Anda di halaman 1dari 32

MATERI DISKUSI

ORAL SURGERY
PEMERIKSAAN FISIK SECARA UMUM
DAN SISTEM STOMATIGNATIK

Oleh :
Ridha Rachmadana Idris / J11113043
Nurmiati / J11113022
Irawati Utami Idrus / J11113507

Pembimbing : drg. Abul Fauzi, Sp.BM


PEMERIKSAAN FISIK
SECARA UMUM
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu elemen penting dari
proses menentukan diagnosis sebuah penyakit. Diagnosis
dilakukan untuk mengetahui penyakit pasien, agar dapat
memberikan terapi yang tepat pada pasien tersebut. Selama
pemeriksaan fisik, seorang klinisi perlu memerhatikan
dengan baik kesan yang ditunjukkan oleh pasien selama
proses history-taking dilakukan.
PRINSIP DASAR PEMERIKSAAN FISIK
Untuk memperoleh informasi mengenai
status kesehatan pasien.
Tujuan
utama

Tujuan
definitif

untuk mengindentifikasi status “normal” dan kemudian


mengetahui adanya kelainan dari keadaan normal tersebut
dengan memvalidasi keadaan dan keluhan dari gejala
pasien
PEMERIKSAAN FISIK

TANDA – TANDA VITAL

TEKANAN DENYUT
SUHU PERNAFASAN
DARAH NADI

PEMERIKSAAN TUBUH/ORGAN

INSPEKSI PALPASI PERKUSI AUSKULTASI


METODE PEMERIKSAAN
1. Ekspresi wajah : Apakah pasien menahan sakit, sesak, atau diam
dan tenang-tenang saja. Tanda-tanda distress, seperti : merintih,
berkeringat, gemetar.
2. Gaya berjalan : apakah ada kelainan, seperti jalan terseok-seok,
kecepatan yang menurun, langkah terlalu kecil, dll
3. Tanda spesifik lain: apakah tampak adanya luka ataupun memar,
nilai kelainan lain yang langsung tampak. Warna kulit : pucat,
sianosis, icterus.
4. Status mental : menilai tingkah laku, perasaannya, dan juga cara
berfikir. Lakukan interaksi sederhana bisa dengan menanyakan
orientasi tempat, waktu. Dan juga aktifitas sehari-hari. Nilai
apakah terdapat penurunan fungsi berfikir atau tidak.
5. Bentuk badan : melihat kelainan bentuk tulang belakang seperti kifosis,
lordosis, skoliosis. Nilai bentuk dadanya secara keseluruhan, nilai juga
kelainan bentuk (malformasi) yang terdapat sejak lahir (kongenital).

6. Cara bergerak (mobilitas) : Aktif dan dapat memiringkan badannya tanpa


kesulitan. Dapat memberi petunjuk pada beberapa penyakit seperti tulang
sendi atau saraf. Juga dapat mengetahui kelainan jantung juga paru-paru yang
mana pasien lebih nyaman dalam keadaan bersandar.

7. Tingkat kesadaran
Untuk pasien yang menderita trauma berat, pemeriksaan neurologis harus
mencakup pemeriksaan Glass Coma Scale (GCS). Pemeriksaan saraf kranial
harus dilakukan untuk mengungkap kelainan jenis apapun .Untuk pasien yang
mengalami trauma wajah, mata harus dievaluasi untuk setiap cacat cahaya
pupil aferen.
Tingkat kesadaran secara kualitatif dapat dibagi menjadi kompos mentis,
apatis, somnolen, stupor, dan koma

• Kompos mentis berarti keadaan seseorang sadar penuh dan dapat


menjawab pertanyaan tentang dirinya dan lingkungannya.

• Apatis berarti keadaan seseorang tidak peduli, acuh tak acuh dan
segan berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya.

• Somnolen berarti seseorang dalam keadaan mengantuk dan cenderung


tertidur, masih dapat dibangunkan dengan rangsangan dan mampu
memberikan jawaban secara verbal, namun mudah tertidur kembali.

• Sopor/stupor berarti kesadaran hilang, hanya berbaring dengan mata


tertutup, tidak menunjukkan reaksi bila dibangunkan, kecuali dengan
rangsang nyeri.

