Anda di halaman 1dari 24

ANTIBIOTIK TETRASIKLIN

OLEH
KELOMPOK II KELAS A
CHRISTIN AGNES M.D G 701 16 041
ANGGUN FITRIANA G 701 16 141
SALVIA SILVANA DEWI G 701 16 216
MOH.RIFALDI G 701 14 104
SYARIF MOH. RAFDI G 701 14 137
NURAZIZA G 701 15 155
FIRA PARAMITA G 701 15 149
PINGKAN KETSIA TODING G 701 15 064
RAHMI G 701 15 239
Antibiotik adalah segolongan
senyawa baik alami maupun
sintetik yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan DEFINISI ANTIBIOTIK
suatu proses biokimia dalam
organisme khususnya dalam
proses infeksi bakteri.
Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri,
antibiotik dikelompokkan yakni Antibiotik yang
menginhibisi sintesis dinding sel bakteri memiliki efek
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd
bakterisidal dengan cara memecah enzim dinding sel
Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang
dan menghambat enzim dalam sintesis dinding sel. dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin
Antibiotik yang menginhibisi sintesis protein bakteri merupakan antibiotika yang memberi harapan
memiliki efek bakterisidal atau bakteriostatik dengan dan sudah terbukti menjadi salah satu
cara menganggu sintesis protein tanpa mengganggu penemuan antibiotika penting. Antibiotik
sel-sel normal dan menghambat tahap-tahap sintesis golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan
adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh
protein Antibiotik yang mengubah permeabilitas
Streptomyces aureofaciens. Kemudian
membran sel memiliki efek bakteriostatik dan
ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces
bakteriostatik dengan menghilangkan permeabilitas rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara
membran dan oleh karena hilangnya substansi seluler semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat
menyebabkan sel menjadi lisis. Antibiotik yang diperoleh dari spesies Streptomyces lain.
menghambat sintesa folat. Antibiotik yang
mengganggu sintesis DNA
MEKANISME KERJA OBAT

Golongan Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat


bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis
protein kuman. Golongan Tetrasiklin menghambat sintesis protein
bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam
masuknya antibiotika Tetrasiklin ke dalam ribosom bakteri gram
negatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik,
kedua ialah sistem transportasi aktif. Setelah antibiotika
Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom bakteri, maka antibiotika
Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30s dan menghalangi
masuknya komplek tRNA-asam amino pada lokasi asam amino,
sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak. Pada umumnya
efek antimikroba golongan Tetrasiklin sama (sebab mekanisme
kerjanya sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari
aktivitas masing-masing derivat terhadap kuman tertentu. Hanya
mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi antibiotika
Tetrasiklin.
Antibiotika golongan tetrasiklin yang diberi per oral dibagi
menjadi 3 golongan berdasarkan sifat farmakokinetiknya:

1. Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin. Absorbsi


kelompok tetrasiklin ini tidak lengkap dengan masa paruh
6-12 jam,
2. Demotilklortetrasiklin. Absorbsinya lebih baik dan
masaparuhnya kira0kira 16 jam sehingga cukup diberikan
150 mg per oral tiap 6 jam,
3. Doksisiklin dan minosiklin. Absorbsinya baik sekali dan
masa paruhnya 17-20 jam. Tetrasiklin golongan ini cukup
diberika 1 atau 2 kali 100 mg sehari.
Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri
pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi dua proses dalam
masuknya anti biotik ke dalam ribosom bakteri gram
negative, pertama secara difusi pasif melalui kanal hidrofilik,
kedua melalui sistem transport aktif. Setelah masuk anti
biotik berikatan secara revarsible dengan ribosom 30S dan
mencegah ikatan tRNA – amino asil pada kompleks mRNA –
ribosom. Hal tersebut mencegah perpanjangan rantai peptida
yang sedang tumbuh dan berakibat terhentinya sintesis
protein.
Gambar 2.Mekanisme resistensi tetrasiklin
Resistensi terhadap tetrasiklin dapat timbul melalui Mekanisme resistensinya adalah sebagai berikut:
penembusan obat, perlindungan ribosomal protein, mutasi
 Tetrasiklin (tet) merupakan molekul hidrofobik, dan masuk ke
rRNA 16S, dan inaktivasi obat melalui aksi sebuah
dalam sel dengan difusi pasif.
monooxygenase.
 Jika tetrasiklin tidak ada, repressor tetR akan mencegah
proses transkripsi gen tetA, selain itu tetR juga akan
melakukan siintesis proteinnya sendiri pada urutan operator
tetO

 Di dalam sitosol, tetrasiklin membentuk kompleks dengan


bivalent ion ion metal seperti magnesium.

