Anestesia Lokal
NADIA PARAMITHA PUTRI 07120090078
Pembimbing: dr. Alexander Samuel Partogi, Sp.An
Outline
• Definisi
• Sejarah
• Struktur Kimia
• Klasifikasi
• Fisiologi
• Cara Kerja
• Farmakokinetik
• Cara Pemberian
Anestesi
Total Local
Total IV Balanced Central Peripheral Topical
Inhalation Infiltration
SERABUT SARAF
• A beta
• A delta
•C
Fisiologi
Fisiologi
Fisiologi
ISTIRAHAT
• Membran potensial adalah perbedaan tegangan di sepanjang membran sel.
• perbedaan tegangan pada intraselular dan ekstraselular -60 sampai -90 mV
STIMULI
• eksitasi dari sel saraf
• DEPOLARISASI
Fisiologi
DEPOLARISASI
• perbedaan tegangan listrik yang menyebabkan kanal natrium terbuka
• Natrium akan masuk ke dalam sel → sel bermuatan lebih positif
• Threshold -50 sampai -55 mV→ percepatan
• Puncak depolarisasi pada +30 mV
REPOLARISASI
• Terbukannya kanal Kalium
• Kalium keluar dari dalam sel → potensial membrane kembali
• Hiperpolarisasi
Fisiologi
Cara Kerja
• menghambat kemampuan saraf untuk mengantarkan impuls
• blokade dari kanal natrium
• 2 subunit dari kanal natrium: alfa dan beta
• 2 gerbang kanal natrium: aktivasi dan inaktivasi (m dan h)
⚫Aktivasi → sliding door
⚫Inaktivasi → ball and chain
Cara Kerja
• 3 fase:
⚫Istirahat
⚫Aktivasi
⚫Inaktivasi
Cara Kerja
• Anestesia lokal berikatan secara spesifik pada subunit alfa →
depolarisasi terhambat
• Semakin tingginya konsentrasi anestesi lokal, semakin banyak pula
kanal yang berikatan
• Hambatan dari anestesia lokal bergantung pada voltase dan
frekuensi
• Sensitivitas serabut saraf terhadap inhibisi anestesia lokal
ditentukan berdasarkan diameter aksonal, mielinisasi, dan faktor
anatomis serta fisiologis lainnya.
Cara Kerja
• Bergantung pada solubilitas dalam lemak dan pKa
• Solubilitas dalam lemak → potensi, ikatan lebih kuat
• pKa → pH terdapat 50% agen terion dan 50% tidak
• Agen yang dapat masuk ke dalam sel adalah non-ion
• Semakin mendekati pH normal, onset akan semakin cepat
• Onset juga dipengaruhi konsentrasi
• Pada pH rendah, onset lebih lama
Cara Kerja
Klasifikasi
• Obat-obatan anestesia lokal dapat diklasifikasikan sesuai dengan
gugus yang dimilikinya.
• Kedua gugus berbeda tersebut antara lain ester dan amida.
Prokain
• anestesi lokal injeksi pertama
• terutama digunakan sebagai obat blok subaraknoid.
• efek samping hipersensitivitas yang tinggi, sehingga
penggunaannya dibatasi ketika obat baru ditemukan.
• blok subaraknoid tidak secara efektif mencegah TNS jika
dibandingkan dengan lidokain.
• efek samping mual lebih nyata.
Kloroprokain
• efek vasodilatasi.
• efek kerja selama 40 menit dengan onset 3-5 menit.
• kloroprokain intratekal → neurotoxic injury.
• sebagai epidural dihindari karena → menurunnya efek anastesia
dan analgesia dari bupivakain epidural dan opioid berikutnya.
• sebagai anestesia spinal telah direevaluasi → menyebabkan
toksisitas jika dimasukkan ke dalam ruang subaraknoid.
Tetrakain
• masih digunakan dalam anestesia spinal.
• Jangka waktu kerja obat ini cukup lama jika ditambahkan
vasokonstriktor.
• meningkatkan risiko terjadinya TNS.
• Obat ini memiliki onset yang lama, blokade motorik
mendalam, dan berpotensi menjadi toksik bila diberikan
dalam dosis tinggi.
• Metabolisme dari tetrakain juga lebih lama dibandingkan
dengan prokain.
• Kristal vs larutan
Lidokain
• paling sering digunakan.
• anestesia lokal, topikal, blok regional intravena, blok saraf perifer, dan
anestesia spinal serta epidural.
• onset cepat. Dalam 4 menit, efek anestesia sudah bekerja pada pasien.
Efek obat ini dapat bertahan hingga setengah jam sampai 3 jam jika
diberikan secara injeksi.
Mepivakain
• onset cepat dan jangka waktu kerja yang sedang.
• Mepivakain merupakan yang pertama dari seri
pipekolil xilidin, yang merupakan kombinasi cincin
piperidin dari kokain dan cincin xilidin dari lidokain.
• karakter seperti lidokain dengan efek vasodilatasi
lebih kecil dan durasi kerja lebih lama.
• Kegunaannya klinis = lidokain (tidak efektif topikal)
Prilokain
• Toksisitas dalam sistem saraf pusat 40% lebih sedikit jika
dibandingkan dengan lidokain.
• dosis yang tinggi (>600 mg) dapat menyebabkan
akumulasi orto-toluidin yang dapat mengubah hemoglobin
→ methemoglobin
• Penggunaannya dalam anestesia spinal dibandingkan
lidokain menurunkan risiko terjadinya TNS
Bupivakain
• onset kerja kurang lebih 15 menit dengan durasi kerja 2 hingga 8 jam.
• Kejadian serangan jantung dengan penggunaan bupivakain 0,75% yang
disuntikkan secara tidak sengaja intravena
• perbaikan dari diastol berlangsung lebih lama dan menyebabkan kecepatan
maksimum pompa jantung menurun.
• bupivakain juga mengganggu konduksi dari AV, menurunkan kontraktilitas
miokardium, dan berefek tidak langsung pada sistem saraf pusat.
Farmakokinetik
ABSORBSI
dipengaruhi oleh 3 faktor utama:
• agen anestesia lokal itu sendiri → larut lemak memiliki ikatan dengan
jaringan yang tinggi
Farmakokinetik
DISTRIBUSI
• bergantung pada penyerapan dari organ
• PERFUSI: tinggi, penyerapan berjalan dengan sangat cepat (fase alfa), redistribusi (fase
beta) ke organ-organ dengan perfusi moderat.
• MASSA JARINGAN: Massa yang besar dapat menjadi reservoir dari agen distribusi.
Farmakokinetik
METABOLISME
• aminoester mengalami hidrolisis oleh plasma esterase.
• aminoamida mengalami metabolism oleh enzim mikrosomal
hepatik.
• metabolisme melalui paru.
Cara Pemberian
INFILTRASI
• onset kerja yang langsung dan durasi kerja
yang berbeda tergantung dari anestesia lokal
yang dipilih.
• Dosis yang diberikan bergantung pada luas area
dan durasi dari prosedur.
• Rasa nyeri dapat dirasakan pasien setelah
pemberian injeksi subkutan.
Cara Pemberian
TOPIKAL
• sensasi rasa nyeri pada permukaan
• toksisitas intrinsik terhadap saraf dan otot yang terkadang menimbulkan manifestasi
klinis
• meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi, durasi penggunaan, dan risiko ini
dapat diperparah dengan adanya faktor yang meningkatkan vulnerabilitas saraf dan
predisposisi terhadap iskemia.
Toksisitas dan Efek Samping
NEUROLOGI
• premonitor kenaikan konsentrasi di dalam darah pada pasien yang sadar.
• Gejala awal: rasa kebal pada daerah sirkumoral, kesemutan pada lidah, pusing, tinnitus,
dan penglihatan buram, gelisah, tidak tenang, cemas, meracau, dan rasa akan mati.
Kedutan pada otot menandai permulaan kejang tonik-klonik.
• Anestesia lokal merupakan hilangnya sensasi pada regio tertentu dari tubuh akibat
disrupsi generasi dan propagasi impuls.
• Dalam praktiknya, terdapat berbagai macam modalitas yang digunakan dalam anestesia
lokal.
Kesimpulan
• Prinsip kerja dari obat tersebut adalah dengan menghambat depolarisasi dari hantaran
impuls rasa sakit ke sistem saraf pusat dengan mengganggu pembukaan kanal natrium.
• Obat-obatan ini secara garis besar dapapt dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu golongan
aminoester dan aminoamida.
• Besarnya efek tersebut bergantung pada dosis obat yang digunakan, potensi obat,
absorbsi, dan faktor lainnya.
Daftar Pustaka
• 1. American Board of Anesthesiology. Booklet of Information. Raleigh: ABA, 1998
• 2. American Society of Anesthesiologists. Anesthesia and you. Park Ridge: ASA, 1999
• 3. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Clinical Anesthesiology. 5th ed. New York: McGraw-Hill;
2013.
• 4. Miller RD, Pardo MC. Basic of Anesthesia 7th Edition. Philadelphia: Elsevier: 2018.
• 5. Pardo MC, Miller R d. Basic of Anesthesia. 7th ed. Philadelphia: Elsevier; 2018.
• 7. Fry C, Jabr R. The action potential and nervous conduction. Surgery (Oxford). 2010; 28(2): 49-54
• 8. Catterall WA. Voltage-gated sodium channels at 60: structure, function and pathophysiology. J
Physiol. 2012;590:2577–2589
Daftar Pustaka
• 9. Wang GK, Strichartz GR. State-dependent inhibition of sodium channels by local anesthetics: a 40-year
evolution. Biochem (Mosc) Suppl Ser A Membr Cell Biol. 2012;6:120–127
• 10. Hodgson PS, Liu SS, Batra MS, et al. Procaine compared with lidocaine for incidence of transient neurologic
symp- toms. Reg Anesth Pain Med. 2000;25: 218–222
• 11. Freedman JM, Li DK. Transient neurologic symptoms after spinal anesthesia: an epidemiologic study of 1,863
patients. Anesthesiology. 1998; 89:633–641
• 12. Albright GA. Cardiac arrest following regional anesthesia with etidocaine or bupivacaine. Anesthesiology.
1979;51: 285–287
• 13. Drasner K. Local anesthetic systemic toxicity: a historical perspective. Reg Anesth Pain Med. 2010;35:162–166
• 14. Neal JM, Bernards CM, Butterworth JF, et al. ASRA practice advisory on local anesthetic systemic toxicity. Reg
An- esth Pain Med. 2010;35:152–161
• 15. Weinberg G, Ripper R, Feinstein DL, Hoffman W. Lipid emulsion infusion rescues dogs from bupivacaine-
induced cardiac toxicity. Reg Anesth Pain Med. 2003;28:198– 202
• 16. Neal JM, Mulroy MF, Weinberg GL. American Society of Regional Anesthesia and Pain Medicine checklist for
managing local anesthetic systemic toxicity: 2012 version. Reg. Anesth. Pain Med. 2012; 37: 16–8.