Anda di halaman 1dari 130

Aku Malaikat Bersayap

Khairunnisa Nugrahenni
405100210
Psikotik
• Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai
dengan ketidak mampuan individu menilai
kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat
halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh.
• Halusinasi 
– pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun
pada panca indra seorang pasien, yang terjadi
dalam keadaan sadar, dasarnya mungkin organik,
fungsional, psikotik ataupun histerik.
• Waham 
– Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak
sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan
inteligensi dan latar belakang kebudayaannya,
biarpun dibuktikan kemustahilan hal itu.
Teori Skizofrenia
• Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis
dengan variasi psikopatologi, biasanya
berat, berlangsung lama dan ditandai
oleh penyimpangan dari pikiran, persepsi
serta emosi
• gangguan kognitif, emosi, persepsi, dan
aspek perilaku yg lain.
Skizofrenia
• Gangguan ini melibatkan fungsi yang paling mendasar yang
memberikan kepada orang normal suatu perasaan
kepribadian (individuality), keunikan, dan pengarahan diri
(self-direction)
• Pikiran, perasaan dan perbuatan yang paling intim/mendalam
sering terasa diketahui oleh atau terbagi rasa dengan orang
lain, dan waham – waham dapat timbul, yang menjelaskan
bahwa kekuatan alami dan supernatural sedang bekerja
mempengaruhi pikiran dan perbuatan penderita dengan cara
– cara yang sering tidak masuk akal atau bizarre
• Halusinasi, terutama auditorik, lazim dijumpai dan mungkin
memberi komentar perilaku dan pikiran individu itu
Skizofrenia
• Persepsi sering terganggu secara lain pula: warna – warna
atau suara – suara berubah menjadi amat intensif atau
berubah dalam kualitasnya, dan gambaran yang tidak relevan
mengenai benda atau hal yang biasa (sehari – hari) dapat
tampak menjadi lebih penting daripada objek atau situasi
keseluruhannya
• Kebingungan pada awal penyakit  sering mengakibatkan
keyakinan bahwa situasi sehari – hari itu benar memiliki suatu
makna khusus, biasanya bernada seram/mengancam, yang
ditujukan secara khas pada inidividu tersebut
Sejarah
• Emil Kraepelin : demensia prekoks. Cirinya
pasien mengalami penurunan kognitif &
perilaku, serta ada halusinasi & waham.
• Eugene Bleuler : schizophrenia. Tdk hrs ada
penurunan kognitif & perilaku, tp ada
perubahan personality, “dissociative identity
disorder”
Epidemiologi
• Prevalensinya di Amerika Serikat, dilaporkan bervariasi (1
- 1,5 %)
– angka insidens 1:10.000 orang/ tahun.
• Berdasarkan jenis kelamin : prevalensi sama
– Onset u/ laki laki : 15-25 tahun
– Onset u/ wanita : 25-35 tahun.
– Prognosisnya adalah lebih buruk pada laki laki dibandingkan
wanita.
• Suicide could be found in schizophrenia cases:
– 50 % attempted suicide 1 X in their live
– 10-15 % schizophrenia patients died because of
suicide
Etiologi
1. Faktor genetika
2. Model diatesis – stress
3. Faktor neurobiologi
4. Faktor psikososial
1. Faktor genetika
• Prevalensi (saddock 2003)
– Populasi umum 1%
– Saudara kandung pasien skizofren 8%
– Anak dengan salah satu orang tua skizofren 12%
– Kembar 2 telur dari pasien skizofren 12%
– Anak dengan kedua orang tua skizofren 40%
– Kembar satu telur dengan pasien skizofren 47%
2. Model diatesis-stress
• Integrasi faktor biologis, psikososial dan lingkungan
• Seseorang mungkin mempunyai kerentanan fisik
yang jika dipengaruhi oleh lingkungan yang
menimbulkan stress dapat menyebabkan skizofrenia
• Stress dapat berupa
– Biologis  infeksi
– Psikologis  kematian orang terdekat
• Pada model ini, stressor sebesar apapun tidak akan
menimbulkan skizofrenia jika orang yang
bersangkutan tidak mempunyai kerentanan fisik
3. Model neurobiologi
(Faktor biokimia)
– Dopamin
• Schizophrenia timbul krn aktivitas dopaminergik.
Alasannya adlh :
– Kebanyakan obat antipsikotik sifatnya adlh sbg antagonis
reseptor dopamin tipe 2.
– Obat yg meningkatkan efek dopaminergik (kokain, amfetamin)
bersifat psikomimetik.
• Masih tdk jelas apakah peningkatan aktivitas
dopaminergik disebabkan oleh :
– Pengeluaran dopamin yg berlebihan
– Terlalu bnyk reseptor dopamin
– Reseptor dopamin sangat sensitif trhdp dopamin
– Kombinasi dr mekanisme tersebut
• Faktor biologis
– Penyebab skizofrenia umumnya tidak diketahui
– Integrasi teori biologis
• Daerah otak utama yang terlibat dalam skizofrenia adalah
struktur limbik, lobus frontalis, ganglia basalis
• Dari hasil penelitian pada kembar yang tidak sama-sama
menderita skizofrenia, didapatkan kembar yang memiliki
skizofrenia mempunyai peningkatan aliran darah yang
lebih kecil dari korteks frontalis dorsolateral saat
melakukan prosedur aktivasi=psikologis
– Hipotesis dopamin
• Skizofrenia disebabkan dari terlalu banyaknya aktivitas
dopaminergik
– Neurotransmitter lainnya
• Serotonin
– Antagonisme pada reseptor serotonin tipe 2 penting untuk
menurunkan gejala psikotik dan menurunkan perkembangan
gangguan gerakan berhubungan dengan antagonnisme D2
• Norepinefrin
– Sistem noradrenergik memodulasi sistem dopaminergik dalam
cara tertentu sehingga kelainan sistem noradrenergik
mempredisposisikan pasien untuk sering relaps
• Asam amino (GABA)
– Beberapa pasien skizofrenia, mengalami kehilangan neuron
GABA dalam hipokampusnya
– Neuropatologi
• Sistem limbik
– Adanya suatu penurunan ukuran daerah amigdala,
hipokampus, girus parahipokampus
• Ganglia basalis
– Ganglia basalis terlibat dalam pergerakan, dengan
demikian patologi pada ganglia basalis ini
dihubungan dengan patofisiologi dengan skizofrenia
– Ganglia basalis timbal balik dengan lobus frontalis,
sehingga meningkatkan kemungkinan kelainan pada
lobus frontalis yang terlihat pada beberapa
pemeriksaan disebabkan oleh lesi patologi didalam
ganglia basalis
– Psikoneuroimunologi
• Sejumlah kelainan imun telah dihubungan dengan pasien
skizofrenia
• Penurunan produksi IL-2 sel T, penurunan jumlah dan
responsivitas limfosit perifer, kelainan pada reaktivitas seluler,
dan humoral terhadap neuron dan adanya antibodi yang
diarahkan ke otak

