Anda di halaman 1dari 16

BEDAH

BULETIN

Al-Islam edisi 783,


22 Shafar 1437 H
Jadwal Pelaksanaan :
4 Desember 2015 M
Ahad/13 Desember 2015

Tempat : Masjid Al
Barokah
Waktu : 08.00 – 11.30
WIB
Pemateri : Adi Sumarsono,
ST

Cikampek, Ahad/13 Desember 2015


Outline Materi
(Daftar Isi)

 Pendahuluan
 Bedah Al Islam
 Kesimpulan & Penutup
Pendahuluan (Al Qur’an & Al Hadist)

Al Qur’an : al-Maidah [5]: 49)


Pendahuluan (Al Qur’an & Al Hadist)
Tafsir Al Qur’an : al-Maidah [5]: 49-50  Ibnu Katsir
1. Perintah untuk memutuskan perkara dengan hukum Alloh dan janganlah mengikuti hawa nafsu
mereka dan larangan berbuat kebalikannya.
2. Waspada terhadap musuh Alloh yang akan memalingkan dari perkara yang hak dan menentang
syari’at Alloh.
3. Sesungguhnya kebanyakan manusia benar-benar keluar dari ketaatan kepada Alloh & menentang
perkara yang hak.
 Lihat juga : QS. Al An’am : 116

Arti : Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari
jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap
Allah) (QS. Al An’am : 116)

4. Alloh SWT mengingkari perbuatan orang-orang yang keluar dari hukum Alloh
5. Orang-orang jahiliyah memutuskan perkara mereka dengan kesesatan & kebodohan yang
mereka buat-buat sendiri oleh pendapat dan keinginan mereka.
6. Siapakah yang lebih adil daripada Alloh SWT dalam hukumnya bagi orang yang mengerti akan
syari’at , beriman kepada-Nya, yakin bahwa Alloh adah Hakim diatas semua hakim yang lebih
memiliki belas kasihan kepada makhluk-Nya ketimbang seorang ibu kepada Anaknya ?
Pendahuluan
Al Hadist

Arti : Al-Hafiz Abdul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakaan kepda kami Ahmad ibnu
Abdul Wahhab ibnu Najdah Al Huti, telah menceritakan kepada kami Abdul Yaman Al-Hakam ibnu
Nafi’, telah menceritakan kepada kami Syu’aib ibnu Abu Hamzah, dari Abdullah ibnu Abdur Rahman
ibnu Abu Husain, dari Nafi’ ibnu Jubair, dari ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. Telah
bersabda : “orang-orang yang paling dimurkai Alloh swt ialah orang yang menginginkan tuntunan
Jahiliyyah dalam Islam, dan orang yang menuntut darah seseorang tanpa alasanyang dibenarkan
hanya semata-mata ingin mengalirkan darahnya”.

Imam Bukhari telah meriwayatkan hal yang semisal, dari Abul Yaman, lengkap dengan sanad berikut
tambahannya.
Pendahuluan
Struktur Penulisan Al Islam :
Menyampaikan Fakta Kekinian (Aktual – Faktual)
1
 Membangun pemahaman terhadap fakta

2 Memberikan Pemahaman dalil syara’ terhadap fakta

3 Mengaitkan fakta agar di hukumi sesuai syara’

4 Kesimpulan : MENCERAHKAN
Bedah Al Islam :
Gagal Mewujudkan Tujuan
Tak Sesuai Aturan
Tak Masuk Akal
Pepesan Kosong
Pemimpin Dukungan Rakyat
Gagal Mewujudkan Tujuan
 Fakta
Pada 9 Desember 2015 telah diselenggarakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak :
Wilayah Jumlah Wilayah Jumlah Paslon
Propinsi 9 20
Kabupaten 224 698
Kota 36 112
Total 269 830
Referensi : www.kpu.go.id
 Tujuan Pilkada Serentak : efektifitas dan efisiensi
Anggaran Pilkada serentak mencapai Rp 6,745 triliun untuk 269 daerah. Angka itu lebih mahal
sekitar 30% dari anggaran Pilkada sebelumnya.