 Ikatan kompleks ke tetR, sehingga mengubah konformasi dan


disosiasi nya dari bagian operator.

 Kemudian, tidak hanya antiporter tetA, tetapi antipoerter tetR


juga tersintesis.

 tetA mengeluarkan kompleks [tet-Mg2+] +H+ keluar dari sitosol,


dan memasukkan proton pada waktu yang bersamaan.
Setelah tetrasiklin dikeluarkan, sisa protein tetR mengikat
rangkaian tetO lagi dan menonaktifkan tetA dan tetR.
Efek Obat
Pada penggunaan oral sering terjadi gangguan lambung-usus (mual,
muntah, diare, dan sebagainya). Penyebabnya adalah rangsangan
kimiawi terhadap mukosa lambung dan/atau perubahan flora-usus
oleh bagian obat yang tak diserap, terutama pada tetrasiklin. Hal
terakhir dapat menimbulkan pula supra-infeksi oleh antara lain jamur
Candida albicans (dengan gejala mulut dan tenggorokkan nyeri,
gatal sekitar anus, diare dan sebagainya). Efek yang lebih serius
adalah sifat penyerapannya pada jaringan tulang dan gigi yang
sedang tumbuh pada janin dan anak-anak. Pembentukan kompleks
tetrasiklin-kalsiumfosfat dapat menimbulkan gangguan pada struktur
Kristal dari gigi serta pewarnaan dengan titik-titik kuning-coklat yang
lebih mudah berlubang (caries). Efek samping lain adalah
fotosensitasi, yaitu kulit menjadi peka terhadap cahaya, menjadi
kemerah-merahan, gatal-gatal, dan sebagainya. Maka selama terapi
dengan tetrasiklin, hendaknya jangan terkena sinar matahari yang
kuat

8
Efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin dapat
dibedakan dalam 2 kelompok yaitu reaksi kepekaan, reaksi toksik dan iritatif (reaksi
yang timbul akibat perubahan biologic).

Reaksi kepekaan
Reaksi kulit yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin ialah erupsi
morbiliformis, urtikaria dan dernmatitis ekfoliatif. Reaksi yang lebih hebat ialah
udem angioneurotik dan reaksi anafilaksis. Demam dan eosinofilia dapat pula tejadi
pada waktu terapi berlangsung.Sensitisasi silang antara berbagai derivate
tetrasiklin sering terjadi.

Reaksi toksik dan iritatif


Iritasi lambung paling sering terjadi pada pemberian tetrasiklin per oral,terutama
dengan oksuitetrasiklin dan doksisiklin.Makin besar dosis yang diberikan,makin
sering pula terjadi reaksi ini. Diantaranya seperti mual, muntah, diare, nyeri
menelan , iritasi kerongkongan. Efek samping yang jarang terjadi termasuk :
kerusakan hati, pankreatitis, gangguan darah, fotosensitif, reaksi hipersensitif
(ruam, dermatitis eksfoliatif, sindrom steven-johnson, urtikaria, angioedema,
anafilaksis, carditis). Sakit kepala dan gangguan penglihatan dapat terjadi dan
dapat menjadi penanda peningkatan tekanan dalam kepala dan segera hentikan
pengobatan bila ini terjadi.
Terapi dalam waktu lama juga dapat menimbulkan
kelainan darah tepi seperti leukositosis, limfosit
atipik, granulasi toksik pada granulosit dan
trombositopenia. Reaksi fototoksik paling jarang
timbul dengan tetrasiklin,tetapi paling sering timbul
pada pemberiandemetilklortetrasiklin. Manifestasinya
berupa fotosensitivitas, kadang-kadang disertai
demam dan eosinofiia. Pigmentasi kuku dan
onikolisis, yaitu lepasnya kuku dari dasarnya, juga
dapat terjadi.
Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian
golongan tetrasiklin dosis tinggi (lebih dari 2 gram
sehari) dan paling sering terjadi setelah pemberian
parenteral. Oksitetrasiklin dan tetrasiklin
mempunyai sifat hepatotoksik yang paling lemah
dibandingkan dengan golongan tetrasiklin
lain. Wanita hamil dengan pielonafritis paling
sering menderita kerusakan hepar akibat
pemberian golongan tetrasiklin. Kecuali
doksisiklin,golongan tetrasiklin akan mengalami
kumulasi dalam tubuh, karena itu
dikontraindikasikan pada gagal ginjal.Efek samping
yang paling sering timbul biasanya berupa
azotemia,iperfosfatemia dan penurunan berat
badan. Golongan tetrasiklin memperlambat
koagulasidarah dan memperkuat efek antikoagulan
kumarin. Diduga hal ini disebabkan oleh
terbentuknya kelat dengan kalsium, tetapi mungkin
juga karena obat-obat ini mempengaruhi sifat
fisikokimia lipoprotein plasma.
Pada gigi susu maupun gigi tetap, tetrasiklin dapat menimbulkan
disgenesis,perubahan warna permanen dan kecenderungan terjadinya karies.
Perubahan warna bervariasi dari kuning coklat sampai kelabu tua. Tetrasiklin
mengandung gugus-gugus hidroksil, dimana gugus tersebut akan membentuk
ikatan bila dikombinasikan dengan Ca++ sebagai unsur-unsur pembentuk gigi.
Tetrasiklin dapat mengikat kalsium secara irreversible, kemudian berikatan dengan
kristal hidroksiapatit baik di dentin maupun enamel. Juga, mempunyai kemampuan
membentuk kompleks atau ikatan dengan kristal hidroksiapatit dalam gigi sehingga
mengakibatkan terbentuknya senyawa orthocalcium phosphat complex yang
tertimbun pada gigi dan menyebabkan perubahan warna pada gigi. Dentin
ditunjukkan sebagai jaringan yang paling sulit untuk berubah warna daripada
enamel jika melalui plasenta.
Kegunaan
Pada umumnya tetrasiklin tidak digunakan untuk pengobatan
infeksi oleh sterptokokus karena obat lain yang lebih efektif
yaitu penisilin G, eritromiin, sefaloporin : kecuali doksisiklin
yang digunakan untuk pengobatan sinusitis pada orang dewasa
yang disebabkan oleh Str. Pneumoniae dan Str.pyogenes.
Banyak strain S. Aureus yang resisten terhadap
tetrasiklin. Tetra siklin dapat digunakan sebagai pengganti
penisilin dalam pengobatan infeksi batang gram positif seperti
B.anthracis, Eryspelothrixrhusiopathiae, Clostridium
tetani dan Listerine Monocytogens.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 13


