MELALUI KERJASAMA LINTAS SEKTOR • Gangguan jiwa berdampak secara psikologis, sosial budaya dan ekonomi bagi keluarga dan lingkungannya. • Untuk itu penanganan pasien gangguan jiwa dilakukan melalui upaya pemberdayaan keluarga yang dilakukan melalui lintas program (pelayanan kesehatan) dan lintas sektor (sektor pelayanan publik non kesehatan), • Keluarga mampu memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam mengatasi pasien gangguan jiwa yang ada dalam keluarga secara mandiri. Masalah dan kebutuhan keluarga pasien gangguan jiwa a. Masalah Ekonomi • Pengobatan dan perawatan pasien gangguan jiwa merupakan proses jangka panjang sehingga berdampak terhadap perekonomian keluarga, di antaranya untuk biaya berobat, biaya transportasi dari tempat tinggal ke tempat pelayanan kesehatan, biaya akomodasi dan lain- lainnya. b. Masalah Sosial Budaya
• Secara sosial budaya keluarga mengalami stigma dari masyarakat sekitar,
maupun keluarga terdekat. Masyarakat menyisihkan dan mengisolasi keluarga, sedangkan keluarga terdekat menolak dan menyangkal keluarga pasien gangguan jiwa sebagai kerabat mereka.
• penilaian masyarakat yang menganggap pasien gangguan jiwa sebagai
individu yang tidak berguna, sehingga sering mendapatkan perlakuan salah (diskriminatif) dalam mendapatkan pekerjaan dan pendidikan. Hal ini membuat pasien gangguan jiwa menjadi tidak produktif dan menjadi beban keluarga sehingga mempengaruhi aktifitas keluarga di antaranya adalah pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Upaya Pemenuhan Kebutuhan Keluarga Pasien Gangguan Jiwa. a. Upaya di bidang ekonomi • Agar keluarga dapat terus melakukan perawatan dan pengobatan pasien gangguan jiwa, maka keluarga membutuhkan jaminan perawatan dan pengobatan dalam bentuk asuransi kesehatan, kemudahan dalam meningkatkan perekonomian seperti modal usaha dan lapangan kerja. a. Upaya di bidang sosial dan budaya • Secara sosial budaya keluarga pasien gangguan jiwa memerlukan penerimaan dan dukungan dari masyarakat sekitar, pemerintah dan nonpemerintah dalam memperoleh rehabilitasi, pekerjaan, pendidikan dan pelayanan kesehatan yang sama dengan keluarga sehat lainnya dan perlindungan terhadap hukum dan HAM keluarga. • Kegiatan pembinaan / pengarahan / pelaksanaan pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa pada setiap wilayah kerja disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada pada masing-masing wilayah.
• Kegiatan pemberdayaan keluarga pasien
gangguan jiwa di pusat, provinsi dan kabupaten/ kota berprinsip pada koordinatif, konsultatif, informatif, fasilitatif, pengawasan, pengendalian dan pengembangan sistem serta pemecahan masalah lintas sektor dan peran serta masyarakat. • Sejalan dengan kebijakan desentralisasi perlu adanya advokasi terhadap provinsi dan kabupaten/kota dalam menyusun kebijakan dan program pemberdayaan pasien gangguan jiwa di provinsi dan kabupaten/kota kecamatan/kelurahan/desa sampai keluarga pasien gangguan jiwa termasuk lingkungan masyarakat / penduduknya. • Pemantapan “Kerjasama Lintas Sektor” dan Kemitraan dengan Swasta “ dalam pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa sangat terkait dengan berbagai kebijakan dan sektor-sektor di luar kesehatan, sehingga kerjasama yang sudah terjalin selama ini perlu terus ditingkatkan dengan cara-cara yang lebih efektif. Alur penatalaksanaan pemberdayaan keluarga melalui lintas sektor Tingkat Pembina Koordinator Ketua Anggota Kec Camat Sekretaris kecamatan Kepala Kepala urusan dinas terkait Danramil puskesm Lurah/kepala desa Kapolsek as Staf puskesmas Ketua PKK kecamatan LSM Keluraha Lurah/ kepala Sekretaris lurah/desa Pj/kepala Ketua PKK kelurahan/desa n/ desa desa pustu Ketua RW Ketua RT Ketua KK,RW,RT Dasa wisma Toma Toga RW/RT Ketua RW/ RT Sekretaris RW/RT KKJ Keluarga pasien gangguan jiwa PERAN DAN TUGAS Penanggung Peran dan Tugas Jawab
1. Pusat a. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi permasalahan
pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa dalam rangka merumuskan kebijakan umum tingkat nasional. b. Memberi masukan kepada Menteri Kesehatan untuk menentukan mekanisme koordinasi dan kebijakan operasional tingkat nasional. c. Menyusun program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang, bersama dengan peyusunan anggaran. d. Mengklarifikasi dan memberikan masukan kepada Menteri Kesehatan dalam perumusan kebijakan penyelenggaraan dekonsentrasi dan atau tugas pembantuan. e. Merumuskan langkah-langkah kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat nasional 1. Provinsi a. Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan memetakan permasalahan pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa dalam rangka merumuskan kebijakan umum tingkat provinsi. b. Memberikan masukan kepada Gubernur untuk menentukan mekanisme koordinasi dan kebijakan operasional tingkat provinsi. c. Menyusun program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang, bersama dengan peyusunan anggaran. d. Mengklarifikasi dan memberikan masukan kepada gubernur dalam pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. e. Merumuskan langkah-langkah kegiatan monitoring dan evaluasi. 1. Kabupaten/Kota a. Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan memetakan permasalahan pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa dalam rangka merumuskan kebijakan umum tingkat Kabupaten/Kota. b. Memberikan masukan kepada Bupati/Walikota untuk menentukan mekanisme koordinasi dan kebijakan operasional tingkat kabupatenI kota. c. Menyusun program kerja tahunan, jangka menengah dan. jangka panjang, bersama dengan peyusunan anggaran. d. Mengklarifikasi dan memberikan masukan kepada bupati/walikota dalam pelaksanaan tugas pembantuan. e. Merumuskan langkah-langkah kegiatan monitoring dan evaluasi. 1. Kecamatan a. Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan memetakan permasalahan pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa dalam rangka merumuskan kebijakan umum tingkat kecamatan. b. Memberikan masukan kepada Camat untuk menentukan mekanisme koordinasi dan kebijakan operasional tingkat kecamatan. c. Menyusun program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang, bersama dengan peyusunan anggaran. d. Mengklarifikasi dan memberikan masukan kepada Camat dalam pelaksanaan tugas pembantuan. e. Merumuskan langkah-langkah kegiatan monitoring dan evaluasi. a. Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan 5. Kelurahan/desa memetakan permasalahan pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa dalam rangka merumuskan kebijakan umum tingkat kelurahan/desa. b. Memberikan masukan kepada Lurah/Kepala Desa untuk menentukan mekanisme koordinasi dan kebijakan operasional tingkat kelurahan/desa. c. Menyusun program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang, bersama dengan peyusunan anggaran. d. Mengklarifikasi dan memberikan masukan kepada Lurah/Kepala Desa dalam pelaksanaan tugas pembantuan. e. Merumuskan langkah-langkah kegiatan monitoring dan evaluasi. 5. RW/RT a. Memfasilitasi surat keterangan sebagai warga di wilayahnya. b. Memobilisasi masyarakat dalam kesehatan jiwa. c. Membentuk RW siaga sehat jiwa. d. Mendata kondisi kesehatan warga. e. Membuat laporan ke kelurahan
8. KKJ (Kader Kesehatan Jiwa) a. Penemuan masalah
b. Melakukan pendataan keluarga. c. Melaporkan masalah keluarga. d. Melakukan rujukan kasus e. Memfasilitasi pemecahan masalah dari keluarga ke dinas terkait
8. Keluarga pasien gangguan jiwa a. Melaporkan masalah
b. Memanfaatkan sumber daya yang tersedia c. Memenuhi kebutuhan bio, psiko, sosial dan spiritual pasien gangguan jiwa dengan penuh perhatian dan kasih sayang Bentuk-bentuk Kegiatan Lintas Sektor yang Dapat Meningkatkan Pemberdayaan Keluarga Masalah Kegiatan Kerjasama Lintas Sektor 1. Pembiayaan 1. Menyediakan asuransi Gubernur/ kesehatan masyarakat Bupati/Camat/Lurah/R (JAMKESMAS) atau T/RW JAMKESDA Kadinkes 2. Bantuan Langsung Asisten Kesra Tunai/santunan Direktur Rumah Sakit Ketua Komisi DPRD yang membidangi kesehatan BPJS DISOSNAKERTRANS Organisasi masyarakat 2. Pekerjaan 1. Memberikan pinjaman dana Kementerian Dalam Negeri untuk usaha kecil menengah P3AKB 2. Memberikan bimbingan dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan pelatihan tentang produksi dan dan Perlindungan Anak pemasaran Kementerian pertanian 3. Menfasilitasi pekerjaan padat Dinas Pertanian dan peternakan karya yang sesuai dengan Badan/Biro Perempuan, Perlindungan Anak kemampuan pasien dengan dan KB gangguan jiwa gangguan jiwa Dinas Koperasi dan UKM Misalnya Program PNPM Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi 4. Menyediakan tenaga Dinas Bina Marga, dinas PU Pengairan dan pendamping dalam melakukan Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang usaha – usaha produktif yang Bappenas, Gubernur dan Bupati berkesinambungan. Lembaga Masyarakat Kelurahan (LMK) , Ormas Organisasi wanita CSR (Corporate Social Responsibility) LSM : PNPM Peduli 3. Pendidikan 1. Menyediakan pembinaan mental, Kementerian bimbingan dan latihan Pendidikan ketrampilan, kesehatan dan gizi, Kementerian kesejahteraan sosial bagi pasien Telekomunikasi dan dengan gangguan jiwa. Informasi: KIE 2. Konseling bagi anak sekolah yang Kementerian ekonomi mengalami gangguan jiwa oleh Kesejahteraan rakyat guru pembimbing. Kementerian Agama 3. Mendapatkan konseling dan Pemda: Dinas Bintal bimbingan spiritual tentang Dinas Kesejahteraan ketahanan mental. Sosial 4. Promosi kesehatan jiwa Dinas pendidikan dan Olahraga PKK Kemenag P3AKB 4. Hukum 1. Memberikan perlindungan hak Hukum Kementerian Hukum dan HAM dan HAM keluarga dalam bentuk dan HAM kegiatan penanganan, monitoring TNI pasien dengan gangguan jiwa dan POLRI: Ditbinmas memberikan dukungan kepada Polda, Polres dan Polsek, keluarga dalam bentuk kegiatan Babinkamtibmas pembinaan masyarakat di bidang (Bhayangkara Pembina keswa. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) 2. Mengupayakan terbentuknya Forum di desa/kelurahan* Kemitraan Polisi dan Masyarakat Ormas (FKPM)* yang ada di tiap Tim reaksi cepat (TRC) Desa/Kelurahan dan terlibat aktif kementerian sosial didalamnya, sehingga dapat menjadikannya sebagai media komunikasi, informasi dan pendidikan kepada masyarakat tentang kesehatan jiwa. Terima kasih