– Psikoneuroendokrinologi
• Banyak penelitian menggambarkan perbedaan neuroendokrin
antara kelompok skizofrenia dengan kelompok normal
• Contohnya, tes supresi dexametason abnormal pada sekelompok
pasien skizofrenia, penurunan konsentrasi LH/FSH kemungkinan
dihubungan dengan onset usia dan lamanya penyakit
• Penumpulan pelepasan prolaktin dan hormon pertumbuhan
terhadap stimulasi GnRH/TRH dan penumpulan pelepasan
hormon pertumbuhan terhadap stimulasi apomorphine yang
dikorelasikan dengan adanya gejala negatif
4. Faktor psikososial
• Teori psikoanalitik
– Freud mengatakan bahwa gangguan psikosis
merupakan konflik antara ego dan dunia luar
– Kerusakan ego memberikan kontribusi munculnya
gejala skizofrenia  regresi sebagai respon terhadap
frustasi dan konflik
– Harry stack sullivan  kesulitan interpersonal yang
terjadi sebelumnya
– Kerusakan ego mempengaruhi interpretasi terhadap
realitas dan kontrol dorongan dari dalam seperti seks
dan agresi
• Teori psikodinamik
– Simptom positif diasosiasikan dengan onset akut
terhadap faktor pemicu/pencetus dan erat kaitannya
dengan konflik
– Simptom negatif erat kaitannya dengan faktor biologis
dan karakteristiknya adalah absennya perilaku/fungsi
tertentu
– Gangguan hubungan interpersonal mungkin timbul
akibat konflik intrapsikis, mungkin juga akibat
kerusakan ego yang mendasar
– Simptom-simptom psikotik memiliki makna dalam
skizofrenia misalnya waham kebesaran muncul
setelah harga dirinya terluka
• Teori belajar
– Menurut teori ini, seseorang menjadi
skizofrenia karena pada masa kanak-kanak
ia belajar pada model yang buruk
– Ia mempelajari reaksi dan cara pikir yang
tidak rasional dengan meniru orang tuanya,
yang mungkin juga memiliki gangguan
emosional
• Teori tentang keluarga
– Double bind
• Anak menerima pesan yang bertolak belakang
dari orang tua berkaitan dengan perilaku,
perasaan atau tingkah lakunya
• Akibatnya anak menjadi bingung menentukan
mana yang benar sehingga menarik diri
kedalam keadaan psikotik untuk melarikan diri
dari konfliknya
• Teori tentang keluarga
–Schimz and skewed families
–Pseudomutual and pseudohostiles
families
–Ekspresi emosi
• Teori sosial  industrialisasi dan
urbanisasi
Fase
• Fase Prodromal :
– gejala non spesifik
– lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun
sebelum onset psikotik menjadi jelas, meliputi : hendaya fungsi
pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan
fungsi perawatan diri.
– Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta
membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan
“orang ini tidak seperti yang dulu”.

• Fase Aktif :
– gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku
katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan
afek.
• Fase Residual :
– gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala
positif / psikotiknya sudah berkurang.

• Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga


fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami
gangguan kognitif
– berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan
peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi,
konsentrasi, hubungan sosial)
GEJALA PRIMER
(Bleuler, 1857-1938)

1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, dan


isi pikiran)
– Terutama asosiasi
– Terdapat pergantian maksud
– Sering digunakan arti simbolik
– Terdapat inkoherensi
– Kecenderungan menyamakan hal-hal
– Kadang terdapat blocking (pikiran terhenti) beberapa
lama
– Kadang terdapat pressure of thoughts (ide2 yg tidak
dikehendaki)

SCHIZOPHRENIA
GEJALA PRIMER
(Bleuler, 1857-1938)

2. Gangguan afek dan emosi


– Kedangkalan afek dan emosi (acuh tak acuh,
perasaan halus menghilang)
– Parathimi (apa yang seharusnya menimbulkan rasa
senang malah menimbulkan rasa sedih)
– Paramimi (penderita merasa senang tetapi ia
menangis)
– Kadang-kadang antara emosi dan afek serta
ekspresinya tidak sesuai
– Emosi yang berlebihan, terlihat seperti dibuat-buat
– Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan
emosi yang baik
– Ambivalensi pada afek
SCHIZOPHRENIA
GEJALA PRIMER
(Bleuler, 1857-1938)

3. Gangguan kemauan
– Kelemahan kemauan
– Tidak dapat mengambil keputusan
– Tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan
– Kadang penderita dapat melamun selama
berhari-hari
– Negativisme
– Ambivalensi kemauan
– Otisme

SCHIZOPHRENIA
GEJALA SEKUNDER
(Bleuler, 1857-1938)

1. Waham
– Sering tidak logis dan aneh
– Menurut pasien, wahamnya merupakan fakta
– Pasien tidak mengubah sikapnya yang mungkin
bertentangan dengan wahamnya
– Mayer-Gross, membagi waham mjd 2:
• Waham primer: timbul secara tidak logis sama sekali,
tanpa penyebab eksternal
• Waham sekunder: biasanya logis
– Waham dinamakan menurut isinya

SCHIZOPHRENIA
GEJALA SEKUNDER
(Bleuler, 1857-1938)

2. Halusinasi
– Timbul tanpa penurunan kesadaran
– Sering: halusinasi pendengaran dalam bentuk
suara-suara manusia, bunyi barang-barang, atau
siulan
– Jarang: halusinasi penciuman, halusinasi citarasa,
halusinasi singgungan, halusinasi visual (lebih
sering pada psikosa akut yang berhubungan dgn
sindroma otak organik)

SCHIZOPHRENIA
GEJALA SEKUNDER
(Bleuler, 1857-1938)

3. Gejala psikomotor / gejala katatonik / gangguan


perbuatan
– Gerakan kaku
– Pada penderita stupor tidak ada pergerakan sama sekali
– Mutisme, dapat disebaban oleh waham (sesuatu yang
melarangnya bicara), negativistik, atau hubungan dengan
dunia luar sudah hilang
– Tidak jarang tdp hiperkinesia
– Terus menerus berbicara (logorea)
– Kadang penderita membuat kata-kata baru (neologisme)
– Stereotipi
– Manerisme
– Katalepsi
– Negativisme X otomatisme

SCHIZOPHRENIA
GEJALA NEGATIF GEJALA POSITIF

• Pendataran atau • Asosiasi longgar


penumpulan afektif • Halusinasi
• Kemiskinan pembicaraan
atau isi pembicaraan • Perilaku aneh
• Penghambatan • Bertambah banyaknya
• Dandanan yang buruk pembicaraan
• Tidak adanya motivasi
• Anhedonia
• Penarikan sosial
• Defek kognitif
• Defisit perhatian

