Anda di halaman 1dari 60

INFEKSI VIRUS PADA

KULIT

DINI NURMALAH

DEVI PRILLIANTI
VARISELA

Sinomim : cacar air, chicken pox


Etiologi : virus varisela-zoster

Epidemiologi :
- tersebar diseluruh dunia
- mengenai semua usia, terutama anak-anak
- penularan  aerogen
Gejala klinis :
- inkubasi : 7 – 14 hari
- gejala prodromal : demam, malese, nyeri kepala
- erupsi polimorfi : papul eritem  vesikel
 pustul  krusta
- lokasi : badan  menyebar ke wajah &
ekstremitas
- mukosa mata, mulut, sal napas atas
- pembesaran KGB
- dapat disertai gatal
Komplikasi
- anak  jarang, dewasa lebih sering
- ensefalitis, pneumonia, glomerulonefritis,
karditis, hepatitis, keratitis, konjungtivitis,
otitis, arteritis, purpura
- ibu hamil
 trimester I : kelainan kongenital
 trimester III : varisela kongenital
Diagnosis
- anamnesis & klinis
- penunjang  uji Tzanck

Diagnosis banding :
- variola
Tatalaksana :
1. Simtomatik
- analgetik/antipiretik
- antipruritus oral, bedak salisil
2. Kausatif :
- antivirus : asiklovir 5x400-800 mg/hr
- VZIG (varisela zoster immunoglobuline)
3. Pencegahan :
- vaksinasi varisela pada bayi < 12 bulan
- vaksinasi ulang setelah 4-6 tahun
- efektivitas ?

Prognosis :
- baik
Variola

 Sinonim : cacar, small pox


 Etiologi : virus pox (pox virus variolae)

Epidemiologi :
- tersebar diseluruh dunia, beberapa insidens ↑
- WHO 1984 : seluruh dunia bebas varisela
 Gejala klinis
- inkubasi : 2-3 minggu
- terdapat 4 stadium
- stadium inkubasi/prodromal
* nyeri kepala, tulang, sendi
* demam tinggi, malese, mual/muntah
- stadium makulo-papular
* makula eritem  papul
* letak di wajah & ekstremitas, telapak
tangan & kaki
*suhu normal, lesi baru (-)
 Stadium vesikulo-pustulosa
- 5-10 hari  timbul vesikel  pustul
- suhu naik kembali
- lesi membentuk umbilikasi

 Stadium resolusi
- berlangsung 2 minggu
- lesi krustasi  lepas  sikatriks atrofik
- suhu normal
- perdarahan  “black variola”
- fatal  mortalitas 1-50%
 Komplikasi
- Bronkopneumonia
- Pioderma : furunkulosis, impetigo
- Ulkus kornea, ensefalitis, telogen efluvium

 Diagnosis
- Anamnesis, klinis
- Penunjang : inokulasi korioalantoik
 Tatalaksana
- simtomatik
* antipiretik
- kausatif
* antivirus (asiklovir, valasiklovir)
* antibiotik bila ada infeksi sekunder

 Prognosis
- mortalitas 1-50%
- kurang baik, karena terbentuk sikatriks
HERPES ZOSTER

 Sinonim : cacar ular


 Etiologi :
- Penyebaran di seluruh dunia
- Umumnya usia dewasa, jarang pada anak
-♂=♀
 Gejala klinis
- inkubasi : 7-12 hari
- prodromal : demam, malese, nyeri otot /
tulang, gatal
- timbul lesi vesikel berkelompok, dasar kulit
eritematosa dan edema
- unilateral, dermatomal
- hiperestesi
- vesikel jernih  keruh; pustul krusta
- perdarahan  HZ hemoragik
- infeksi sekunder  ulkus  sikatriks
- resolusi 1-2 minggu
- pembesar KGB regional
 Kelainan pada wajah
- gangguan n. trigeminus (ganglion Gaseri)
- gangguan n. fasialis
- gangguan n. otikus (ganglion Genikulatum)
 H Z oftalmikus
- Gangguan pada n. trigeminus cabang I
 kelainan pada mata
- Cabang II + III  kelainan pada kulit
- Sindrom Ramsay Hunt
* gangguan fasialis & otikus
* paralisis otot wajah (paralisis Bell)
* tinitus, vertigo, nistagmus, nausea,
gangguan pendengaran
Neuralgia pascaherpetik :
- rasa nyeri yang timbul pada bekas lesi
- terutama pada orang tua (usia > 40 th)
Komplikasi
1. Neuralgia pascaherpetik
2. Ulkus dengan jaringan nekrotik pada
imunokompromais
3. HZ oftalmikus :ptosis paralitik, keratitis,
skleritis, uveitis, korioretinitis, neuritis optik
4. Paralisis motorik
5. Infeksi menjalar ke organ dalam  paru,
hepar, otak
Diagnosis :
- anamnesis & klinis
- penunjang : uji Tzanck

