Gnaps VS SN
Gnaps VS SN
Ana Mariya
Preseptor:
Dr. Fetria faisal Sp.A
Glomerulonefritis Akut Pasca
Streptokokus
(GNAPS)
• GNA >> dijumpai pada anak GNAPS
4. Hipertensi
Terjadi minggu pertama dan menghilang bersamaan dengan
menghilangnya gejala klinik yang lain.
5. oligouria
Edema paru
gejala klinik: batuk, sesak napas dan
sianosis,
Pem. Fisik : rhonki basah kasar /halus
Proteinuria Hematuria
berkisar antara negatif sampai
dengan ++,
eritrosit dalam urin
proteinuria +++
pertimbangkan gejala SN
atau hematuria makroskopik penting untuk
melacak lebih lanjut
proteinuria biasanya kurang kemungkinan suatu
dari 2 gram/m2 LPB/24 jam glomerulonefritis
a. Reaksi serologis
• Infeksi streptokokus pada GNA menyebabkan reaksi serologis
terhadap produk-produk ekstraselular streptokokus,
Edema paru
Istirahat • Tirah baring
a. Bendungan sirkulasi
• Bila terjadi edema berat atau tanda-tanda edema paru
akut, harus diberi diuretik furosemid
b. Hipertensi
• hipertensi ringan istirahat cukup dan pembatasan
cairan yang baik, tekanan darah bisa kembali normal
dalam waktu 1 minggu.
• hipertensi sedang atau berat diberi kaptopril (0,3-2
mg/kgbb/hari) atau furosemid atau kombinasi
keduanya.
SINDROM NEFROTIK (SN)
PENDAHULUAN
• SN merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering
dijumpai pada anak
• Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 per tahun pada anak berusia kurang dari
14 tahun
• Amerika Serikat dan Inggris adalah 2-7 kasus baru per 100.000 anak per
tahun, dengan prevalensi berkisar 12 – 16 kasus per 100.000 anak
• Terapi inisial
Penatalaksanaan
• SN kambuh/relaps
– SN remisi yang mengalami proteinuria kembali ≥ ++ tetapi tanpa
edema, sebelum pemberian prednison, dicari lebih dahulu pemicunya,
biasanya infeksi
– Infeksi : diberikan antibiotik 5-7 hari proteinuria hilang : tidak perlu
diberikan pengobatan relaps
– Bila sejak awal proteinuria ≥ ++ disertai edema, maka diagnosis relaps
dapat ditegakkan, dan prednison mulai diberikan.
Penatalaksanaan
– Levamisol
• Levamisol terbukti efektif sebagai steroid
sparing agent
• Levamisol diberikan dengan dosis 2,5 mg/kgbb
dosis tunggal, selang sehari, selama 4-12 bulan.
Penatalaksanaan
• Sitostatika
– Yang paling sering digunakan pada SN anak adalah siklofosfamid (CPA)
atau klorambusil
• Siklofosfamid dapat diberikan peroral dengan dosis 2-3
mg/kgbb/hari dalam dosis tunggal maupun secara intravena atau
puls
• CPA puls diberikan dengan dosis 500 – 750 mg/m2 LPB, yang
dilarutkan dalam 250 ml larutan NaCL 0,9%, diberikan selama 2
jam. 7 dosis dengan interval 1 bulan
• Klorambusil diberikan dengan dosis 0,2 – 0,3 mg/kg bb/hari
selama 8 minggu
• Pengobatan klorambusil terbatas karena efek toksik berupa kejang
dan infeksi
Penatalaksanaan
• Siklosporin (CyA)
– dosis 4-5 mg/kgbb/hari (100-150 mg/m2 LPB)
– Dosis tersebut dapat mempertahankan kadar siklosporin darah
berkisar antara 150-250 ng/mL
– Pada SN relaps sering atau dependen steroid, CyA dapat
menimbulkan dan mempertahankan remisi, sehingga
pemberian steroid dapat dikurangi atau dihentikan, tetapi bila
CyA dihentikan, biasanya akan relaps kembali (dependen
siklosporin)
Penatalaksanaan
• SN Resisten Steroid
– Pengobatan SN resisten steroid (SNRS) sampai sekarang belum
memuaskan
– Pada pasien SNRS sebelum dimulai pengobatan sebaiknya dilakukan
biopsi ginjal untuk melihat gambaran patologi anatomi, karena
gambaran patologi anatomi mempengaruhi prognosis
PENATALAKSANAAN
• Infeksi
• Kelainan koagulasi dan trombosis
• Pertumbuhan abnormal
• Perubahan hormon dan mineral
• Anemia
PROGNOSIS
• Prognosis umumnya baik, kecuali pada keadaan-keadaan sebagai
berikut :
• Menderita untuk pertama kalinya pada umur di bawah 2 tahun atau di atas 6
tahun
• Disertai oleh hipertensi
• Disertai hematuria
• Termasuk jenis sindrom nefrotik sekunder
• Gambaran histopatologik bukan kelainan minimal
• > 80% sindrom nefrotik primer memberi respons yang baik terhadap
pengobatan awal dengan steroid
• 50% di antaranya akan relapse berulang dan sekitar 10% tidak memberi
respons lagi dengan pengobatan steroid
GNAPS SN
Ditandai dengan hematuria, Ditandai dengan proteinuria
edema, masif (≥2+),
hipertensi dan penurunan fungsi hipoalbuminemia (<2,5 gr/dl),
ginjal edema, dan
hiperkolesterolemia (>200 mg/dl)