SCHIZOPHRENIA
Diagnosis
• Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)
– “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang
atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran
ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda
; atau
“thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal);
dan
“thought broadcasting”= isi pikiranya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya;
– “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
“delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari
luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk
kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran,
tindakan, atau penginderaan khusus);
“delusional perception” = pengalaman indrawi yang
tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasnya bersifatmistik atau mukjizat;
– Halusinasi auditorik:
• suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau
• mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka
sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau
• jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian
tubuh.
– Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut
budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu
yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan
dunia lain)
• Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas:
– halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja,
apabila disertai baik oleh waham yang mengambang
maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu
atau berbulan-bulan terus menerus;
– arus pikiran yang terputus (break) atau yang
mengalami sisipan (interpolation), yang berkibat
inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan,
atau neologisme;
– perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah
(excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
– gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis,
bicara yang jarang, dan respons emosional yang
menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Subtipe Skizofrenia
F20.0 Skizofrenia paranoid
F20.1 Skizofrenia hebefrenik
F20.2 Skizofrenia katatonik
F20.3 Skizofrenia tak terinci
(undifferentiated)
F20.4 Depresi pasca-skizofrenia
F20.5 Skizofrenia residual
F20.6 Skizofrenia kompleks
F20.8 Skizofrenia lainnya
F20.9 Skizofrenia YTT
F20.0 Skizofrenia Paranoid
• Gambaran klinis didominasi oleh waham – waham
yang secara relatif stabil, sering kali bersifat paranoid,
biasanya disertai oleh halusinasi, terutama halusinasi
pendengaran dan gangguan persepsi
• Gangguan afektif, dorongan kehendak (volition) dan
pembicaraan serta gejala – gejala katatonik tidak
menonjol
Perjalanan penyakit
• Dapat terjadi secara episodik, dengan remisi
sebagian atau sempurna atau bersifat kronis.
• Pada kasus – kasus yang kronis, gejala yang nyata
menetap selama bertahun – tahun dan sukar untuk
membedakan episode – episode yang terpisah
• Onset cenderung terjadi pada usia yang lebih tua
daripada bentuk – bentuk hebefrenik dan katatonik
Manifestasi klinik
• Gejala paranoid yang paling umum :
– Waham – waham kejaran, rujukan (reference),
“exalted birth” (merasa dirinya tinggi, istimewa), misi
khusus, perubahan tubuh atau kecemburuan
– Suara – suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa
bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing)
– Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau
bersifat seksual, atau lain – lain perasaan tubuh;
halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol
Skizofrenia Paranoid
Pedoman diagnostik
• Kriteria umum skizofrenia harus dipenuhi
• Halusinasi dan atau waham harus menonjol, sedangkan
gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta
gejala katatonik secara relatif tidak nyata
• Halusinasi biasanya seperti yang diuraikan di atas (manifestasi
klinik 2,3)
• Waham dapat berupa hampir setiap jenis tetapi waham
dikendalikan, dipengaruhi (influence), atau “passivity”, dan
keyakinan dikejar – kejar yang bernake ragam adalah yang
paling khas
Diagnosis banding
• Penting untuk menyingkirkan diagnosis epilepsi dan
psikosis yang diinduksi oleh obat – obatan dan harus
diingat bahwa waham kejaran mungkin hanya
mempunyai bobot diagnostik yang tak berarti pada
orang – orang yang berasal dari negara/budaya
tertentu
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
• Suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan afektif
yang tampak jelas, dan secara umum juga dijumpai
waham dan halusinasi yang bersifat mengambang
secara terputus – putus (fragmentary), perilaku yang
tak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan,
serta umumnya mannerisme

