Anda di halaman 1dari 18

Prevalensi dan Insiden

Faktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut (Riyanto, 2006):

1. Kebiasaan merokok yang masih tinggi

2. Pertambahan penduduk

3. Meningkatnya usia rata-rata penduduk dari 54 tahun pada tahun 1960-an


menjadi 63 tahun pada tahun 1990-an

4. Industrialisasi

5. Polusi udara terutama di kota besar, di lokasi industri, dan di pertambangan.


 PPOK/COPD adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik
adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat
progresif nonreversibel atau reversibel parsial, serta adanya
respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang
berbahaya (GOLD, 2009).
 PPOK/COPD / COPD (CRONIC OBSTRUCTION PULMONARY
DISEASE) merupakan istilah yang sering digunakan untuk
sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai
oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya (Price, Sylvia Anderson : 2005)
a. Bronkitis kronik
b. Emfisema
c. Asma bronkial
 asap rokok
 perokok aktif
 perokok pasif
 polusi udara
 polusi di dalam ruangan- asap rokok - asap
kompor
 polusi di luar ruangan- gas buang kendaraan
bermotor- debu jalanan
 polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi,
gas beracun)
 infeksi saluran nafas bawah berulang
 Perubahan patologi pada saluran napas proksimal,
perifer, parenkim, dan vaskular paru.
 Asap rokok dan berbagai partikel gas beracun
inflamasi kronis pada paru  jumlah sel inflamasi (
neutrofil, makrofag, dan sel T sitotoksik ) >>> 
perubahan struktur yang berbeda pada setiap
bagian paru  cedera dan penyembuhan yang
berulang.
 Proses inflamasi diperberat oleh stress oksidatif
dan peningkatan jumlah protease pada paru.
Terjadinya eksaserbasi memperberat respon
inflamasi pada PPOK, yang seringkali dipicu oleh
adanya infeksi bakteri atau virus (GOLD, 2009).
Perubahan patologi pada saluran napas proksimal,
perifer, parenkim, dan vaskular paru.
 Asap rokok dan berbagai partikel gas beracun
inflamasi kronis pada paru  jumlah sel
inflamasi ( neutrofil, makrofag, dan sel T
sitotoksik ) >>>  perubahan struktur yang
berbeda pada setiap bagian paru  cedera dan
penyembuhan yang berulang.
 Proses inflamasi diperberat oleh stress oksidatif
dan peningkatan jumlah protease pada paru.
Terjadinya eksaserbasi memperberat respon
inflamasi pada PPOK, yang seringkali dipicu oleh
adanya infeksi bakteri atau virus (GOLD, 2009).
1. Batuk kronis
Meningkat dan maksimal pada pagi hari
Batuk produktif intermitten hampir tiap hari seiring
waktu.

2. Produksi sputum
Sputum : bening dan mukoid,
Dapat pula menjadi tebal,kuning bahkan kadang
ditemukan darah selama terjadinya infeksi bakteri
respiratorik.

3. Sesak napas
Setelah beraktivitas berat terjadi seiring dengan
berkembangnya penyakit (exertional dyspnoe)
Faktor resiko -Sesak napas
-Usia ( > 40th) -Batuk kronik produksi sputum
-Riw pajanan : asap rokok, polusi udara, -Keterbatasan aktivitas
polusi tempat kerja

PF

Pemeriksaan foto
Curiga PPOK** Infiltrat,massa,dll
toraks

Fasiliti spirometri (-
Fasiliti spirometri (+)
)

Normal 30%<VEP1<70% prediksi


VEP1/KVP < 80%

PPOK secara PPOK Derajat


klinis Beresiko PPOK Derajat Bukan PPOK
0 I/II/III/IV
 Gagal napas
 Polisitemia sekunder
 Cor pulmonale
 Pneumotoraks
 Hipertensi pulmonal
 Malnutrisi
 Penyakit paru tahap akhir
Penatalaksaan yang tepat pada PPOK
meliputi beberapa program :
(1) evaluasi dan monitoring penyakit,
(2) mengurangi faktor resiko,
(3) tatalaksana PPOK yang stabil, dan
(4) tatalaksana PPOK dengan eksaserbasi.
Derajat
Karakteristik Rekomendasi Pegobatan