Diagnosis banding :
- herpes simpleks
- angina pektoris, gastritis, artritis
Tatalaksana
1. Simtomatik
- analgetik
- kortikosteroid bila ada sindrom Ramsay Hunt
- bedak salisil, kompres bila ada erosi
2. Kausatif
- antiviral : asiklovir 5x400 mg/hr
- antibiotik bila ada infeksi sekunder

Prognosis :
- baik, bergantung tindakan/perawatan sejak awal
C
VERUKA

 Sinonim : kutil, common wart


 Etiologi : virus papiloma

 Kalsifikasi menurut bentuk :


1. veruka vulgaris
2. veruka plana juvenilis
3. veruka plantaris
4. veruka akuminatum (kandiloma akuminatum)
1. Veruka vulgaris
- pada anak & dewasa
- predileksi di ekstremitas
- bentuk bulat, abu-abu, lentikular
permukaan verukosa
- fenomena Koebner (+)
2. Veruka plana juvenilis :
- lesi papul datar, miliar-lentikular
- permukaan licin, warna kulit kecoklatan
- letak di wajah, leher, dorsum manus/pedis,
pergelangan tangan, lutut
- fenomena Koebner (+)
3. Veruka plantaris
- ditelapak kaki
- bentuk cincin, bagian tengah lunak
- warna kekuningan
- nyeri waktu berjalan
4. Veruka akuminatum
Kondiloma akuminatum
Tatalaksana :
1. Bahan kaustik : larutan AgNO3 25%,
as. trikloroasetat 50%, fenol likuifaktum
2. Bedah beku : CO2, N2, N2O
3. Bedah skalpel, bedah listrik, laser
KONDILOMA AKUMINATUM

 Sinonim : veruka akuminatum


 Etiologi : virus papiloma humanus (VPH)

 Epidemiologi :
- merupakan penyakit IMS
- tersebar di seluruh dunia
- transmisi melalui kontak langsung
 Gejala klinis :
- bentuk lesi vegetasi bertangkai, warna
kemerahan/kehitaman
- permukaan papilomatosa
- vegetasi besar  giant condyloma
(Buschke)  maligna
- Lokasi :
* ♂ : perineum, anus, sulkus koronarius,
glans penis, oue, korpus, pangkal penis
* ♀ : vulva, introitus vagina, porsio uteri
 Diagnosis banding :
1. Veruka vulgaris
2. Kondiloma latum (S II)
3. Karsinoma sel skuamosa

 Tatalaksana :
1. Kemoterapi
- tingtura padofilin 25%
- larutan asam trikloroasetat 50%
- krim 5 fluorourasil
2. Bedah listrik, bedak beku, skalpel, laser
3. Interferon

4. Imunoterapi

 Prognosis
pada umumnya baik, kecuali pada VPH tipe
tertentu dapat menyebabkan keganasan
MOLUSKUM KONTAGIOSUM

 Etiologi : virus poks


 Epidemiologi :
- menyerang anak & dewasa (IMS)
- transmisi kontak kulit langsung dan
autoinokulasi
 Gejala klinis
- inkubasi : beberapa minggu
- lesi papul miliar –lentikular, warna putih,
bentuk kubah, lekukan di tengah (delle)
- Lokasi : wajah, badan, ekstremitas, pubis

 Tatalaksana

1. enukleasi
2. bedah listrik, bedah beku
RUBELLA

 Definisi
Rubella atau Campak Jerman merupakan penyakit
anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-
gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan
atau demam skarlet, dan pembesaran serta nyeri
limfonodi pascaoksipital, retroaurikuler, dan servikalis
posterior. Campak Jerman atau rubella ini biasanya hanya
menyerang anak-anak sampai usia belasan tahun
Epidemiologi
Manusia adalah satu-satunya hospes alamiah
rubella, yang disebarkan oleh droplet oral atau
secara transplasenta melalui infeksi congenital.
Etiologi
• Rubella disebabkan oleh virus yang mengandung-RNA pleomorfik, yang sekarang
didaftar pada famili Togaviridae, genus Rubivirus.Virus ini sferis, berdiameter 50-60
nm, dan berisi asam ribonukleat helai-tunggal.