• Mulai antara umur 15 dan 25 tahun


Manifestasi klinik
• Suasana perasaan (mood) pasien dangkal dan tidak wajar
(inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau
perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendiri (self-
absorbed smiling), atau oleh sikap yang angkuh/agung (lofty
manner); tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme,
mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan yang
hipokondrik, dan ungkapan kata yang diulang – ulang
(reiterated phrases)
• Proses pikir  diorganisasi dan pembicaraan tak menentu
(rambling) serta inkoheren
• Ada kecenderungan untuk tetap menyendiri (solitary), dan
perilaku tampak hampa tujuan dan hampa perasaan
Pedoman diagnostik
• Kriteria umum skizofrenia harus dipenuhi
• Ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda
• Kepribadian promorbid secara khas, tetapi tidak selalu,
pemalu dan menyendiri (solitary)
• Diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan
lamanya  memastikan bahwa perilaku yang khas seperti di
atas memang benar bertahan
Prognosis
• Cenderung mempunyai prognosis buruk akibat
berkembangnya secara cepat gejala ‘negatif’, terutama
mendatarnya afek dan semakin berkurangnya dorongan
kehendak (loss of volition)
F20.2 Skizofrenia Katatonik
• Gangguan psikomotor yang menonjol  gambaran yang
esensial dan dominan dan dapat bervariasi antara kondisi
ekstrem seperti hiperkinesis dan stupor, atau antara sifat
penurut yang otomastis dan negativisme
• Sikap dan posisi tubuh yang dipaksakan (constrained) dapat
dipertahankan untuk jangka waktu yang lama
• Episode kegelisahan disertai kekerasan (violent) mungkin
merupakan gambaran keadaan ini yang mencolok
• Fenomena katatonik inin dapat berkombinasi dengan suatu
keadaan seperti bermimpi (oneiroid) dengan halusinasi
pemandangan yang jelas
Manifestasi klinik
• Stupor (amat berkurangnya reaktivitas terhadap lingkungan
dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme
• Kegelisahan (aktivitas motor yang tak tampak tak bertujuan,
yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
• Berpose (secara sukarela mengambil dan mempertahankan
sikap tubuh tertentu yang tidak wajar atau “bizarre”
• Negativisme (perlawanan yang jelas tidak bermotif terhadap
semua instruksi atau upaya untuk digerakkan; atau bergerak
ke arah yang berlawanan)
• Rigiditas (rigidity: mempertahankan sikap tubuh yang kaku
melawan upaya untuk menggerakkannya)
Manifestasi klinik
• “Waxy flexibility” (mempertahankan posisi anggota
gerak dan tubuh yang dilakukan dari luar)
• Gejala – gejala lain seperti otomatisme terhadap
perintah (command automatism : ketaatan secara
otomatis terhadap perintah), dan perseverasi kata –
kata serta kalimat - kalimat
Pedoman diagnostik
• Kriteria umum skizofrenia harus dipenuhi
• Gejala katatonik terpisah yang bersifat sementara dapat
terajdi pada setiap subtipe skizofrenia, tetapi untuk diagnosis
skizofrenia katatonik sattu atau lebih dari gambaran klinis
• Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi
perilaku gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin
harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang
adanya gejala – gejala lain
• Penting untuk diperhatikan bahwa gejala – gejala katatonik
bukan bersifat petunjuk diagnostik untuk skizofrenia
• Suatu gejala/ gejala katatonik dapat juga diprovokasikan oleh
penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat –
obatan, serta gangguan perasaaan (mood)
F20.3 Skizofrenia Tak Terinci
(undifferentiated)
• Kondisi – kondisi yang memenuhi kriteria diagnostik umum
untuk skizofrenia tetapi tidak sesuai dengan satu pun subtipe
tersebut di atas (F20.0 – F20.2), atau memperlihatkan gejala
lebih dari satu subtipe tanpa gambaran predominasi yang
jelas untuk suatu kelompok diagnosis yang khas
• Rubrik ini hanya digunakan untuk kondisi – kondisi psikotik
(skizofrenia residual, F20.5 dan depresi pasca skizofrenia,
F20.4, tidak termasuk) dan sesudah dilakukan suatu upaya
untuk mengklasifikasikan kondisi tersebut ke dalam salah dari
3 kategori sebelum ini
Pedoman diagnostik
• Kriteria ini harus disediakan untuk gangguan yang :
– Memenuhi kriteria diagnostik untuk skizofrenia
– Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia
paranoid, hebefrenik atau katatonik
– Tidak memenuhi kriteria untuk untuk skizofrenia
residual atau depresi pasca-skizofrenia
F20.4 Depresi pasca skizofrenia
• Suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dan timbul
sesudah suatu serangan penyakit skizofrenia
• Beberapa gejala skizofrenik harus tetap ada tetapi tidak lagi
mendominasi gambaran klinisnya
• Gejala – gejala yang menetap ini dapat ‘postif’ atau ‘negatif’,
walaupun biasanya yang terakhir itu lebih sering  tidak pasti dan
tidak penting untuk diagnosis
• Gejala itu jarang cukup parah atau cukup luas untuk memenuhi
kriteria sebagai suatu episode depresif yang berat (F32.2 dan
F32.3), dan sering kali sulit untuk memutuskan gejala – gejala
pasien yang manakah yang disebabkan oleh depresi dan yang mana
disebabkan oleh medikasi neuroepileptika/gangguan dorongan
kehendak dan mendatarnya efek dari skizofrenia itu sendiri
• Disertai peningkatan risiko bunuh diri
Pedoman diagnostik
• Diagnosis ini harus ditegakkan hanya kalau :
– Pasien telah menderita penyakit skizofrenia yang
memenuhi kriteria umum skizofrenia selama 12 bulan
terakhir
– Beberapa gejala skizofrenik masih tetap ada
– Gejala – gejala depresif menonjol dan mengganggu,
memenuhi sedikitnya kriteria untuk suatu episode
depresif (F32.-) dan tealh ada untuk waktu sedikitnya
2 minggu
• Bila pasien tidak lagi mempunyai gejala skizofrenik, diagnosis harus
suatu episode depresif (F32,-)
• Bila gejala skizofrenik masih jelas dan menonjol, diagnosis harus
tetap salah sati dari subtipe skizofrenia yang sesuai (F20.2, F20.1,
F20.2 atau F20.3)
F20.5 Skizofrenia Residual
• Suatu sindrom kronis dalam perkembagngan suatu gangguan
skizofrenik di mana telah terjadi progresi yang jelas dari
stadium awal (terdiri dari salah satu atau episode dengan
gejala psikotik yang memenuhi kriteria umum untuk
skizofrenia di atas) ke stadium lebih lanjut yang ditandai
secara khas oleh gejala – gejala ‘negatif’ jangka panjang,
walaupun belum tentu ireversibel
Pedoman diagnostik
• Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut
harus dipenuhi :
– Gejala ‘negatif’ skizofrenia yang menonjol;
misalnya perlambatan psikomotor, aktivitas
menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan
keadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas/isi
pembicaraan, komunikasi nonverbal yang buruk
seperti dalam ekspresi muka, kontak mata,
modulasi suara dan sikpa tubuh, perawatan diri
dan kinerja sosial yang buruk
– Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang
jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria
diagnostik untuk skizofrenia
Pedoman diagnostik
– Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu
tahun di mana intensitas dan frekuensi gejala yang
nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang dan telah timbul sindrom ‘negatif’
skizofrenia
• Jika informasi yang memadai mengenai riwayat pasien
sebelumnya tidak dapat diperoleh, dan karenanya tidak dapat
ditegakkan bahwa kriteria diagnostik untuk skizofrenia
dipenuhi pada masa yang lampau, maka mungkin perlu untuk
membuat diagnosis sementara skizofrenia residual
F20.6 Skizofrenia Simpleks
• Suatu kelainan yang tidak lazim di mana ada
perkembangan yang bersifat perlahan tetapi
progresif mengenai kenalan tingkah laku,
ketidakmampuan untuk memnuhi tuntuntan
masyarakat dan penurunan kinerja secara
menyeluruh
Manifestasi klinik
• Tidak terdapat waham dan halusinasi, serta
gangguan ini bersifat kurang nyata psikotik jika
dibandingkan dengan skizofrenia hebefrenik,
paranoid dan katatonik
• Ciri – ciri ‘negatif’ yang khas dari skizofrenia residual
timbul tanpa didahului oleh gejala – gejala psikotik
yang overt
• Bersama dengan kemunduran sosial, maka pasien
dapat berkembang lebih lanjut menjadi gelandangan
(psikotik), pendiam, malas dan tanpa tujuan
Pedoman diagnostik
• Skizofrenia simpleks  suatu diagnosis yang sulit dibuat
secara menyakinkan, karena tergantung pada pemastian
perkembangan yang berjalan perlahan, progresif dari gejala
‘negatif’ yang khas dari skizofrenia residual tanpa riwayat
halusinasi, waham atau manifestasi lain tentang adanya suatu
episode psikotik sebelumnya, dan disertai dengan perubahan
yang bermakna pada perilaku perorangan, yang
bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok,
kemalasan dan penarikan diri secara sosial
F20.8 SKI Z OFRENIA LAINNYA

Termasuk : skizofrenia senestopatik


Gangguan skizofreniform YTT
Tak termasuk : gangguan lir-skizofrenia akut
(F23.2)
Skizofrenia siklik (F25.2)
Skizofrenia laten (F23.2)
F20.9 SKI Z OFRENIA YTT
SUBTYPE
(T.J. Crow, 1980)

TIPE I TIPE II

• Memiliki sebagian besar • Memiliki sebagian besar


gejala positif gejala negatif
• Struktur otak normal pada • Terdapat kelainan struktural
CT Scan otak pada CT Scan
• Respons relatif baik thd • Respons buruk thd
pengobatan pengobatan