 Partisipan PEMILU : Menurun


itu terjadi karena jarak antara Pilkada, Pileg dan Pilpres terlalu dekat. Pemilih jenuh. Namun,
Pilkada serentak tampaknya juga akan gagal mendongkrak tingkat partisipasi pemilih.
Tingkat partisipasi pada Pilkada Serentak diprediksi akan turun. Tingkat partisipasi bisa
mencapai 60% saja sudah dianggap bagus.
Referensi : Titi Anggraini, Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem)
Tak Sesuai Aturan
 Fakta cacat besar : karena tak sesuai aturan
 Sesuai aturan, ambang batas keterpilihan dalam Pilkada adalah 30%.
 Putaran kedua hanya akan dilakukan jika tak satu pun calon meraih suara sah 30% ke atas.
 Ketentuan ini menyimpang dari rumus 50% + 1 yang menjadi acuan universal demokrasi
tentang keterwakilan mayoritas yang sah.

IRONI : Bayangkan, dalam demokrasi yang mengklaim pemerintahan dengan suara


mayoritas, pemimpin yang ada justru hanya didukung oleh sebagian kecil
masyarakat. Ironisnya, hal ini tetap dianggap sah.
Tak Masuk Akal
 Hubungan antara Pilkada langsung dan perilaku korupsi
(Desertasi : mantan Mendagri Gamawan Fauzi)

 Besarnya biaya yang harus dibelanjakan oleh para calon dalam Pilkada langsung
 (maraknya baliho, iklan, pertemuan, penggalangan suara dan kegiatan-kegiatan kampanye lainnya. Semua itu tentu
butuh biaya besar. Total bisa mencapai 10 miliar bahkan lebih.)
 Gaji Resmi Kepala Daerah
Wilayah Gaji Pokok Tunjangan Insentif Total
Propinsi Gubernur Rp 3 juta Rp 5,4 juta Rp 58,8 juta
Wakil Rp 2,4 juta Rp 4,32 juta insentif dari
pemungutan pajak
Kab / Kota Bupati/Walikota Rp 2,1 juta Rp 3,78 juta dan retribusi daerah Rp 41,1 juta
Wakil Rp 1,8 juta Rp 3,24 juta

Referensi : Keppres No. 68 tahun 2001, Keppres No. 59 tahun 2003, Keppres No. 68 tahun 2011 & PP No. 69 tahun 2010

 Jadi tak masuk akal dengan biaya politik begitu tinggi justru orang bersaing jadi kepala daerah. Yang “masuk
akal”, status kepala daerah itu akan bisa mendatangkan pengembalian modal politik di luar pendapatan resmi
itu. Di situlah, korupsi, manipulasi, kolusi dan mengakali aturan hampir pasti terjadi.

 Gagalnya sistem rekrutmen di lingkungan parpol yang tidak menjadikan kualitas dan
kemampuan sebagai syarat pengajuan kandidat kepala daerah.
Pepesan Kosong
 Pepesan Kosong : Hasil Pilkada Serentak pada akhirnya tak beda dari
Pilkada sebelumnya
Pertama: Kekuasaan tetap dikendalikan oleh sekelompok kecil elit daerah. Sebabnya,
paslon hampir semuanya berasal dari petahana dan elit politisi daerah dari DPR, DPRD I
dan DPRD II, elit birokrasi daerah, PNS dan pengusaha.

Kedua: Korupsi, suap dan penyalahgunaan wewenang akan tetap marak. Untuk
mengembalikan modal pencalonan yang mustahil ditutup dari pendapatan resmi,
terjadilah korupsi, penyalahgunaan wewenang dan anggaran, atau tindakan
memperdagangkan kekuasaan dan wewenang seperti dalam pemberian berbagai ijin.

Ketiga: Perselingkuhan penguasa dengan pengusaha akan terus berlanjut. Pengusaha


memodali paslon. Imbalannya, proyek-proyek akan diserahkan kepada pengusaha itu
melalui “pengaturan” tender, meloloskan proyek-proyek yang disodorkan oleh pengusaha
atau cara lainnya.

