Anda di halaman 1dari 31

KIMIA ANALITIK KUALITATIF

Pertemuan Ke-4

Oleh :
Made Rai Rahayu, S.Pd., M.Si.
 Dalam analisis cara basah, analit terlebih dahulu dilarutkan
atau dileburkan dalam pelarut tertentu. Barulah selanjutnya
direaksikan dengan pereaksi yang spesifik sehingga dapat
diidentifikasi kandungan di dalamnya.
 Kerja pelarut asam pada umumnya karena kemampuan asam-
asam untuk bertindak sebagai oksidator atau pengompleks.
 Untuk cuplikan yang tahan terhadap air atau asam seperti
silikat, dapat dilarutkan dengan menggunakan basa seperti
natrium kiarbonat atau natrium karbonat atau natrium
peroksida
 Proses pelarutan merupakan cara umum untuk mengubah sampel padatan
menjadi bentuk yang siap diukur. Bentuk larutan dalam air merupakan bentuk
analit fase cair untuk analisis sampel anorganik yang umumnya terdiri dari ion-
ion.
 Dalam proses pelarutan yang tidak diketahui secara tepat komponen
penyusunnya harus dilakukan secara bertahap dari
1. Pelarutan dalam air (dingin, panas)
2. HCl encer (dingin, panas)
3. HNO3 encer (dingin, panas)
4. HCl pekat (10-12 M) (dingin, panas)
5. HNO3 pekat (15-16M) (dingin, panas)
6. Aqua regia (air raja) - campuran HCl pekat dan HNO3 Pekat perbandingan
3:1, dilebur. Campuran asam nitrate dan asam klorida pekat (1:3) yang dikenal
sebagai air raja sangat reaktif untuk melarutkan cuplikan yang mengandung
logam-logam seperti emas.
 Diagram urutan pelarutan ditunjukkan pada tabel pada slide berikutnya.
 Untuk sampel yang mengandung bahan organic seperti tanah dan tanaman
dapat dilarutkan dalam asam-asam oksidator kuat H2SO4, HNO3, HClO4 yang
digunakan secara sendiri-sendiri atau dalam bentuk campurannya.
Sampel dilarutkan dalam air dingin-panas
Larutan analit
Residu dilarutkan dalam HCl encer dingin-panas
Larutan analit
Residu dilarutkan dalam HNO3 encer dingin-panas
Larutan analit
Residu dilarutkan dalam HCl pekat dingin-panas
Larutan analit
Residu dilarutkan dalam HNO3 pekat dingin-panas
Larutan analit
Residu dilarutkan dalam aqua regia
Larutan analit
Residu dilebur, Senyawa refractory
Reaksi asam basa

Reaksi Redoks
Analisis Kualitatif
Anorganik

Reaksi Pengendapan

Reaksi Kompleks
1
 Asam secara sederhana didefinisikan sebagai zat
yang bila dilarutkan dalam air mengalami disosiasi
dengan pembentukan ion hidrogen.,sedangkan basa
mengalami disosiasi dengan pembentukan ion
hidroksil.
 Dalam analisa kualitatif H2S digunakan untuk
mengendapkan sejumlah kation menjadi garam
sulfidanya.
Asam Arrhenius : senyawa penghasil H+ (H3O+) dalam air

Basa Arrhenius : senyawa OH- dalam air


 DEFINISI LEBIH : LUAS DARIPADA ARRHENIUS
 TIDAK HANYA BERLAKU UNTUK LARUTAN, TAPI BISA UNTUK
MOLEKUL, ION, DAN GAS

Asam Brønsted : pendonor proton


Basa Brønsted-Lowry : aseptor proton

basa Asam Basa


asam
terkonjugasi terkonjugasi
AMPHIPROTIK
 SENYAWA YANG BISA BERPERAN SEBAGAI ASAM BRONSTED
ATAU BASA BRONSTED
 CONTOH : ION HIDROGEN FOSFAT (HPO42-)
HPO42- (aq) + H2O (l) H3O+ (aq) + PO43- (aq)
ACID
HPO42- (aq) + H2O (l) H2PO4- (aq) + OH- (aq)
BASE
Asam dan Basa Lewis

