diabetes. 6. Ibu peminum obat penenang. Faktor genetik ( endogen) : 1. Anak yang lahir sebelumnya PJB. 2. Ayah atau ibu PJB 3. Kelainan kromosom( sindrom down) 4. Lahir dengan kelainan bawaan lain. PATOFISIOLOGI Darah arterial mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan melalui defek pada septum intraventrikular. Perbedaan tekanan yang besar membuat darah mengalir dengan deras dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan menimbulkan bising. Darah dari ventrikel kanan didorong masuk ke arteri pulmonalis. Semakin besar defek, semakin banyak darah masuk ke arteri pulmonalis. Tekanan yang terus-menerus meninggi pada arteri pulmonalis akan menaikan tekanan pada kapiler paru. Mula-mula naiknya tekanan kapiler ini masih reversibel (belum ada perubahan pada endotel dan tunika muskularis arteri-arteri kecil paru), tetapi kemudian pembuluh darah paru menjadi sklerosis dan akan menyebabkan naiknya tahanan yang permanen. Bila tahanan pada arteri pulmonalis sudah tinggi danpermanen, tekanan pada ventrikel kanan juga jadi tinggi dan permanen. VSD ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel biasanya dari kiri ke kanan. MANIFESTASI KLINIS 1. Pada VSD kecil: biasanya tidak ada gejala-gajala. Bising pada VSD tipe ini bukan pansistolik,tapi biasanya berupa bising akhir sistolik tepat sebelum S2. 2. Pada VSD sedang: biasanya juga tidak begitu ada gejala- gejala, hanya kadang-kadang penderita mengeluh lekas lelah., sering mendapat infeksi pada paru sehingga sering menderita batuk. 3. Pada VSD besar: sering menyebabkan gagal jantung pada umur antara 1-3 bulan, penderita menderita infeksi paru dan radang paru. Kenaikan berat badan lambat. Kadang-kadang anak kelihatan sedikit sianosis gejala-gejala pada anak yang menderitanya, yaitu; nafas cepat, berkeringat banyak dan tidak kuat menghisap susu. Apabila dibiarkan pertumbuhan anak akan terganggu dan sering menderita batuk disertai demam. KOMPLIKASI 1. Gagal jantung kronik 2. Endokarditis infektif 3. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonary 4. Penyakit vaskular paru progresif 5. kerusakan sistem konduksi ventrikel, Ro toraks memperlihatkan kardiomegali dengan pembesaran LA, LV, dan kemungkinan RV.Terdapat peningkatan PVM. Derajat kardiomegali dan peningkatan PVMsesuai dengan bertambahnya besar defek VSD. Bila telah terjadi PVODmaka gambaran lapangan paru akan iskemik dan segmen PA akanmembesar 6. Kelainan fungsi ventrikel 7. Gagal jantung 8. Obtruksi pembuluh darah pulmonal (Hipertensi Pulmonal) 9. Aritmia 10. Henti jantung PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. EKG 2. GAMBARAN RADIOLOGI THORAX 3. ECHOCARDIOGRAFI ASUHAN KEPERAWATAN A.Pengkajian 1. Riwayat kesehatan 2. Keadaan umum 3. pemeriksaan fisik - sistem pernafasan - sistem kardiovaskuler - pengkajian gastrointestinal - pengkajian genitourenaria - Pengkajian neuromuskuloskelet - pengkajian kulit - temperatur - faktor prenatal - faktor genetik DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Penurunan curah jantung b/d Malformasi jantung 2. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti pulmonal. 3. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan rasio ventilasi perfusi. 4. Gangguan tumbuh kembang b/d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan. 5. Kerusakan integritas kulit b/d edema dan gangguan perfusi jaringan. 6. Ansietas b/d status hospitalisasi anak, kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi anaknya. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Penurunan curah jantung b/d malformasi jantung Tujuan : Klien menunjukkan tanda vital dalam batas yang normal yang ditandai dengan: disritmia terkontrol, tidak sesak, bebas dari gagal jantung. Intervensi : 1) Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit. Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukan menurunnya nadi perifer. Pucat menunjukan menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap tidak adekuatnya curah jantung. 2) Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membrane mukosa, clubbing). Rasional : Sianosis dapat terjadi sebagai refraktori GJK. Area yang sakit sering berwarnabiru atau belang karena peningkatan kongesti vena. 3) Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, tachikardia, tachipnea, sesak, lelah saat minum susu, periorbital edema, oliguria) Rasional : Tanda-tanda CHF merupakan indikator penilaian terhadap adanya gagal jantung dan untuk menentukan intervensi selanjutnya. 4) Berkolaborasi dalam pemberian digoxin order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toksisitas. Rasional : Insiden toksisitas tinggi (20%) karena sempitnya batas antara rentang terapeutik dan toksik. Digoxin harus dihentikan pada adanya kadar obat toksik, frekuensi jantung lambat. 5) Berikan pengobatan untuk menurunkan after load. Rasional : Obat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti. 6) Berikan diuretika sesuai indikasi. Rasional : Tipe dan dosis diuretic tergantung pada gagal jantung. Penurunan pre load paling banyak digunakan dalam mengobati pasien dengan curah jantung relative normal ditambah dengan gejala kongesti. 2. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti pulmonal Tujuan : Klien dapat menunjukan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat pada jaringan serta tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru, yang ditandai dengan klien bebas dari gejala distress pernapasan. Intervensi :
1) Monitor kualitas dan irama pernapasan.
Rasional : Jalan napas yang kolaps dapat menurunkan jumlah alveoli yang berfungsi, secara negative mempengaruhi pertujaran gas. 2) Berikan posisi semi fowler pada anak. Rasional : Menurunkan konsumsi atau kebutuhan oksigendan mempermudah pernapasan yang meningkatkan kenyamanan fisiologi dan psikologi. 3) Anjurkan kepada klien untuk istirahat yang cukup. Rasional : Istirahat akan membantu respon klien terhadap aktivitas dan kemampuan berpartisipasi dalam perawatan. 4) Anjurkan klien untuk batuk efektif, napas dalam. Rasional : Membersihkan jalan napas dan memudahkan aliran oksigen. 5) Berikan oksigen jika ada indikasi. Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang dapat memperbaiki atau menurunkan hipoksemia jaringan. 6) Berikan obat diuretika seperti lasix. Rasional : Menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan pertukaran gas. 3. Intoleran aktifitas b/d kelemahan Tujuan : Klien dapat mempertahankan aktivitas yang adekuat dan anak akan berpartisipasi dalam aktivitas yang dilakukan oleh anak seusianya, yang ditandai dengan menurunkan kelemahan dan kelelahan serta tanda vital dalam batas normal selama beraktivitas. Intervensi : 1) Periksa tanda vital sebelum dan selama aktivitas, terutama bila pasien menggunakan vasodilator atau diuretik. Rasional : Tanda-tanda vital dapat berubah setelah melakukan suatu aktivitas efek akibat obat (vasodilatasi), perpindahan cairan (diuretik) dapat mempengaruhi fungsi jantung. 2) Ijinkan anak untuk beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur. Rasional : Dengan memenuhi istirahat tidur dapat menghemat energi dan membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. 3) Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan. Rasional : Dengan permainan dan aktivitas ringan dapat mencegah kerja jantung secara tiba-tiba. 4) Berikan periode istirahat setelah melakukan aktivitas. Rasional : Memenuhi kebutuhan aktivitas atau permainan anak tanpa mempengaruhi stress miokard atau kebutuhan oksigen yang berlebihan. 5) Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau dingin. Rasional : Suhu lingkungan yang panas atau dingin dapat mengganggu rasa aman nyaman anak sehingga ia sering malas untuk beraktivitas.