SCHIZOPHRENIA
DIAGNOSIS BANDING
MEDIS DAN NEUROLOGIS PSIKIATRIK
• Akibat zat: amfetamin, halusinogen, • Psikosis atipikal
alkaloid beladona, alkohol, • Gangguan autistik
barbiturat, kokain, PCP • Gangguan psikotik singkat
• Epilepsi (pd lobus temporalis) • Gangguan delusional
• Neoplasma, CVD, trauma (t.u • Gangguan buatan dengan tanda
frontalis atau limbik) dan gejala psikologis menonjol
• Kondisi lain: AIDS, porfiria • Berpura-pura
intermitten akut, defisiensi B12, • Gangguan mood
keracunan CO, lipoidosis serebral, • Masa remaja normal
Creutzfieldt-Jakob d., Fabry d., Fahr • Gangguan obsesif kompulsif
d., Hallervorden-Spatz d., • Gangguan kepribadian – skizotipal,
keracunan logam berat, ensefalitis skizoid, ambang, paranoid
herpes, homosistinuria, Huntington • Gangguan skizoafektif
d., Lekodistrofi metakromatik, • Gangguan skizofreniform
neurosifilis, hidrosefalus tekanan N,
pellagra, SLE, Wernicke-Korsakoff
synd., Wilson d.
SCHIZOPHRENIA
• PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
• Penjelasan umum
• Mood, perasaan, dan afek
• Gangguan persepsi
• Ilusi
• Pikiran
• Impulsivitas
• Sensorium dan kognisi
• Pertimbangan dan tilikan
• Reliabilitas
• TES PSIKOLOGIS
• Tes neuropsikologis
– Hasilnya sering kali berguna secara klinis
– Pengukuran objektif kinerja neuropsikologis sering kali
memberikan hasil yang abnormal
• Tes inteligensia
– Cenderung memiliki nilai yang lebih rendah dari orang
normal
– Tes proyektif dan kepribadian dapat menyatakan
gagasan yang kacau , dan penelitian kepribadian
seringkali memberikan hasil yang abnormal
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
– CT.SCAN / MRI
– MRS
– PET
– EEG
Psikopatologi Skizofrenia
Diagnosa
•Alasan berobat •Riwayat perkembangan
ANAMNESIS •Riwayat gangguan dri
sekarang •Latar belakang sosial,
•Riwayat gangguan keluarga,dll
terdahulu

PEMERIKSAAN •Fisik •Radiologi


•Status mental •Evalusi psikologik
•Laboratrium •dll

AKSIS III=kondisi medik


DIAGNOSIS I=klinis IV=psiko-sosial
II=kepribadian V=taraf fungsi

•Farmakoterapi •Terapi okupasional


TERAPI •Psikoterapi •dll
•Terapi sosial

•Evaluai terapi •dll


TNDAK LANJUT •Evaluasi diagnosis
Diagnosis Multiaksial
• Tujuan dari diagnosis multiaksial :
– Mencakup informasi yang komperhensif (gangguan jiwa, kondisi
medik umum, masalah psikososial dan lingkungan, taraf fungsi
secara global), sehingga dapat membantu dalam perencanaan
terapi dan memperkirakann outcome atau prognosis.
• Aksis I :
– gangguan klinis
– fungsi lain yang menjadi fokus perhatian klinis
• Aksis II :
– gangguan kepribadian
– retardasi mental
• Aksis III : kondisi medik umum
• Aksis IV : masalah psikososial dan lingkungan
• Aksis V : penilaian fungsi secara global
Axis 5
- Penilaian berfungsi global
• Ialah untuk melaporkan penilaian dokter secara keseluruhan
individu tingkat berfungsi, dilakukan dengan cara kala CAP.
Yang dibagi menjadi sekitar 10 kisaran berfungsi.
• CAP rating ialah dalam desil tertentu jika salah satu gejala
atau tingkat keparahan yang berfungsi range, :
• 100-91: fungsi superiordalam berbagai aktifitas, mampu
mengatasi persoalan hidup
• 9 0-81: simptom tidak ada atau minimal, funsi baik dalam
semua bidang, tertarik dan terlibat dlm byk kegiatan, puas
dengan hidup.
• 80-71: jika ada simptom, sementara dan merupakan reaksi
wajar dari sressor psikososial, pekerjaan dan sekolah.
• 70-6 1: beberapa simptom ringan,ada beberapa kesulitan
fungsi sosial, pekerjaan dan sekolah, tapi sec_ umum msh
berfgs baik, relasi sosial ckp bermakana.
• 6 0-51: simptom sedang gangguan dlm fgs sosial, pekerjaan
dan sekolah.
• 50-41: simptom berat atau gangguan berat dlm
fungsi sosial, pekerjaan dan sekolah.
• 40-31: beberapa ganggan dlm uj relitas atau
komunikasi, atau gangguan utama dlm beberapa
bidang seperti pekerjaan, sekolah, hub_
keluarga,daya nilai, berfikir/ suasana perasaan.
• 30-21: prilaku dinilai dipengaruhi oleh delusi atau
halusinasi atau ganguan berat dlm komunikasi
atau daya nilai, atau tidak mampu berfgs dgn
semua bidang.
• 20-11: bahaya melukai diri sendiri dan orang lain,
gagal menjaga kebersihan pribadi yg paling
penting, gangguan berat pada komunikasi
• 10-1: bahaya menetap akan menyakiti diri atau
orang lain, atau tidak mampu secara menetap
untuk menjaga kebersihan pribadi atau tindakan
bunuh diri yang serius dgn harapan untuk mati
yang nyata.
Tes LAB dalam Psikiatri
• Uji saring dasar -> CBC, Ht, Hb, fungsi ginjal, fungsi
hati, fungsi tiroid, elektrolit dan glukosa darah
• Tes-tes neuroendokrin -> tes fungsi tiroid, supresi
dexamethasone, lain (GH, somatostatin, LH, FSH,dll),
katekolamin, tes fungsi ginjal dan hati
• Tes VDRL, HIV
• Tes yang berhubungan dengan obat psikotropik
Tatalaksana Skizofrenia
• FARMAKOLOGIS: Antipsikotik, lithium,
carbama z epine, valproate, benzodia z epine
• NON-FARMAKOLOGIS: ECT, Psikososial
PRINSIP-PRINSIP TERAPEUTIK
1. Tentukan gejala sasaran yang akan diobati
2. Antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu
pasa pasien harus digunakan lagi
– Jika tidak ada, pemilihan obat didasarkan pada efek samping
3. Lama minimal percobaan antipsikotik adalah 4-6 minggu
pada dosis yang adekuat
– Bila tidak berhasil, coba antipsikotik dari kelas lain
– Jika ditemukan reaksi yang tak diinginkan, antipsikotik dapat
diganti dalam waktu < 4 minggu
4. Umumnya, penggunaan > 1 antipsikotik secara bersamaan
jarang diindikasikan
5. Pertahankan dosis efektif serendah mungkin untuk
mencapai pengendalian gejala selama episode psikotik
Pemilihan obat
• Obat antipsikotik :
– Antipsikotik generasi pertama (APG I)  memblok
reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal, nigostriatal
dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat
menurunkan gejala positif
• Terapi lama  efek samping : gangguan ekstrapiramidal,
tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan
menyebabkan disfungsi seksual / peningkatan berat badan
dan memperberat gejala negatif maupun kognitif, efek
samping antikolinergik seperti mulut kering pandangan
kabur gangguan iniksi, defekasi dan hipotensi
• Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis
dengan gejala dominan apatis, menarik diri, hipoaktif,
waham dan halusinasi
Pemilihan obat
– Antipsikotik generasi ke dua (APG ll) 
serotonin dopamin antagonis (SDA). Bekerja
melalui interaksi serotonin dan dopamin
pada ke empat jalur dopamin di otak 
rendahnya efek samping extrapiramidal dan
sangat efektif mengatasi gejala negatif. Obat
yang tersedia untuk golongan ini adalah
clozapine, olanzapine, quetiapine dan
rispendon
3 kelompok besar antipsikotik:
• (I) Dopamin Reseptor Antagonis
– Kekurangannya :
• 50 % penderita tetap tidak banyak perbaikan
• Efek samping yang cukup serius ( tardive
diskinesia dam neuroleptik malignan sindrom )
– Beberapa kelompok obat yang sering
dipergunakan :
• Chlorpromazine ( 100 )
• Trifluoperazine ( 5 )
• Haloperidol ( 2-5 )
• Thionidazine ( 100 )
• (II) Risperindon ( Risperidal )
• Lebih efektif
• Efek samping neurologik sangat berkurang
• Dapat mengatasi “poitif” dan “negatif symtomps”
• (I I I) Clozapine
• Kekurangan : agranulositosis dan harganya mahal
• Kelebihannya : tidak menyebabkan tardive
diskimesia
Dosis
• Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
– Onset efek primer (efek klinis) : 2-4 mninggu
– Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam
– Waktu paruh : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hr)
– Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil,
malam besar) sehingga tidak mengganggu kualitas
hidup penderita.
– Obat antipsikosis long acting : fluphenazine decanoate
25 mg/cc atau haloperidol decanoas 50 mg/cc, IM
untuk 2-4ininggu. Berguna untuk pasien yang
tidak/sulitininum obat, dan untuk terapi
pemeliharaan.
KONTRAINDIKASI UTAMA ANTIPSIKOTIK