•Hindari faktor pencetus


Semua derajat
•Vaksinasi influenza*
Gejala kronik (batuk,
dahak)
Derajat 0 : beresiko
Terpajan faktor resiko
Spirometri normal
a. Bronkodilator kerja
VEP1 / KVP < 70%
singkat(SABA, anti kolinergik
Derajat I : PPOK ringan VEP1≥ 80% prediksi
short acting) k/p
Dgn/tanpa gejala
b. Antikolinergik long acting
1. Bronkodilator (reguler)
VEP1 / KVP < 70%
a. Antikolinergik long acting
50 %< VEP1< 80%
Derajat II : PPOK sedang b. LABA
prediksi
c. Simptomatik
Dgn/tanpa gejala
2. Rehabilitasi
1. satu/ lebih bronkodilator
(reguler)
a. Antikolinergik long acting
VEP1 / KVP < 70%
b. LABA
30 % ≤ VEP1 ≤ 50%
Derajat III : PPOK berat c. Simptomatik
prediksi
d. Kortikosteroid inhalasi (respon
Dgn / tanpa gejala
klinis/eksaserbasi berulang)
2. Rehabilitasi
Derajat IV : PPOK sangat VEP1 / KVP < 70% 1. satu/lebih bronkodilator
berat VEP1< 30% prediksi/ gagal
nafas/gagal jantung kanan a. Antikolinergik long acting
b. LABA
c. Pengobatan pd komplikasi
d. Kortikosteroid inhalasi
(respon klinis/eksaserbasi
berulang

2. Rehabilitasi

3. Terapi oksigen jangka


panjang bila gagal nafas

4. Terapi pembedahan
 Bersihan jalan napas tidak
efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,
peningkatan produksi sputum, batuk tidak
efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan
infeksi bronkopulmonal.
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC

1. Bersihan jalan napas tidak NOC : 1. Beri pasien 6 sampai 8 gelas cairan/hari
efektif b.d bronkokontriksi, kecuali terdapat kor pulmonal.
v Respiratory status : Ventilation
peningkatan produksi sputum,
2. Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan
v Respiratory status : Airway patency
batuk tidak efektif,
teknik pernapasan diafragmatik dan batuk.
kelelahan/berkurangnya tenaga v Aspiration Control
3. Bantu dalam pemberian tindakan nebuliser,
dan infeksi bronkopulmonal. Kriteria Hasil :
inhaler dosis terukur
v Mendemonstrasikan batuk efektif dan
4. Lakukan drainage postural dengan perkusi
suara nafas yang bersih, tidak ada
dan vibrasi pada pagi hari dan malam hari
sianosis dan dyspneu (mampu
sesuai yang diharuskan.
mengeluarkan sputum, mampu bernafas
5. Instruksikan pasien untuk menghindari iritan
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
seperti asap rokok, aerosol, suhu yang ekstrim,
v Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien
dan asap.
tidak merasa tercekik, irama nafas,
6. Ajarkan tentang tanda-tanda dini infeksi yang
frekuensi pernafasan dalam rentang
harus dilaporkan pada dokter dengan segera:
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
peningkatan sputum, perubahan warna sputum,
v Mampu mengidentifikasikan dan mencegah
kekentalan sputum, peningkatan napas pendek,
factor yang dapat menghambat jalan
rasa sesak didada, keletihan.
nafas
7. Berikan antibiotik sesuai yang diharuskan.

8. Berikan dorongan pada pasien untuk


melakukan imunisasi terhadap influenzae dan
streptococcus pneumoniae.

Anda mungkin juga menyukai