Anda di halaman 1dari 30

Corticosteroid Therapy in

Combination with Antibiotics


for Erysipelas
ERISIPLEAS
DEFINISI
Erisipelas adalah infeksi bakteri akut pada dermis dan jaringan subkutis
bagian atas yang ditandai dengan keterlibatan pembuluh limfatik pada
kulit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus b-hemolytic grup A
dan jarang disebabkan oleh S. aureus. Limfaedema, vena stasis, dan
obesitas merupakan faktor resiko pada pasien dewasa.
EPIDEMIOLOGI
• Erisipelas dapat terjadi pada semua usia dan semua bangsa atau ras ,
namun paling sering terjadi pada bayi, anak dan usia lanjut.
• Erysipelas lebih sering terjadi pada pria ketimbang wanita, dengan
perbandingan 4:1.
• Sekitar 85 % Erisipelas terjadi di kaki dan wajah, sedangkan sebagian
kecil dapat terjadi di tangan, perut dan leher serta tempat lainnya.
ETIOLOGI
Erisipelas pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh bakteri
Streptococcus b-hemolytic grup A, Staphylococcus aureus, dan
gabungan bakteri anaerobik fakultatif, bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif seperti Clostridia.
PATOGENESIS
GEJALA KLINIS
• Gejala prodromal: demam, malaise, flu, menggigil, nyeri kepala,
muntah dan nyeri sendi.
• Gejala Kulit utama : eritema yang berwarna merah cerah, berbatas
tegas dan pinggirnya meninggi dengan tanda radang akut. Dapat
disertai edema, vesikel dan bulla yang berisi cairan kekuningan
(serupurulen) dan terdapat leukositosis
• Pada keadaan yang berat, kulit nampak melepuh dan kadang timbul
erosi (kulit mengelupas).
Gambar 1. Erisipelas. Bercak Gambar 2. Erisipelas. Bercak
kemarahan pada tungkai bawah eritem pada kedua pipi yang
yang disertai rasa nyeri yang berbatas tegas. Pasien
batas tegas. disertai rasa nyeri, demam
dan menggigil
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
• Keluhanan utama : bercak kemerah-merahan pada kulit wajah
dan/atau kaki disertai rasa nyeri.
• Keluhan lain : bercak eritem pada daerah wajah, awalnya unilateral
lama-kelamaan menjadi bilateral atau diawali dengan bercak eritem
di tungkai bawah yang sebelumnya dirasakan nyeri di area lipatan
paha. Disertai gejala-gejala konstritusi seperti demam, malaise, flu,
menggigil, sakit kepala, muntah dan nyeri sendi.
PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi : bercak merah bilateral pada pada pipi dan kaki, bekas
garukan dan abrasi, bekas luka, dan pembesaran kelenjar limfatik
femoral.
• Effloresensi : eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas dan
pinggirnya meninggi. Sering disertai udem, vesikel dan bulla yang
berisi cairan seropurulen
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Bakteri dapat di indentifikasi melalui pemeriksaan biopsi kulit dan
kultur.
• Spesimen untuk kultur bisa diambil dari apusan tenggorokan, darah
dan cairan seropurulen pada lesi.
• Pada pemeriksaan darah rutin menunjukkan adanya polimorfonuklear
leukositosis, meningkatnya laju endap darah (LED) dan juga
meningkatnya C-reaktif protein.
DIAGNOSIS BANDING
Selulitis
• Pada penyakit ini terdapat infiltrat yang difus pada subkutan dengan
tanda-tanda
• radang akut
Urtikaria
• Pada urtikaria warna merah akan hilang dengan penekanan selain itu
pada perivaskular dan infiltrat intersisial terdapat limfosit, neutrofil
dan eosinofil
Erysipelas Urtikaria Selulitis
Gejala dan Tanda Erisipelas Selulitis

Gejala Prodormal Demam, malaise, nyeri sendi dan menggigil Demam, malaise, nyeri sendi dan menggigil
Daerah Predileksi Ekstrimitas atas dan bawah, wajah, badan dan Ekstrimitas atas dan bawah, wajah, badan
genitalia dan genitalia
Makula eritematous Eritema terang, seperti buah cerry “red cerry” Eritema cerah
Tepi Batas tegas Batas tidak tegas
Penonjolan Ada penonjolan Tidak terlalu menonjol
Vesikel atau Bula Biasanya disertai dengan vesikel atau bula Biasanya disertai dengan vesikel atau bula
Edema Edema Edema
Hangat Hangat Tidak terlalu hangat
Fluktuasi - Fluktuasi
TATALAKSANA
• Pada erisipelas di daerah kaki, istirahatkan tungkai bawah dan kaki
yang diserang ditinggikan. Pengobatan sistemik ialah antibiotik,
topikal diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik.