• Riwayat respons alergi yang serius


• Kemungkinan ingesti zat lain yang dapat
berinteraksi dengan antipsikotik: alkohol, opiod,
opiat, barbiturat, benzodiazepin, scopolamine,
phencyclidine
• Risiko tinggi untuk kejang dari penyebab organik
atau idiopatik
• Adanya glaukoma sudut sempit jika digunakan
antipsikotik dengan aktivitas antikolinergik
bermakna
OBAT LAIN
• Jika percobaan adekuat dengan sekurangnya 1
antagonis reseptor dopaminergik semuanya tidak
berhasil, dapat dikombinasikan dengan adjuvant
– Lithium: efektif dalam menurunkan gejala psikotik
lebih lanjut pada 50% pasien schizophrenia
– Antikonvulsan: dapat digunakan sendiri-sendiri
atau dikombinasi dengan lithium atau antipsikotik
– Benzodiazepin: alprazolam + antipsikotik, dosis
tinggi diazepam (hati-hati thd eksaserbasi psikosis
karena putus obat)
ECT (electro convulsive therapy)

–Indikasi:
• pasien katatonik
• pasien yang tidak bisa mendapat
antipsikotik
• Pasien sakit < 1 thn
TERAPI PSIKOSOSIAL
• Terapi perilaku:
– Frekuensi perilaku maladaptif dapat diturunkan
– Latihan ketrampilan perilaku– role playing

• Terapi berorientasi-keluarga:
– Efektif untuk menurunkan relaps
– Karena pasien sring dipulangkan dengan remisi
parsial.
– Jika memang ada masalah– >dipecahkan
– Proses pemulihan: lama.
– keluarga diberitahu tentang skizofrenia
• Terapi kelompok:
– Dipusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan
dalam kehidupan nyata
– Efektif menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa
persatuan, dan meningkatkan tes realitas

• Psikoterapi individual:
– Membangun kepercayaan ahli terapi dengan pasien
 membantu terapi farmakologis
– Psikoterapi pada skizofrenia harus dimengerti dalam
hitungan dekade
– Sikap terapitik yang benar : menerima mereka bukan
mengamati

• NAMI - organisasi memberikan nasihat emosional dan


praktis untuk perawatan.
PERAWATAN RS
• Indikasi:
– Tujuan diagnostik
– Menstabilkan medikasi
– Keamanan pasien
– Perilaku yang sgt kacau
– Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
PROGNOSIS SKIZOFRENIA
• Setelah 5-10 thn perawatan psikiatrik pertama di RS,
10-20% pasien memiliki hasil yang baik
• > 50% pasien memiliki hasil yang buruk: perawatan
berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood
berat, dan usaha bunuh diri
• 20-30% pasien skizofrenik mampu menjalani
kehidupan agak normal
• 20-30% pasien terus mengalami gejala yang sedang
• 40-60% pasien terus terganggu secara bermakna
seumur hidup
• Prognosis keseluruhan kurang baik dibandingkan
pasien dengan gangguan mood

SCHIZOPHRENIA
PROGNOSIS BAIK PROGNOSIS BURUK
Onset lambat Onset muda
Faktor pencetus yang jelas Tidak ada faktor pencetus
Onset akut Onset tidak jelas
Riwayat seksual, sosial, dan pekerjaan Riwayat seksual, sosial, dan pekerjaan
pramorbid yang baik pramorbid yang buruk
Gejala gangguan mood (t.u gangguan depresif) Perilaku menarik diri/autistik
Menikah Tidak menikah, bercerai, janda/duda
Riwayat keluarga gangguan mood Riwayat keluarga schizophrenia
Sistem pendukung yang baik Sistem pendukung yang buruk
Gejala positif Gejala negatif
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam 3 thn
Banyak relaps
Riwayat penyerangan

SCHIZOPHRENIA
F22. Gangguan Waham Menetap

F22.0 Gangguan waham


F22.8 Gangguan waham menetap lainnya
F22.9 Gangguan waham menetap YTT
GANGGUAN WAHAM MENETAP
PENGERTIAN
Sekelompok gangguan jiwa dengan waham-
waham yang berlangsung lama, dan
merupakan satu-satunya gejala klinik yang
khas atau yang mencolok serta tidak dapat
digolongkan sebagai gangguan organik,
skizofrenik atau afektif.
DIAGNOSIS GANGGUAN WAHAM MENETAP

(1). Gangguan Waham


Pedoman diagnosis gangguan waham
(1) Merupakan satu-satunya gejala atau gejala
yang paling mencolok
(2). Sudah berlangsung paling sedikit 3 bulan dan
khas pribadi
(3). Bila terdapat gejala depresi, maka gejala
waham harus tetap ada pada saat depresinya
hilang.
(4) Tidak disebabkan penyakit otak, tidak
terdapat halusinasi, dan tanpa riwayat
skizofrenia, dan tanpa riwayat skizofrenik
2. Gangguan Waham Menetap Lainnya
Gangguan waham menetap yang tidak
memenuhi kriteria untuk gangguan waham.
Termasuk :
• Gangguan waham dengan halusinasi yang tidak
memenuhi kriteria skizofrenia
• Gangguan waham menetap kurang 3 bulan
PERJALANAN PENYAKIT GANGGUAN WAHAM MENETAP