Keempat: Akibat dari semua itu, pemimpin daerah akan lebih mengutamakan kepentingan
dirinya, kelompok, partai dan pemodalnya. Sebaliknya, kepentingan dan kemaslahatan
rakyat akan dipinggirkan.
Pemimpin Dukungan Rakyat
 SISTEM ISLAM : Wewenang menetapkan, menunjuk dan memberhentikan kepala daerah ada
di tangan Khalifah/Imam sebagai kepala negara
 kepala daerah khususnya dan pejabat serta masyarakat umumnya paham bahwa jabatan kepala
daerah adalah jabatan biasa, bisa diberhentikan kapan saja, jabatan kepala daerah tidak akan
diagungkan, Orang juga tidak akan terdorong untuk mengejar jabatan itu seperti sekarang.
 peran rakyat : rakyat sangat menentukan kelangsungan seorang kepala daerah. Jika penduduk
suatu daerah menampakkan ketidakridhaan dan mengadukan kepala daerahnya, maka
Khalifah wajib memberhentikan kepala daerah tersebut.
 Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. pernah memberhentikan Saad bin Abi Waqash semata-
mata karena ia diadukan oleh masyarakatnya. Khalifah Umar berkata tentang itu, “Saya tidak
memberhentikan dia karena dia tidak mampu atau karena pengkhianatan.”
 Ibn Saad di dalam Ath-Thabaqât al-Kubrâ (iv/360-361) menuturkan riwayat dari Muhammad bin
Umar: Rasulullah saw. pernah menulis surat kepada al-‘Ala’ bin al-Hadhrami agar menghadap
bersama 20 orang dari Abdul Qays. Ia pun menghadap bersama 20 orang dari mereka yang
dipimpin oleh Abdullah bin ‘Auf al-Asyaj. Al-‘Ala’ menunjuk pelaksana atas Bahrain al-Mundzir
bin Sawa. Delegasi itu mengadukan al-‘Ala’ bin al-Hadhrami. Karena itu Rasulullah saw
memberhentikan dia dan mengangkat Aban bin Said bin al-‘Ash. Beliau berkata kepada dia,
“Mintalah nasihat kebaikan kepada Abdul Qays dan hormati para tokoh mereka.”
Pemimpin Dukungan Rakyat
 SISTEM ISLAM : Dengan ketentuan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah
seperti itu, pengangkatan kepala daerah dalam sistem Islam akan:

Pertama, Sangat efektif dan efisien, biaya sangat murah bahkan nyaris tanpa biaya.
Problem biaya politik tinggi dan akibatnya tidak akan terjadi. Uang rakyat tak tersedot
untuk Pilkada yang hasilnya jauh dari harapan layaknya saat ini.
Kedua, Pertanggungjawaban kepala daerah akan terjamin. Kepala daerah bisa
diberhentikan segera jika melakukan pelanggaran atau kezaliman, lamban dan tidak
cepat tanggap, bahkan tanpa kesalahan sekalipun termasuk untuk penyegaran dan
peningkatan. Program Pemerintah akan berjalan efektif. Keharmonisan pemerintah
dari pusat hingga struktur aparatur paling bawah terwujud.
Ketiga, Partisipasi rakyat akan tinggi dan kontrol terhadap kepala daerah akan mudah.
Pada proses awal, rakyat dan wakil mereka bisa memberikan masukan sosok kepala
daerah yang diinginkan. Khalifah akan sangat terdorong memenuhi aspirasi itu. Sebab,
jika rakyat atau wakil mereka menampakkan ketidakridhaan atas kepala daerah itu,
khalifah harus memberhentikan dia. Partisipasi rakyat dalam mengontrol kepala
daerah akan bangkit.
Kesimpulan & Penutup
Wahai Kaum Muslim:
Semua itu akan menjadi jaminan sehingga kepala daerah akan menjadi sosok
penguasa daerah yang benar-benar melayani kepentingan rakyat. Namun
harus diingat, hal itu hanya akan terwujud jika syariah Islam diterapkan
secara kâffah. Tentu juga hanya bisa dengan sistem Islam, yaitu Khilafah
Rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian. Inilah yang harus sesegra
mungkin diwujudkan bersama.

WalLâh a’lam bi ash-shawâb. []

Al-Islam edisi 783, 22 Shafar 1437 H – 4 Desember 2015 M


Apakah ada yang ingin di diskusikan ??
TERIMA KASIH
“Bukan kesuksesan yang mendatangkan
kebahagiaan, tapi kebahagiaanlah yang
membawa kesuksesan ”.
[Ali Bin Abi Thalib R.A]

Anda mungkin juga menyukai