Ferdy Bahasuan
Co-ass Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Tarakan
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Periode 26 November 2018 – 2 Februari 2019
Definisi
Kardiotokografi merupakan salah satu alat elektronik yang digunakan untuk tujuan
mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan dengan hipoksia janin, melalui penilaian pola
denyut jantung janin dalam hubungannya dengan adanya kontraksi ataupun aktifitas janin
Cara pemantauan bisa dilakukan secara langsung (invasive/internal) atau secara tidak
langsung (non invasif/eksternal)
Mekanisme Pengaturan Denyut Jantung Janin (DJJ)
• Frekuensi djj rata-rata 120 – 160 denyut per menit
• Faktor yang mempengaruhi :
• Sistem saraf simpatis, sebagian besar berada di dalam miokardium
Rangsangan misal dengan obat beta-adrenergik (peningkatan) dan obat propranolol (penurunan)
• Sistem saraf parasimpatis, terutama terdiri serabut n.vagus berasal dari batang otak
Rangsangan misal dengan asetilkolin (penurunan) dan atropin (peningkatan)
• Baroreseptor, bila tekanan meningkat merangsang n.vagus dan n.glossofaringeus penekanan
aktifitas jantung penurunan frekuensi denyut jantung janin
• Kemoreseptor, terdiri 2 bagian yaitu perifer (daerah karotid dan korpus aorta) dan sentral (batang
otak), berfungsi mengatur perubahan O2 dan CO2
• Susunan saraf pusat, variabilitas djj akan meningkat sesuai dengan akktifitas otak dan gerakan janin
• Sistem hormonal, dalam keadaan stress (asfikasia), medulla adrenal mengeluarkan epi/nor
Karakteristik Denyut Jantung Janin
• DJJ dalam pemeriksaan kardiotokografi ada 2 macam :
• Denyut jantung janin basal, yakni frekuensi dasar (baseline rate) dan variabilitas
(variability) denyut jantung janin saat uterus dalam keadaan relaksasi
• Perubahan periodik, merupakan perubahan djj yang terjadi saat ada gerakan janin atau
kontraksi uterus
Frekuensi Dasar DJJ (baseline rate)
• Disebut takikardi apabila frekuensi dasar (>160 bpm), bradikardi (<120 dpm)
• Bila terjadi peningkatan frekuensi (≥15 dpm) yang berlangsung cepat (<1-2
menit) disebut suatu akselerasi
• Bila terjadi penurunan frekuensi yang berlangsung cepat (<1-2 menit) disebut
deselerasi
• Takikardi (bila disertai variabilitas djj yang masih normal, biasanya janin masih dalam kondisi baik)
• Hipoksia janin (ringan/kronik)
• Kehamilan preterm (<30 minggu)
• Infeksi ibu atau janin
• Ibu febris atau gelisah
• Ibu hipertiroid
• Takiaritmia janin
• Obat-obatan (misal : atropin)
• Bradikardi (bila disertai variabilitas djj yang masih normal, menunjukkan keadaan hipoksia ringan)
• Hipoksia janin (berat/akut)
• Hipotermi janin
• Bradiaritmia janin
• Obat-obatan (propranolol, obat anesthesia lokal)
• Janin dengan kelainan jantung bawaan
Variabilitas DJJ (variability)
• Gambaran osilasi yang tidak teratur, yang tampak pada rekaman djj
• Diduga terjadi :
• Akibat keseimbangan interaksi dari sistem simpatis (kardioakselerator) dan parasimpatis
(kardiodeselator)
• Akibat rangsangan di daerah korteks otak besar (serebri) yang diteruskan ke pusat
pengatur denyut jantung di bagian batang otak dengan perantaraan n.vagus
• Hasil normal sistem persarafan janin mulai dari korteks – batang otak – n.