• Koma berarti kesadaran hilang, tidak memberikan reaksi walaupun


dengan semua rangsangan (verbal, taktil, dan nyeri) dari luar.
Karakteristik koma adalah tidak adanya
Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Pemeriksaan Tekanan Darah

Teknik Pemeriksaan
Tekanan Darah

Palpatoir / Palpasi Auskultatoir


Pemeriksaan Nadi/Arteri
Merupakan suatu gelombang yang teraba pada
arteri bila darah dipompa keluar jantung
Arteri radialis, terletak sepanjang tulang radialis,
lebih muda teraba di atas pergelangan tangan pada
sisi ibu jari
Pemeriksaan Nadi/Arteri
Dengan menghitung frekuensi denyut nadi, dapat diketahui
frekuensi denyut jantung dalam 1 menit. Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada pemeriksaan nadi adalah frekuensi (jumlah)
per menit, irama (teratur atau tidaknya),

Arteri Radialis Arteri Karotid Arteri Brachialis


Pernafasan
Pemeriksaan Secara
Inspeksi

Inspirasi Ekspirasi
I
Inspeksi Frekuensi Pernafasan
Inspeksi dilakukan untuk mengevaluasi kecepatan pernapasan
pasien
1. Jaga posisi pasien tetap selama melakukan pengukuran
kecepatan pernapasan
2. Amati dada atau abdomen pasien selama respirasi
3. Hitung jumlah pernafasan (inhalasi dan ekshalasi dihitung
sebagai satu pernapasan) dalam 30 detik, dan jika ritme teratur,
kalikan dua jumlah tadi
4. Jika ritme tidak teratur, hitung jumlah nafas dalam 1 menit
5. Catat nilai sebagai respirasi per menit (rpm)
Pernapasan / Respirasi
Bayi : 30-40 x/mnt
Anak : 20-30 x/mnt
Dewasa : 16-20 x/mnt
Lansia : 14-16 x/mnt

Catatan :
Dispnea : Pernapasan yang sulit
Tadipnea : Pernapasan lebih dari normal ( lebih dari 20 x/menit)
Bradipnea : Pernapasan kurang dari normal ( kurang dari 20 x/menit)
Apnea : Pernapasan terhenti
Ipnea : Pernapasan normal
Suhu

axila
oral

rektal

Teknik Pemeriksaan Suhu


Oral Rektal

Axial
PENGUKURAN SUHU: AXILLA
Letakkan termometer di ketiak di tengah axilla
Termometer dijepit di bawah lengan pasien
Lipat lengan pasien di dadanya agar termometer tetap di
tempatnya
Biarkan termometer selama 5 menit pada anak-anak dan
10 menit pada pasien dewasa
Nilai Normal
Normal : 36,6oC - 37,2 oC
Sub Febris : 37 oC - 38 oC
Febris : 38 oC - 40 oC
Hiperpireksis : 40 oC - 42 oC
Hipotermi : Kurang dari 36 oC
Hipertermi : Lebih dari 40 oC
CARA PEMERIKSAAN GIGI
GELIGI
IINSPEKSI PERKUSI PALPASI
INSPEKSI
Proses pemeriksaan dengan metode
pengamatan atau observasi menggunakan
panca indra untuk mendeteksi masalah
kesehatan, beupa bentuk, warna, posisi,
ukuran dan lainnya dari tubuh pasien
Kegunaan
• Melihat lokasi kavitas/ karies
• Melihat warna gigi, gingiva, tekstur gingiva dan mukosa lainnya
(lidah, palatum, vestibulum, pipi)
PERKUSI
Pengertian:
Merupakan metode yg digunakan untuk menentukan adanya
radang pd jar. Periodontal dgn cara mengetuk gigi secara ringan
menggunakan tangkai instrumen

Cara:
Mengetuk pada gigi yg sehat dulu kemudian baru pd gigi yg sakit/
dicurigai. Ketukan dilakukan pd permukaan labial/ bukal,
palatinal/ lingual, incisal/ oklusal
Hasil perkusi:
Positif : ada radang jar.periodontal
Negatif : tdk ada radang jaringan periodontal
PALPASI
Pemeriksaan dengan cara meraba
TUJUAN:
• Mengetahui kondisi akut/ kronis. Misal: infeksi pd kelenjar sub
mandibula. Pada yg akut,saat palpasi akan terasa sakit dan terasa
seperti ada biji.
• Mengetahui suhu di daerah yg sakit. Misal: pada abses, suhu
daerah setempat akan terasa hangat/ panas
• Mengetahui keras lunaknya suatu pembengkakan. Misal: pada
abses yg sdh matang, palpasinya terasa lunak
• Mengetahui lokasi pembengkakan
• Mengetahui adanya fraktur, misal; fraktur tlg alveolar
Cara:

1. Pada abses: jari telunjuk diletakkan pelan2 pd daerah pembengkakan dgn


sedikit tekanan

2. Pada kel. Limfe: kepala pasien ditundukkan, ibu jari bertumpu pd pipi,
kmdn kel.limfe diraba di bwh korpus mandibula dgn jari telunjuk, jari
tengah, jari manis dan kari kelingking dgn gerakan memutar pelan2
tanpa tekanan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai