Anda di halaman 1dari 20

Industrial

Surfactant
Syntheses
Disusun Oleh:

Prabawati Kusuma W. 15307141007

Tri Setianingsih 15307141008

Ananda Dipta 15307141000


Pendahuluan
Isi

I. Surfaktan Anionik
A. Karboksilat
a. Sabun Mandi
b. Ether Carboxylic Acids
Bahan awal untuk asam karboksilat eter adalah etoksilat lemak alkohol. Konversi ke karboksilat eter
Asam dapat dilakukan oleh tiga rute yang berbeda:

Asam karboksilat Eter juga digunakan untuk pencuci piring manual deterjen, pembersih karpet, dan
rumah tangga lainnya produk
B. Teknologi Sulfonasi
a. Sulfonasi dengan Sulfur trioksida: Sulfonasi dengan SO 3 / udara yang
dibangkitkan dari belerang telah menjadi dominan teknologi untuk
pembuatan produk sulfonasi
b. Sulfonasi dengan Asam chlorosulfonic: Asam Chlorosulfonic (CSA) digunakan
secara batch atau kontinyu proses untuk produksi sulfat atau eter sulfat pada
skala yang relatif kecil
c. Sulfonasi dengan Asam amidosulfonat: Asam amidosulfonat relatif jarang
menggunakan agen sulfasi.
Contoh produksi eter alifatik sulfat:
1. Alkylarysulfonate: Linear alkylbenzene sulfonates (LABSs, LASs) atau umum
alkylbenzene sulfonates (ABSs)
2. Sulfonasi alifatik
3. Alkohol sulfat/alcohol eter
4. Minyak sulfat dan gliserin
5. Alkonol amida sulfat
C. Produk Kondensasi Asam Lemak
a. Isethionates: surfactants ringan
b. Taurat: asam lemak produk kondensasi dan dapat disiapkan dengan
menggunakan jalur reaksi yang sama seperti isetrik.
c. Sarcosinates
d. Asam Amino N-acil
e. Protein/Asam Lemak Kondesat
II. Surfaktan Nonionik
A. Teknologi Alkosilasi: teknologi mensintesis surfaktan nonionik dengan reaksi
akohol atau senyawa hydrogen aktif.
1. Polioksietilen Alkyl Phenol (APEs)

Pada umumnya produk ini didasarkan pada nonil fenol atau oktil fenol. Pembuatannya
dengan oksidasi alkohol alifatik. APEs memiliki berbagai aplikasi yang sangat luas di
bidang pertanian, deterjen, pembersih, tekstil, cat, kertas, dan kulit. Namun
penggunaannya telah dibatasi di Amerika karena menimbulkan efek-efek esterogenik.

2. Alifatik Polyoxyethylene Alkohol (AE)


Dibuat dengan ethoxylation atau propoxylation berasal dari lemak dan minyak
natural atau dari bahan baku petrokimia.
3. Etoksilasi Asam Lemak dan Ester
 Etoksilat asam lemak
 Etoksilat metil ester asam lemak
Berfungsi sebagai agen pencuci rumah tangga.

4. Minyak etoksilat dan gliserida


 industri kosmetik, misalnya, untuk emulsifikasi, solubilisasi, refatting, penebalan,
perbaikan sifat dermatologis dari surfaktan dasar.

5. Etoksilat amina dan amida alkanol


 bahan pelarut, dan aditif antistat. berbagai aplikasi ini bervariasi dari
pembersihan dan deterjen formulasi untuk aditif dalam cairan bensin dan
pengeboran.
B. Amina Oskida

 Sintesis oksida amina terjadi relatif hanya dengan reaksi amina tersier
dengan hidrogen peroksida dalam media berair.
IV. Sulfaktan Berbasis Karbohidrat

Merupakan konsep produk yang menggunakan sumber daya terbarukan.

surfaktan khas dengan headgroup hidrofilik dan ekor hidrofobik, sehingga


karbohidrat dapat digunakan sebagai hidfilik.

Karbohidrat yang digunakan dapat bersumber dari gula bit atau tebu,
glukosa yang berasal dari pati, dan sorbitol sebagai turunan glukosa
terhidrogenasi.
IV. Sulfaktan Kationik

A. Sintesis

 Umumnya sulfaktan kationik semua mengandung masing-masing atom


nitrogen quartener.

 Bahan dasarnya juga dapat berasal dari amina primer dan sekunder.
B. Sifat Sulfaktan Kationik
1. Sifat Kimia Fisika 2. Ekologi dan Toksikologi

  Bergantung substituent.  Bergantung substituent.


 Permukaan bermuatan negative.  garam amonium yang
 Stabil dalam bentuk garam mengandung ester mudah terurai,
amonium. sedangkan jenis lain dari surfaktan
 Rusak pada suhu 100karena kationik tidak dihilangkan bahkan
dealkilasi. setelah waktu adaptasi lebih lama.
 Sensitif terhadap hidrolisis  kuartener ester menunjukkan
aquatoxicity sedang.
 Dapat menyebabkan iritasi kulit
dan selaput lender.
VI. AMPHOTERIC surfaktan

A. Betain
 Digunakan untuk formulasi sampo.
 Betain yang homolog dari trimetil glycinate, yang ditemukan lebih dari satu abad
yang lalu dalam gula bit (Beta vulgaris) jus.
B. True Amphoterics

 Merupakan turunan asam amino.


C. Sifat Sulfaktan Amfoterik

1. Sifat Kimia Fisika


 Betain pada nilai pH yang sangat rendah, kelompok anionik akan terprotonasi untuk
menjadi karakter kationik.
 True amphoterics membentuk garam pada nilai pH lebih tinggi dari titik isoelektrik.
2. Ekologi dan Toksikologi

Betain dan True amphoteric mudah terurai.

Anda mungkin juga menyukai