• Penicilline merupakan obat antibiotik pilihan utama dan memberikan


respon sangat bagus untuk penyembuhan erisipelas.
Infeksi sedang
• Procaine penicillin (penicillin G) 600,00 IU i.m 1-2x setiap hari
• Penicillin V 250 mg p.o 4-6x setiap hari
• Jika suspek terjadi infeksi staphylococcus, berikan dicloxacillin 500-1000 mg p.o
• Jika pasien alergi Penicillin, berikan erythromycin 500 mg p.o atau clindamycin 150 – 300 mg p.o

Infeksi berat
• Rawat inap, lakukan kultur dan tes sensitivitas, konsultasi penyakit infeksi
• Penicillin G 10,000,000 IU i.v
• Jika suspek terjadi infeksi staphylococcus, berikan nafcillin 500-1000 mg i.v atau flucloxacillin 1 g i.v
• Jika pasien alergi penicillin, berikan vancomycin 1.0-1.5 g i.v setiap hari

Obat Topikal :
• Kompres dengan Sodium Chloride 0,9 %.
• Salep atau krim antibiotika, misalnya: Natrium Fusidat, Mupirocin, Garamycin, Gentamycin.
PROGNOSIS
Prognosis pasien erisipelas adalah bagus. Komplikasi dari infeksi tidak
menyebabkan kematian dan kebanyakan kasus infeksi dapat diatasi
dengan terapi antibiotik. Bagaimanapun, infeksi ini masih sering
kambuh pada pasien yang memiliki faktor predisposisi.
Jika tidak diobati akan ia menjalar ke sekitarnya terutama ke proksimal.
Kalau sering residif di tempat yang sama, dapat terjadi elephantiasis
PENCEGAHAN
Untuk mencegah terjadinya erysipelas maka hal-hal dibawah ini yang
perlu dilakukan yaitu menjaga kebersihan tubuh dengan mandi teratur
dan menggunakan sabun atau shampo yang mengandung antiseptik
agar kuman pathogen secepatnya hilang dari kulit, mengatasi faktor
predisposisi, mengusahakan tidak terjadinya kerusakan kulit atau bila
telah terjadi kerusakan kulit berupa luka kecil maka segera dirawat atau
diobati
KORTIKOSTEROID
Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan
di bagian korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormon
adrenokortikotropik (ACTH) yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis.
Hormon ini berperan pada banyak sistem fisiologis pada tubuh
Kortikosteroid banyak digunakan dalam bidang dermatologi
karena obat ini mempunyai efek anti inflamasi dan imunosupresan.
Sejak kortikosteroid digunakan dalam bidang dermatologi, obat ini
sangat menolong penderita. Berbagai penyakit yang dahulu lama
penyembuhannya dapat dipersingkat
Berkat kemajuan dalam bidang pengetahuan mengenai
mekanisme kerja serta pemahaman patogenesis berbagai penyakit,
khususnya mengenai peradangan kulit, pemakaian kortikosteroid
menjadi semakin rasional dan efektif
Dalam klinik umumnya kortikosteroid dibedakan atas dua
golongan besar, yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Efek utama
glukokortikoid ialah pada penyimpanan glikogen hepar dan efek anti-
inflamasi, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan
elektrolit kecil.Sebaliknya golongan mineralokortikoid efek utamanya
adalah terhadap keseimbangan air dan elektrolit, sedangkan
pengaruhnya terhadap penyimpanan glikogen hepar sangat kecil
Umumnya golongan mineralokortikoid tidak mempunyai khasiat
anti-inflamasi yang berarti, kecuali 9 α-fluorokortisol
Sediaan kortikosteroid dapat dibedakan menjadi tiga golongan
berdasarkan masa kerjanya, antara lain kerja singkat (<12 jam), kerja
sedang (12-36 jam), dan kerja lama (>36 jam).
Tabel perbandingan potensi relatif dan dosis ekuivalen beberapa sediaan kortikosteroid
Potensi
Dosis ekuivalen
Kortikosteroid Retensi Lama kerja
Anti-inflamasi (mg)*
natrium
Kortisol (hidrokortison) 1 1 S 20
Kortison 0,8 0,8 S 25
Kortikosteron 15 0,35 S -
6-α-metilprednisolon 0,5 5 I 4
Fludrokortison (mineralokortikoid) 125 10 I -
Prednisone 0,8 4 I 5
Prednisolon 0,8 4 I 5
Triamsinolon 0 5 I 4
Parametason 0 10 L 2
Betametason 0 25 L 0,75
Deksametason 0 25 L 0,75