••
•• O—H ••
+ H O—H
H
H
H
ACID BASE
ASAM KUAT DAN LEMAH
Contoh : HNO3, HCl, H2SO4,HClO4, HBr, HI, HBrO4
dan HIO4

Asam kuat terionisasi sempurna atau hampir


sempurna dlm air (100%)
ASAM KUAT DAN LEMAH
2
 Reaksi Redoks adalah reaksi yang didalamnya terjadi perpindahan elektron
secara berurutan dari satu spesies kimia ke spesies kimia lainnya, yang
sesungguhnya terdiri atas dua reaksi yang berbeda, yaitu oksidasi (kehilangan
elektron) dan reduksi (memperoleh elektron)
 Banyak reaksi oksidasi dan reduksi yang digunakan untuk analisa
kualitatif, baik sebagai pengoksidasi atau pun pereduksi.
 Contoh penggunaan Reaksi redoks dalam analisis kualitatif:
Kalium permanganat, KMNO4
Zat padat coklat tua yang menghasilkan larutan ungu bila dilarutkan
dengan air, merupakan pengoksidasi kuat yang dipengaruhi oleh pH
dari mediumnya.
a) dalam asam
MnO4- + 8H+ + 5e  Mn2+ (warna merah muda) + 4H2O
b) dalam larutan netral
MnO4– + 4H+ + 3e  MnO2 (endapan coklat) + 2H2O
c) dalam larutan basa
MnO4– + e  MnO42- ( warna hijau)
3

 Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase


padat keluar dari larutannya.
 Endapan mungkin berupa Kristal atau koloid yang dapat
dipisahkan dari larutannya dengan penyaringan dan sentrifuge
(pemusingan)
 Endapan dapat terjadi jika larutan menjadi terlalu jenuh
dengan zat yang bersangkutan. Syarat terjadinya endapan :

Hasil kali ion (Qc) > Ksp


 Untuk mengetahui suatu reaksi menghasilkan endapan atau
tidak....ada dua cara. Cara pertama menggunakan tabel
kelarutan (dengan menghitung nilai perbandingan Ksp dengan
Qsp nya). Cara kedua dengan menghafalkan sifat
pencampuran ion2 seperti contoh di bawah ini :
1. Pengendapan Sulfida
Gas hydrogen sulfide (H2S) sering dipakai sebagai reakgen dalam analisis kualitatif. Bila
gas hydrogen sulfide dialirkan ke dalam larutan, sulfide-sulfide logam akan mengendap
jika hasil kali konsentrasi ion logam (Qc) melampaui nilai hasil kali kelarutan (Ksp)
Contoh soal :
Diberikan suatu larutan ZnCl2 0,01 M, berapakah konsentrasi H2S minimal yang
diperlukan untuk menghasilkan endapan ZnS dalam identifikasi ion Zn2+ dalam larutan,
jika diketahui Ksp ZnS = 1x10-24

2. Pengendapan Dan Pelarutan Hidroksida Logam


Prinsip hasil kali kelarutan dapat juga digunakan dalam pembentukan endapan
hidroksida logam. Konsep ini juga dimanfaatkan dalam analisis kualitatif zat organik.
Endapan hanya akan terbentuk jika konsentrasi ion logam yang dianalisis dan OH- lebih
tinggi dari nilai Ksp hidroksidanya.
Pembentukan endapan hidroksida logam tergantung pada pH larutan, sehingga dapat
diprediksi pH minimal yang diperlukan untuk mengendapkan logam yang dianalisis.
Contoh soal :
Hitunglah pH (a) larutan Fe(OH)3 mulai mengendap dari larutan FeCl3 0,01 M dan
(b) pH berapa terjadi pengendapan sempurna Fe(OH)3 jika dalam larutan tersebut
konsentrasi ion Fe3+ tidak melebihi 1x10-5
1. Suatu larutan jenuh perak klorida mengandung 0,0015 gr zat terlarut
dalam 1 Liter. Hitunglah hasil kali kelarutan (Ksp) larutan tersebut, jika
Mr. AgCl = 143,5
2. Hitunglah hasil kali kelarutan dari Perak kromat jika diketahui dala 1
liter larutan jenuh mengandung 3,57 x 10-2 gr zat terlarut. Ar Ag = 108,
Cr= 52, O = 16
3. Hasil kali kelarutan Timbal fosfat adalah 1,5 x 10-32. Hitunglah
konsentrasi larutan jenuh (kelarutannya) dalam mol/L dan gr/L
4. Berapakah konsentrasi ion Ag+ yang tertinggal dalam larutan AgNO3
setelah penambahan HCl sedemikian sehingga konsentrasi akhir ion
klorida adalah 0,05 M?
4
 Dalam pelaksanaan analisis kualitatif anorganik banyak digunakan
reaksi-reaksi yang melibatkan pembentukan ion kompleks. Suatu ion
atau molekul kompleks terdiri dari satu atom pusat dan sejumlah ligan
yang terikat dengan atom pusat tersebut.