Tetrasiklin juga merupakan obat yang sangat efektif untuk
infeksi Mycoplasma pneumonia, Urea plasma
urealyticum, Chlamiydia trachomatis, Chlamydia psittaci,
dan berbagai riketsia. Selain itu obat ini juga aktif terhadap
Borrelia recurentis, Treponema pallidum, Treponema
pertenue, Actinomyces israelii. Dalam kadar tinggi
antibiotic ini menghambat pertumbuhan Entamoeba
histolytica.

Beberapa spesies kuman, terutama sterptokokus beta


hemolitikus, E.coli, Pseudomonas aeruginosa,
Str.pneumoniae, N.gonorrhoeae, Bacteroides, Shigella dan
S.aureus makin meningkat resistensinya terhadap
tetrasiklin. Resistensi terhadap satu jenis tetrasiklin
biasanya disertai resistensi terhadap semua tetrasiklin
lainnya kecuali minosiklin pada resistensi S.aureus dan
doksisiklin pada resistensi B.fragilis.

The Power of PowerPoint | 14


Penggunaan Secara Klinik
Karena penggunaan yang
berlebih, dewasa ini terjadi
resistansi yang mengurangi
efektivitas tetrasiklin.
Penyakit yang obat
pilihannya golongan
tetrasiklin ialah:
Riketsiosis Infeksi Klamidia
Riketsiosis Limfogranuloma venereum Untuk penyakit ini golongan tetrasiklin
Perbaikan yang dramatis tamapak setelah merupakan obat pilihan utama. Pada infeksi akut diberikan terapi
pemberian golongan tetrasiklin. Demam mereda selama 3-4 minggu dan untuk keadaan kronis diberikan terapi 1-2
dalam 1-3 hari dan ruam kulit menghilang dalam bulan. Empat hari setelah terapi diberikan bubo mulai mengecil
5 hari. Perbaikan klinis yang nyata telah tampak
24 jam setelah terapi dimulai.

Psikatosis Konjungtivitis inklusi

Pemberian golongan tetrasiklin selama beberapa hari Penyakit ini dapat diobati dengan hasil baik
dapat mengatasi gejala klinis. Dosis yang digunakan selama 2-3 minggu dengan memberikan salep
ialah 2 gram per hari selama 7-10hari atau 1 gram per mata atau obat tetes mata yang mengandung
hari selama 21 hari golongan tetrasiklin.
Trakoma
Pemberian salep mata golongan tetrasiklin yang
dikombinasikan dengan doksisiklin oral 2 x 100 mg/hari
selama 14 hari memberikan hasil pengobatan yang baik.