1. < 25% → menjadi skizofrenia


2. <10% → gangguan afektif
3. 50% → sembuh untuk waktu yang lama
4. 20% → hanya penurun gejala
5. 30% → tidak mengalami perubahan gejala
6. Prognosis ke arah baik :
• riwayat pekerjaan dan hubungan sosial yang baik
• kemampuan penyesuaian yang tinggi
• wanita
• onset sebelum 30 tahun
• onset tiba-tiba
• lamanya sakit singkat
• adanya faktor pencetus
DD
• Gangguan kepribadian paranoid
• Gangguan psikotik skut lain dgn predominan
waham
• Skizofrenia paranoid
CARA PENANGANAN PASIEN GANGGUAN
WAHAM MENETAP
1. Indikasi rawat nginap

– Menditeksi penyebab nonpsikiatrik

– Mengamati kemampuan mengendalikan impuls


kekerasan

– Menstabilkan hubungan sosial/ kerja


CARA PENANGANAN PASIEN GANGGUAN
WAHAM MENETAP

2. Farmakoterapi
– Antipsikotik adalah obat terpilih untuk penanganan
gangguan waham menetap
– Mulai dengan dosis rendah anti psikotik (Haloperidol
2 mg) dan naikan bertahap.
– Dosis maintenance biasanya rendah
– Bila gagal dengan anti psikotik, maka dihentikan
CARA PENANGANAN PASIEN GANGGUAN
WAHAM MENETAP
3. Psikoterapi
– Terapi individual lebih efektif dari terapi kelompok
– Terapi suportif berorientasi tilikan, kognitif, dan perilaku
sering afektif.
– Bina hubungan dan kepercayaan
– Hindari membicarakan waham pasien, dan tidak boleh
meremehkan ataupun mendukung isi waham tersebut.

4. Terapi Keluarga
– Target hubungan sosial yang baik.
GANGGUAN WAHAM TERINDUKSI

• Gangguan waham yang terjadi pada dua orang atau


lebih, satu individu memang menderita gangguan
psikotik, yang lainnya menderita waham karena
terinduksi penderita pertama tadi.
• Orang-orang yang terlibat dalam waham terinduksi
ini biasanya mempunyai hubungan yang sangat erat.
DIAGNOSIS WAHAM TERINDUKSI

• Pedoman Diagnosis
– Dua orang atau lebih mengalami waham yang sama
dan saling meyakinkan

– Mereka mempunyai hubungan yang sangat erat

– Terdapat bukti bahwa waham tersebut terinduksi


pada orang yang pasif dari orang yang aktif.
DIAGNOSIS WAHAM TERINDUKSI
• Pedoman Diagnosis
– Onset psikotiknya akut (dua minggu atau kurang)
– Waham dan halusinasi harus sudah ada dalam sebagian
besar waktu sejak berkembangnya psikotik yang jelas.
– Tidak memenuhi kriteria skizofrenia maupun gangguan
psikosis polimorfik akut.
– Lamanya sakit kurang dari 3 bulan.
DIAGNOSIS WAHAM TERINDUKSI
Catatan

– Kalau waham menetap lebih dari 3 bulan,


menjadi : Gangguan waham menetap.

– Kalau halusinasi menetap lebih dari 3 bulan,


menjadi : psikosis nonorganik lainnya.
F23 Gangguan Psikosis Akut & Sementara

F23.0 Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia


F23.1 Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia
F23.2 Gangguan psikotik lir-skizofrenia akut
F23.3 Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham
F23.8 Gangguan psikotik akut dan sementara lainnya
F23.9 Gangguan psikotik akut dan sementara YTT
F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara

• Ciri-ciri utama
1. Onset akut -> 2 minggu/kurang -> gejala-gejala
psikotik menjadi nyata dan menganggu sedikitnya
beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari
2. Sindrom khas -> “polimorfik” atau “schizophrenia-like”
3. Stres akut yang berkaitan
4. Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan
berlangsung
F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara

• Tidak ada gangguan yang memenuhi kriteria episode


manik (F30.-) atau episode depresif (F32.-) walaupun
perubahan emosional dan gejala-gejala afektif
individual dapat menonjol dari waktu ke waktu
• Tidak ada penyebab organik, mis
1. trauma kapitis
2. delirium
3. demensia
• Tidak merupakan intoksikasi akibat alkohol atau obat
F23.0 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut
tanpa Gejala Skizofrenia
• Diagnosis pasti harus memenuhi
1. Onset harus akut (2 minggu/kurang)
2. Beberapa jenis halusinasi atau waham, yang
berubah dalam jenis dan intensitasnya dari hari ke
hari atau dalam hari yang sama
3. Keadaan emosional yang sama beraneka ragamnya
4. Meski gejala beraneka ragam, tidak satupun ada
secara cukup konsisten dapat memenuhi kriteria
skizofrenia (F20.-) atau episode manik (F30.-) atau
episode depresif (F32.-)
F23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut
dengan Gejala Skizofrenia
• Memenuhi kriteria (a), (b), dan (c) di atas
• Di (+) gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk
diagnosis skizofrenia (F20.-) yang harus sudah ada
sebagian besar waktu sejak munculnya gambaran
klinis psikotik secara jelas
• Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap > 1 bulan
-> diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia (F20.-)
F23.2 Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia Akut

• Diagnosis pasti harus memenuhi


1. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu/<)
2. Gejala-gejala yang memenuhi kriteria skizofrenia
(F20.-) harus sudah sebagian besar sejak
berkembangnya gambaran klinis psikotik yang jelas
3. Kriteria psikosis polimorfik akut tidak terpenuhi
• Bila gejala-gejala skizofrenia menetap >1 bulan ->
diagnosis : skizofrenia (F20.-)
F23.3 Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan
Predominan Waham
• Diagnosis pasti harus memenuhi
1. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu/<)
2. Waham dan halusinasi harus ada sebagian besar
sejak berkembangnya keadaan psikotik yang jelas
3. Baik kriteria skizofrenia (F20.-) maupun gangguan
psikotik polimorfik akut (F23.-) tidak terpenuhi
• Bila waham-waham menetap >3 bulan -> diagnosis :
gangguan waham menetap (F22.-)
• Bila hanya halusinasi menetap >3 bulan -> diagnosis :
gangguan psikotik nonorganik lainnya (F28)
Psikopatologi Psikotik Akut
• Gambaran utama perilaku:
1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk
akal
3. Kebingungan atau disorientasi
4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau
menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan
berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain
atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-
marah atau memukul tanpa alasan
KRITERIA DIAGNOSTIK GANGGUAN PSIKOTIK SINGKAT
(DSM-IV, 1 9 94)
A. Minimal 1 gejala berikut:
1) Waham
2) Halusinasi
3) Bicara terdisorganisasi (inkoherensi / menyimpang)
4) Perilaku terdisorganisasi jelas / katatonik
B. Lama suatu episode gangguan sekurangnya 1 hari tetapi
kurang dari 1 bulan, akhirnya kembali penuh kepada
tingkat fungsi pramorbid
C. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu
gangguan mood dengan ciri psikotik, gangguan
skizoafektif, atau schizophrenia dan bukan karena efek
fisiologis langsung dari suatu zat (mis. Penyalahgunaan
obat, suatu medikasi) atau kondisi medis umum.
STRESSOR
(DSM-IV, 1994)