 Senyawa kompleks atau sering disebut dengan kompleks koordinasi


adalah senyawa yang mengandung atom atau ion (biasanya logam) yang
dikelilingi oleh molekul atau anion, biasanya disebut dengan ligan atau
agen pengompleks.
4

Atom pusat ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat yang
menunjukkan jumlah ligan monodentat yang dapat membentuk kompleks
stabil dengan atom pusat tersebut.
a. Bilangan koordinasi 6 : Fe2+ , Fe3+, Zn2+ , Cr3+ , Co3+ , Ni2+ , Cd2+,
b. Bilangan koordinasi 4 : Cu2+ , Cu+ , Pt2+,
c. Bilangan Koordinasi 2 : Ag+

Contoh :
[Fe(CN)6]4- = ion heksasianoferat(II)
[Cu(NH3)4]2+ = ion tetraaminakuprat(II)
[Ag(CN)2]+ = ion disianoargentat(I)
1. Pembentukan kompleks dalam analisis anorganik kualitatif sering terlihat
untuk pemisahan atau identifikasi. Fenomena yang paling umum muncul
ketika ion kompleks terbentuk adalam perubahan warna. Contoh :
Cu2+ + 4NH3  [Cu(NH3)4]2+
Biru Biru Tua Gelap
Fe2+ + 6CN-  [Fe(CN)6]4-
Hijau Muda Kuning

2. Bila kompleks terbentuk, akan diikuti dengan kenaikan kelarutan,


banyak endapan yang akan melarut kembali karena pembentukan
kompleks.
AgCl(s) + 2NH3  [Ag(NH3)2]+ + Cl-
endapan putih
3. Pembentukan kompleks adalah penyebab melarutnya endapan dalam
reagen berlebihan.
AgCN (s) + CN-  [Ag(CN)2]-
1. Uji-Uji Spesifik (Khusus) Terhadap Ion
beberapa reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks dapat dipakai
sebagai uji terhadap ion-ion. Reaksi yang sangan peka dan spesifik
contohnya : ion tembaga dengan ammonia.
Cu2+ + 4NH3  [Cu(NH3)4]2+
Biru Biru Tua Gelap
Pemakaian pentingnya adalah uji terhadap ion besi (III) dengan tiosianat
dalam suasana asam terjadi pewarnaan merah tua karena pembentukan
kompleks bertahap.
Fe3+ + SCN-  [Fe(SCN)]2+
[Fe(SCN)]2+ + SCN-  [Fe(SCN)2]+
[Fe(SCN)2]++ SCN-  [Fe(SCN)3]
[Fe(SCN)3]+ SCN-  [Fe(SCN)4]-
[Fe(SCN)4]-+ SCN-  [Fe(SCN)5]2-
[Fe(SCN)5]2-+ SCN-  [Fe(SCN)6]3- kompleks merah tua
Ion besi(II) tidak bereaksi dengan SCN- sehingga dapat digunakan untuk
membedakan ion besi(III) dan besi (II)
2. Penutupan (Masking)
ketika menguji suatu ion spesifik mungkin akan muncul gangguang karena
adanya ion lain dalam larutan. Gangguan dapat dicegah dengan
menambahkan zat penutup (Masking agent) yang membentuk kompleks
stabil dengan ion pengganggu tersebut.
Contoh : Dalam pengujian ion timbal yang diserta ion pengganggu perak
(Ag) :
Ag+ + Cl-  AgCl(s) (endapan pengganggu)
Pb2+ + Cl-  PbCl2 (s)
Jika dalam larutan tersebut ditambahkan ammonia, maka perak klorida
akan melarut :
AgCl(s) + 2NH3  [Ag(NH3)2]+ + Cl-
Sehingga keberadaan Timbal dalam larutan dapat dipastikan.

Anda mungkin juga menyukai