Uretritis nonspesifik
Infeksi yang disebabkan oleh Ureaplasma urealyticum
atau Chlamydia trachomatis ini terobati baik dengan
pemberian tetrasiklin oral 4 kali 500 mg sehari selama 7
hari. Infeksi C.trachomatis seringkali menyertai uritritis
akibat gonokokus.
Infeksi lain
Aktinimikosis
Golongan tetrasiklin dapat digunakan untuk
mengobati penyakit ini bila penisilin G tidak dapat
diberikan kepada pasien.
Frambusia
Respons penderita terhadap pemberian golongan
tetrasiklin berbeda-beda. Pada beberapa kasus
hasilnya baik, yang lalin tidak memuaskan. Antibiotik
pilihan utama untuk penyakit ini ialah penisilin.
Leptospirosis
Walaupun tetrasiklin dan penisilin G sering digunakan
untuk pengobatan leptospirosis, efektifitasnya tidak
terbukti secara mantap.

Infeksi saluran cerna


Tetrasiklin mungkin merupakan ajuvan yang
bermanfaat pada amubiasis intestinal akut, dan
infeksi Plasmodium falciparum. Selain itu mungkin
efektif untuk disentri yang disebabkan oleh strain
Shigella yang peka.
Infeksi Mycoplasma Pneumoniae
Pneumonia primer atipik yang disebabkan oleh mikroba ini
dapat diatasi dengan pemberian golongan tetrasiklin.
Walaupun penyembuhan klinis cepat dicapai Mycoplasma
pneumoniae mungkin tetap terdapat dalam sputum setelah
obat dihentikan.

Infeksi Basil
Bruselosis Pengobatan dengan golongan tetrasiklin
memberikan hasil baik sekali untuk penyakit ini. Hasil
pengobatan yang memuaskan biasanya didapat dengan
pengobatan selama 3 minggu. Untuk kasus berat,
seringkali perlu diberikan bersama streptomisin 1gram
sehari IM.
Akne Vulgaris
Tetrasiklin diduga menghambat produksi asam lemak dari
sebum. Dosis yang diberikan untuk ini ialah 2 kali 250 mg
sehari selama 2-3 minggu, bila perlu terapi dapat
diteruskan sampai beberapa bulan dengan dosis minimal
yang masih efektif.

Penyakit Paru Obstruksi Menahun


Eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif menahun dapat
diatasi dengan doksisiklin oral 2 kali 100 mg/ hari.
Antibiotika lain yang juga bermanfaat ialah kotrimoksazol
dan koamoksiklav.

Infeksi Intraabdominal
Tigesiklin efektif untuk pengobatan infeksi intraabdominal
yang disebabkan oleh E. Coli, C.freundii, E.faecalis,
B.fragilis dan kuman-kuman lain yang peka.
Tularemia
Obat pilihan utama untuk penyakit ini sebenarnya ialah
streptomisin, tetapi terapi dengan golongan tetrasiklin juga
memberikan hasil yang baik.

Kolera
Doksisiklin dosis tunggal 300 mg merupakan antibiotik
yang efektif untuk penyakit ini. Pemberian dapat
mengurangi volume diare dalam 48 jam
.
Sampar
Antibiotik terbaik untuk mengobati infeksi ini ialah
streptomisin. Bila streptomisin tidak dapat diberikan, maka
dapat dipakai golongan tetrasiklin. Pengobatan dimulai
dengan pemberian secara IV selam 2 hari dan dilanjutkan
dengan pemberian per oral selama 1 minggu.
Penggunaan Topikal
Pemakaian topikal hanya dibatasi untuk infeksi mata saja.
Salep mata golongan tetrasiklin efektif untuk mengobati
trakoma dan infeksi lain pada mata oleh kuman Gram-
positif dan Gram-negatif yang sensitif. Selain itu salep
mata ini dapat pula digunakan untuk profilaksis oftalmia
neonatorum pada neonatus
Infeksi Kokus
Golongan tetrasiklin sekarang tidak lagi diindikasikan
untuk infeksi stafilokokus maupun streptokokus karena
sering dijumpai resistensi. Tigesiklin efektif untuk infeksi
kulit dan jaringan lunak oleh streptokokus dan stafilokokus
(termasuk MRSA).

Infeksi Venerik
Tetrasiklin merupakan antibiotik pilihan kedua setelah
penisilin untuk mengobati sifillis. Dosisnya 4 kali 500 mg
sehari per oral selama 15 hari. Tetrasiklin juga efektif untuk
mengobati chancroid dan granuloma inguinal. Karena itu
dianjurkan memberikan dosis yang sama dengan dosis
untuk terapi sifilis.
TERIMA KASIH

The Power of PowerPoint | 24

Anda mungkin juga menyukai