vagus dan sistem konduksi jantung semua dalam keadaan baik
• Variabilitas djj dibedakan 2 bagian :
• Variabilitas jangka pendek (short term variability)
• Merupakan perbedaan interval antar denyut yang terlihat pada gambaran kardiotokografi yang juga
menunjukkan variasi dari frekuensi antardenyut pada djj
• Rata-rata normal 2-3 dpm
• Arti klinis : biasanya tampak menghilang pada janin yang akan mengalami kematian dalam rahim
• Variabilitas jangka panjang (long term variability)
• Merupakan gambaran osilasi yang lebih kasar dan lebih jelas tampak pada rekaman kardiotokografi
dibanding dengan variabilitas jangka pendek
• Rata-rata mempunyai siklus 3-6 kali per menit
• Berdasarkan amplitudo fluktuasi osilasi tersebut, dibedakan menjadi :
• Normal : amplitudo antara 6-25 dpm
• Berkurang : amplitudo antara 2-5 dpm
• Menghilang : amplitudo kurang dari 2 dpm
• Saltatory : amplitudo lebih dari 25 dpm
• Berkurangnya variabilitas djj dapat juga disebabkan oleh beberapa keadaan :
• Janin tidur (keadaan fisiologik dimana aktivitas otak berkurang)
• Kehamilan preterm (SSP belum sempurna
• Janin anensefalus (korteks serebri tak sempurna)
• Blokade n.vagus
• Kelainan jantung bawaan
• Pengaruh obat-obatan narkotik, diazepam, MgSO4 dan sebagainya
• Keadaan variabilitas jangka pendek menghilang, sedangkan variabilitas jangka panjang dominan sehingga
tampak gambaran sinusoidal. Hal ini sering ditemukan pada :
• Hipoksia janin yang berat
• Anemia kronik
• Fetal eritroblastosis
• Rh-sensitized
• Pengaruh obat-obat Nisentil, Alfa prodin
Perubahan Periodik DJJ
Merupakan perubahan frekuensi dasar yang biasanya terjadi oleh pengaruh
rangsangan gerakan janin atau kontraksi uterus
• Ada 2 jenis perubahan frekuensi dasar, yaitu :
• Akselerasi
• Merupakan respon simpatetik, peningkatan frekuensi djj suatu respon fisiologik yang baik
• Ciri-ciri akselerasi yang normal :
• Amplitudo > 15 dpm
• Lamanya sekitar 15 detik
• Terjadi paling tidak 2 kali dalam waktu rekaman 20 menit
• Yang penting dibedakan antara akselerasi oleh karena kontraksi dan gerakan janin
• Akselerasi yang seragam (Uniform Acceleration). Terjadinya akselerasi sesuai dengan kontraksi uterus
• Akselerasi yang bervariasi (Variable Acceleration). Terjadinya akselerasi sesuai dengan gerakan atau rangsangan pada janin
• Deselerasi
• Merupakan respon parasimpatis (n.vagus) melalui reseptor-reseptor (baroresptor/kemoreseptor)
sehingga menyebabkan penurunan frekuensi djj
• Deselerasi dini
• Timbul dan menghilangnya bersamaan/sesuai dengan kontraksi uterus. Gambaran deselerasi ini seolah mencerminkan
kontraksi uterus
• Penurunan amplitudo tidak lebih dari 20 dpm
• Lamanya deselerasi kurang dari 90 detik
• Frekuensi dasar dan variabilitas masih normal
• Disebabkan oleh penekanan kepala janin oleh jalan lahir yang mengakibatkan hipoksia dan merangsang refleks
vagal
• Deselerasi variabel
Terjadi akibat penekanan tali pusat (lilitan tali pusat, tali pusat tumbung, atau jumlah air ketuban
berkurang) pada masa hamil atau kala 1
Ciri-ciri :
• Gambaran deselerasi yang bervariasi, baik saat timbulnya, lamanya, amplitudo maupun bentuknya
• Saat dimulai dan berakhirnya deselerasi terjadi dengan cepat dan penurunan frekuensi dasar djj
(amplitudo) bisa sampai 60 dpm
• Biasanya terjadi akselerasi sebelum atau sesudah terjadinya deselerasi
• Dianggap berat apabila memenuhi rule of sixty yaitu deselerasi mencapai 60 dpm atau lebih dibawah
frekuensi dasar djj dan lamanya deselerasi lebih dari 60 detik
• Deselerasi variabel yang berulang sering atau yang memanjang harus waspada terhadap
kemungkinan hipoksia janin yang berlanjut
Penanganan :
• Perubahan posisi ibu
• Reposisi tali pusat
• Pemberian oksigen pada ibu
• Amino-infusion untuk mengatasi oligohidramnion
• Terminasi persalinan bila diperlukan
• Deselerasi lambat
• Ciri-ciri :
• Timbulnya sekitar 20-30 detik setelah kontraksi uterus dimulai
• Berakhirnya sekitar 20-30 detik setelah kontraksi uterus menghilang
• Lamanya kurang dari 90 detik (rata-rata 40-60 detik)
• Timbul berulang pada tiap kontraksi dan beratnya sesuai dengan intensitas kontraksi uterus
• Frekuensi dasar djj biasanya normal atau takikardi ringan, dalam keadaan hipoksia berat bisa terjadi
bradikardi
• hipoksia janin yang memberat menyebabkan rangsangan pada kemoreseptor dan n.vagus dan
terjadilah deselerasi lambat, yang dimana jaringan otak akan mengalami hipoksia dan otot
jantung mengalami depresi oleh karena hipoksia. Sebagai akibatnya adalah variabilitas djj akan
menurun dan akhirnya menghilang sebelum janin mati dalam rahim
• Penanganan :
• Memberikan infus
• Ibu tidur miring
• Berikan oksigen
• Menghentikan kontraksi uterus dengan obat-obatan tokolitik
• Segera direncanakan terminasi kehamilan dengan seksio sesarea