• Virus biasanya diisolasi pada biakan jaringan, dan keberadanya diperagakan oleh
kemampuan sel ginjal kera hijau Afrika (African green monkey kidney) [AGMK]
terinfeksi rubella menahan tantangan dengan enterovirus.

• Selama penyakit klinis virus berada dalam sekresi nasofaring, darah, tinja, dan urin.
Virus telah ditemukan dari nasofaring 7 hari sebelum eksantem, dan 7-8 hari
sesudah menghilangnya. Penderita dengan penyakit subklinis juga infeksius.
Manifestasi Klinis
• Keluhan yang dirasakan biasanya lebih ringan dari penyakit
campak.

• Bercak-bercak mungkin juga akan timbul tapi warnanya lebih


muda dari campak biasa.

• Biasanya bercak timbul pertama kali di muka dan leher, berupa


titik-titik kecil berwarna merah muda. Dalam waktu 24 jam,
bercak tersebut menyebar ke badan, lengan, tungkai, dan
warnanya menjadi lebih gelap. Bercak-bercak ini biasanya hilang
dalam waktu 1 sampai 4 hari.
Masa inkubasi adalah 14-21 hari.

Tanda yang paling khas adalah adenopati retroaurikuler, servikal


posterior, dan di belakang oksipital. Tidak ada penyakit lain yang
menyebabkan pembesaran nyeri limfonodi ini yang sampai sebesar
limfonodi rubella.

Ruam ini terdiri dari bintik-bintik merah tersendiri pada palatum molle
yang dapat menyatu menjadi warna kemerahan dan meluas pada
rongga belakang mulut yang dikenal sebagai Forscheimer spot.
Limfadenopati jelas pada sekitar 4 jam sebelum ruam muncul dan
dapat tetap selama 1 minggu atau lebih.
Eksantemnya lebih bervariasi daripada eksantem rubeola.
Eksantem mulai pada muka dan menyebar dengan cepat. Evolusinya
begitu cepat sehingga dapat menghilang pada muka pada saat ruam
lanjutannya muncul pada badan. Makulopapula tersendiri ada pada
sejumlah kasus; ada juga daerah kemerahan yang luas yang
menyebar dengan cepat ke seluruh badan, biasanya dalam 24 jam.
Ruam dapat menyatu, terutama pada muka.

Selama hari kedua ruam dapat mempunyai gambaran sebesar ujung


jarum, terutama di seluruh tubuh, menyerupai ruam demam skarlet.
Dapat terjadi gatal ringan. Erupsi biasanya jelas pada hari ke 3.
Deskuamasi minimal.

Mukosa faring dan konjungtiva sedikit meradang. Berbeda dengan


rubeola, tidak ada fotofobia. Demam ringan atau tidak selama ruam
dan menetap selama 1, 2, atau kadang-kadang 3 hari. Suhu jarang
melebihi 38oC (101oF). Anoreksia, nyeri kepala, dan malaise tidak
biasa
Diagnosa
• Untuk mendiagnosa pasti suatu rubella, dapat dilakukan dengan isolasi virus,
hanya saja ini sulit dilakukan dan biayanya juga mahal atau dapat pula dengan
titer antibodi. Tes yang biasa dilakukan adalah tes ELISA untuk antibodi IgG dan
IgM.

• Antibodi hemaglutinasi-inhibisi (HI) merupakan metode penentuan imunitas


biasa terhadap rubella.

• Beberapa uji yang lebih baru termasuk aglutinasi lateks, immunoassay enzim, dan
immunoassay fluoresen sensitivitasnya tampak sama atau lebih baik dari pada uji
HI. Immunoglobulin (Ig) M spesifik-rubella dapat ada dalam darah bayi baru lahir
yang terkena.5,7
Diagnosa Banding
• rubella dapat terancukan dengan tipe demam skarlet
dan rubeola ringan.
• Roseola infantum (eksantema subitum)
• Ruam karena obat
• mononukleosis infeksiosa
Penatalaksanaan
• Jika tidak terjadi komplikasi bakteri, pengobatan pada
rubella adalah simptomatis.