Keterangan:
* hanya berlaku untuk pemberian oral atau IV.
S = kerja singkat (t1/2 biologik 8-12 jam);
I = intermediate, kerja sedang (t1/2 biologik 12-36 jam);
L = kerja lama (t1/2 biologik 36-72 jam).
Indikasi dan Dosis Pada Kasus Dermatologi
Kortikosteroid banyak dipakai dalam bidang dermatologi untuk kasus:
• Penyakit berlepuh yang serius (pemfigus, pemfigoid, pemfigoid sikatrikal, dermatosis
bula linear imunoglobulin A, epidermolisis bullosa akuisita, herpes gestationis,
eritema multiforme, dan toksik epidermal nekrolisis.
• Penyakit jaringan ikat (dermatomiositis, SLE, mixed-connective tissue disease,
eosinophilic fasciitis, polychondritis relaps)
• Vasculitis.
• Neutrophilic dermatoses (pyoderma gangrenosum, dermatosis akut febril
neutrofilik, Behcet disease).
• Sarcoidosis.
• Type 1 reactive leprosy.
• Problematic hemangioma pada bayi.
• Kasabach-Merrit Syndrome.
• Panniculitis.
• Urticaria/angioedema.
Dosis inisial kortikosteroid sistemik sehari untuk orang dewasa pada
berbagai dermatosis
Nama penyakit Macam kortikosteroid dan dosisnya sehari
Dermatitis Prednison 4x5 mg atau 3x10mg
Erupsi alergi obat ringan Prednison 3x10 mg atau 4x10 mg
SJS berat dan NET Deksametason 6x5 mg
Eritrodermia Prednison 3x10 mg atau 4x10 mg
Reaksi lepra Prednison 3x10 mg
DLE Prednison 3x10 mg
Pemfigoid bulosa Prednison 40-80 mg
Pemfigus vulgaris Prednison 60-150 mg
Pemfigus foliaseus Prednison 3x20 mg
Pemfigus eritematosa Prednison 3x20 mg
Psoriasis pustulosa Prednison 4x10 mg
Reaksi Jarish-Herxheimer Prednison 20-40 mg
Metabolisme
• Metabolisme karbohidrat dan protein. Glukokortikoid meningkatkan
kadar glukosa darah sehingga merangsang pelepasan insulin dan
menghambat masuknya glukosa ke dalam sel otot.

• Metabolisme lemak. Pada penggunaan glukokortikoid dosis besar


jangka panjang atau pada sindrom cushing, terjadi gangguan
distribusi lemak tubuh yang khas.

• Keseimbangan air dan elektrolit. Mineralokortikoid dapat


meningkatkan reabsorpsi Na+ serta ekskresi K+ dan H+ di tubuli distal
• System kardiovaskular Pada aldosteronisme primer gejala yang
mencolok ialah hipertensi dan hipokalemia. Hipokalemia diduga
disebabkan oleh efek langsung aldosteron pada ginjal, sedangkan
hipertensi diduga akibat retensi Na yang berlebihan dan berlangsung
lama
• Efek anti-inflamasi dan imunosupresif Glukokortikoid dapat
menyebabkan vasokonstriksi apabila digunakan langsung pada kulit,
yang diduga terjadi dengan menekan degranulasi sel mast.
Glukokortikoid juga menurunkan permeabilitas kapiler dengan
menurunkan jumlah histamine yang dirilis oleh basofil dan sel mast.
• Jaringan limfoid dan sistem imunologi Kortikosteroid dapat
mengurangi jumlah limfosit tetapi juga respons imunnya.
Kortikosteroid juga menghambat inflamasi dengan menghambat
migrasi leukosit ke daerah inflamasi
EFEK SAMPING
Tempat Macam efek samping
1. Saluran cerna Hipersekresi asam lambung, mengubah proteksi gaster, ulkus peptikum/perforasi, pankreatitis, ileitis
regional, kolitis ulseratif.
2. Otot Hipotrofi, fibrosis, miopati panggul/bahu.
3. Susunan saraf pusat Perubahan kepribadian (euforia, insomnia, gelisah, mudah tersinggung, psikosis, paranoid,
hiperkinesis, kecendrungan bunuh diri), nafsu makan bertambah.
4. Tulang Osteoporosis,fraktur, kompresi vertebra, skoliosis, fraktur tulang panjang.
5. Kulit Hirsutisme, hipotropi, strie atrofise, dermatosis akneiformis, purpura, telangiektasis.
6. Mata Glaukoma dan katarak subkapsular posterior
7. Darah Kenaikan Hb, eritrosit, leukosit dan limfosit
8. Pembuluh darah Kenaikan tekanan darah
9. Kelenjar adrenal bagian kortek Atrofi, tidak bisa melawan stres
10. Metabolisme protein, KH dan Kehilangan protein (efek katabolik), hiperlipidemia,gula meninggi, obesitas, buffao hump,
lemak perlemakan hati.
11. Elektrolit Retensi Na/air, kehilangan kalium (astenia, paralisis, tetani, aritmia kor)
12. Sistem immunitas Menurun, rentan terhadap infeksi, reaktivasi Tb dan herpes simplek, keganasan dapat timbul.
ANTIBIOTIK

Anda mungkin juga menyukai