• Stressor nyata (psikosis reaktif singkat)


– Jika gejala terjadi segera setelah dan tampak sebagai
respon dari suatu kejadian yang, sendirian atau
bersama-sama, akan menimbulkan stress yang cukup
besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang
sama dalam kultur orang tsb.
• Tanpa stressor nyata
– Jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah, atau
tampaknya bukan sebagai respon thd kejadian yg,
sendirian atau bersama-sama, akan menimbulkan
stress yang cukup besar bagi setiap orang dalam
keadaan yang sama dlm kultur orang tsb.
• Dengan onset pasca-persalinan
– Jika onset dalam waktu 4 minggu setelah persalinan

GANGGUAN PSIKOTIK SINGKAT


DIAGNOSIS BANDING
• Gangguan buatan dengan tanda dan gejala psikologis
yang menonjol
• Berpura-pura
• Gangguan psikotik karena kondisi medis umum
• Gangguan psikotik akibat zat
• Epilepsi
• Delirium
• Gangguan identitas disosiatif
• Episode psikotik yang disertai gangguan kepribadian
ambang
• Skizotipal

GANGGUAN PSIKOTIK SINGKAT


Tatalaksana Psikotik Akut
Farmakologi
1. Berikan obat antipsikotik untuk mengurangi gejala
psikotik :
1. Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari
2. Chlorpromazine 100-200 mg, 1 sampai 3 kali sehari
Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi
efek samping, walaupun beberapa pasien mungkin
memerlukan dosis yang lebih tinggi
2. Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan
neuroleptika untuk mengendalikan agitasi akut
(misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1 sampai 3 kali sehari)
3. Lanjutkan obat antipsikotik selama sekurang-
kurangnya 3 bulan sesudah gejala hilang.
Tatalaksana Psikotik Akut
Rujukan
Tindakan rujukan diperlukan bila terjadi kondisi-
kondisi yang tidak dapat diatasi melalui
tindakan yang sudah dilakukan sebelumnya
khususnya pada :
– Kasus baru gangguan psikotik
– Kasus dengan efek samping motorik yang berat
atau timbulnya demam, kekakuan, hipertensi,
hentikan obat antipsikotik lalu rujuk
TERAPI GANGGUAN PSIKOTIK SINGKAT

FARMAKOTERAPI PSIKOTERAPI
• Utama: Antipsikotik antagonis
reseptor dopamin dan
benzodiazepin • Psikoterapi individual
• Pasien yang berisiko tinggi • Psikoterapi kelompok
untuk mengalami efek
samping ekstrapiramidal • Psikoterapi keluarga
(orang muda): antikolinergik + • Diskusi tentang stressor,
antipsikotik episode psikotik, dan
• Benzodiazepin dapat perkembangan strategi
digunakan untuk terapi singkat
untuk mengatasinya
• Hindari medikasi jangka
panjang
Prognosis Psikotik Akut
• Kesembuhan yang sempurna biasanya terjadi dalam
2-3 bulan, sering kali dalam beberapa minggu atau
bahkan beberapa hari dan hanya sebagian kecil dari
pasien dengan gangguan ini berkembang menjadi
keadaan yang menetap dan berhendaya
CIRI PROGNOSTIK BAIK
GANGGUAN PSIKOTIK SINGKAT

• Penyesuaian pramorbid yang baik


• Sedikit trait skizoid pramorbid
• Stressor pencetus yang berat
• Onset gejala mendadak
• Gejala afektif
• Konfusi selama psikosis
• Sedikit penumpulan afektif
• Gejala singkat
• Tidak ada saudara yang skizofrenik
F25 Gangguan Skizoafektif
F25.0 Gangguan Skizoafektif tipe manik
F25.1 Gangguan Skizoafektif tipe depresif
F25.2 Gangguan Skizoafektif tipe campuran
F25.8 Gangguan Skizoafektif lainnya
F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT
GANGGUAN SKIZOAFEKTIF
• Suatu gangguan jiwa yang gejala skizofrenia dan gejala afektif
terjadi bersamaan dan sama-sama menonjol.
• Onset yang tiba-tiba pada masa remaja ; fungsi pramorbid baik ;
terdapat stresor yang jelas ; riwayat keluarga dan gangguan
afektif.
• Prevalensi : ½ % ; lebih banyak pada wanita.
• Prognosis lebih buruk dari gangguan depresif maupun bipolar ;
tetapi lebih baik dari skizofrenia.
• Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan
gejala depresif setelah mengalami suatu episode
psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi
Pasca-skizofrenia).
• Beberapa pasien dapat mengalami episode
skizoafektif berulang, baik berjenis manik
maupun depresif atau campuran dari keduanya.
• Pasien lain mengalami satu atau dua episode
skizoafektif terselip di antara episode manik atau
depresif
F25.0 Gangguan Skizoafektif tipe
manik
• Pedoman diagnostik :
– Suasana perasaan meingkat secara menonjol
– Atau ada peningkatan suasana perasaan yang tak begitu
mencolok
– (+) iritabilitas / kegelisahan yang meningkat
– Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya 1 ,
atau lebih baik lagi 2, gejala skizofrenik yang khas (F20- (a)
sampai (d))

• Termasuk :
– Psikosis skizoafektif tipe manik
– Psikosis skizofreniform tipe manik
F25.1 Gangguan Skizoafektif tipe
depresif
• Pedoman diagnostik :
– Depresi yang menonjol,
– disertai sedikitnya 2 gejala depresif yang khas atau
kelainan perilaku terkait (F32-)
– Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada
satu dan sebaiknya ada 2 gejala skizofrenik yang khas
(F20-, (a) sampai (d))

• Termasuk :
– Psikosis skizoafektif tipe depresif
– Psikosis skizofreniform tipe depresif
F25.2 Gangguan Skizoafektif tipe
campuran
• Gangguan dengan gejala skizofrenia (F20-) ada
secara bersama-sama dengan gejala gangguan
afektif bipolar campuran (F31.6)

• Termasuk :
– Skizofrenia siklik
– Psikosis skizofrenik & afektif campuran
• F25.8 Gangguan Skizoafektif lainnya

• F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT


– Termasuk : psikosis skizoafektif YTT
Daftar Pustaka
• Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia III. 1993. Jakarta: Depkes RI.
• Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s
Synopsis of Psyciatry. Edisi 10. Amerika
Serikat: LWW,2007.

Anda mungkin juga menyukai