Komplikasi dan Prognosis


• Komplikasi rubella jarang dijumpai pada anak-anak.
Neuritis dan arthritis kadang-kadang terjadi, ensefalitis
serupa dengan ensefalitis yang ditemukan pada
rubeola yang terjadi pada sekitar 1/6000 kasus.
Prognosis rubella anak adalah baik.
MEASLES

Definisi
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi
virus yang umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala klinis khas yaitu
terdiri dari 3 stadium yang masing-masing mempunyai ciri khusus: (1) Stadium
masa tunas berlangsung kira-kira 10-12 hari, (2) stadium prodromal dengan
gejala pilek dan batuk yang meningkat dan ditemukan enantem pada mukosa pipi
(bercak Koplik), faring dan peradangan mukosa konjungtiva, dan (3) stadium akhir
dengan keluarnya ruam mulai dari belakang telinga menyebar ke muka, badan,
lengan dan kaki. Ruam timbul didahului dengan suhu badan yang meningkat,
selanjutnya ruam menjadi menghitam dan mengelupas.
EPIDE MIOLOGIS
Campak merupakan penyakit endemis, terutama
dinegara sedang berkembang. Di Indonesia penyakit
campak sudah dikenal sejak lama.. Dari penelitian
retrospektif dilaporkan bahwa campak di Indonesia
ditemukan sepanjang tahun.
ETIOLOGI
• Penyakit ini disebabkan oleh virus campak dari famili Paramyxovirus
genus Morbilivirus. Virus ini merupakan virus RNA serat negatif yang
berenvelop.4 RNA virus ini mempunyai 2 fungsi yaitu: (1) Sebagai
template/cetakan untuk mensintesis mRNA (2) Sebagai template/
cetakan untuk mensintesis serat anti genom (+).
Manifestasi Klinis
Sekitar 10 hari setelah infeksi akan muncul demam yang biasanya tinggi,
diikuti dengan koriza/pilek, batuk dan peradangan pada mata 5. Gejala
penyakit campak dikategorikan dalam tiga stadium: 9,12
• Stadium masa inkubasi, berlangsung 10-14 hari.
• Stadium masa prodromal
• Erupsi (Rash).
Diagnosis
Penyakit campak dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis yang klasik menurut
CDC (Centre for Disease Control and Prevention) dengan kriteria sebagai berikut:
10

• Terdapat ruam papulomakuler menyeluruh yang terjadi dalam waktu 3 hari atau
lebih.
• Demam 38,3oC (101oF).
• Terdapat salah satu dari gejala berikut, batuk, koriza/pilek atau konjungtivitis

Tetapi gejala klinis pada penyakit campak sering mengalami modifikasi misalnya
penyakit campak dapat timbul tanpa disertai demam dan tanpa timbul ruam-ruam
pada kulit. Hal seperti ini sering terjadi pada anak atau bayi yang sangat muda,
penderita dengan immunocompromised, anak dengan malnutrisi atau bisa pada anak
yang sebelumnya telah mendapat imunisasi campak.4 Karena banyak penderita
menunjukkan gejala yang tidak jelas, maka untuk memastikan diagnosis perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium.1
• Pemeriksaan darah rutin
• Deteksi virus
• Mendeteksi antibody
Penyulit
• Bronkopneumonia
• Encephalitis
• Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)
• Konjungtivitis
• Otitis Media
• Diare
• Laringotrakheitis
• Jantung
• Black measles
Penatalaksanaan
• Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan, anak harus
diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat
simtomatik, dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran,
dan anti konvulsan bila diperluan.
• Sedangkan pada campak dengan penyulit, pasien perlu dirawat
inap. Di rumah sakit pasien campak dirawat di bangsal isolasi
sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan
memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai. Vitamin A
100.000 IU per oral diberikan satu kali, apabila terdapat
malnutrisi dilanjutkan 1500 IU perhari.1,3 Parasetamol untuk
menurunkan demam dosis 10-15mg/kg BB.
Pencegahan
• Imunisasi aktif
• Imunisasi Pasif (Imunoglobulin)

Pemberian imunisasi campak pada usia kurang dari 12 bulan


memerlukan imunisasi ulang pada usia 15 bulan karena vaksin
dinetralisasi oleh antibodi maternal sedang pemberian imunisasi
campak pada usia lebih dari 12 bulan atau 15 bulan tidak perlu
imunisasi ulang, karena dapat memperlihatkan serokonversi yang
maksimum dan daya proteksi vaksin mencapai 95-100 persen
jika diberikan pada usia lebih dari 12 bulan
Prognosis
• Pada penyakit campak yang tidak disertai dengan
komplikasi maka prognosisnya baik. Sedangkan pada
campak yang disertai komplikasi (misal ensefalitis dan
pneumonia) maka prognosisnya buruk karena dapat
menimbulkan kecacatan seumur hidup meskipun jarang
ditemukan.
• Penyakit campak juga merupakan penyebab morbiditas
dan mortalitas yang penting pada anak-anak yang
mengalami malnutrisi sehingga harus diwaspadai.

Anda mungkin juga menyukai