Anda di halaman 1dari 49

Referat

Anestesia Lokal
NADIA PARAMITHA PUTRI 07120090078
Pembimbing: dr. Alexander Samuel Partogi, Sp.An
Outline
• Definisi

• Sejarah

• Struktur Kimia

• Klasifikasi

• Fisiologi

• Cara Kerja

• Farmakokinetik

• Cara Pemberian

• Efek Samping dan Toksisitas


Definisi

• ANESTESIA tindakan yang


bertujuan untuk menghilangkan rasa
sakit ketika dilakukan prosedur medis
seperti tindakan pembedahan, obstetrik,
diagnostik dan terapeutik

• pertama kali diungkapkan oleh filsuf


Yunani bernama Dioscorides
Definisi

Anestesi

General Regional Local


Anesthesia Anesthesia Anesthesia

Total Local
Total IV Balanced Central Peripheral Topical
Inhalation Infiltration

Spinal Epidural Caudal Upper Lower


Definisi

• ANESTESIA LOKAL sebagai hilangnya sensasi pada regio tertentu dari


tubuh akibat disrupsi generasi dan propagasi impuls

• KLINISNYA diproduksi oleh beberapa agen dengan mekanisme kerja yang


serupa
Sejarah
• PERADABAN KUNO, anestesia
menggunakan popi opium, akar
mandrake, daun koka, alkohol, bahkan
flebotomi untuk menghasilkan efek
ketidaksadaran

• kokain dapat DIISOLASI tahun


1855 oleh Gaedicke.
• 1860 Albert Niemann
MEMURNIKAN kokain
Sejarah
• PENGGUNAAN KOKAIN PERTAMA dalam ilmu medis modern
dilakukan oleh oftalmologis berkebangsaan Austria bernama Karl Koller

• LIDOKAIN ditemukan pada tahun 1984


Struktur Kimia

• gugus amin tersier


• cincin aromatik
• rantai intermediate

• Gugus ESTER atau AMIDA


Fisiologi
NYERI
• stimulus dari luar yang merangsang reseptor yang terdapat pada tubuh (nosiseptor).

• melanjutkan impuls ke sistem saraf pusat untuk diproses dan diartikan.

SERABUT SARAF
• A beta
• A delta
•C
Fisiologi
Fisiologi
Fisiologi
ISTIRAHAT
• Membran potensial adalah perbedaan tegangan di sepanjang membran sel.
• perbedaan tegangan pada intraselular dan ekstraselular -60 sampai -90 mV

STIMULI
• eksitasi dari sel saraf
• DEPOLARISASI
Fisiologi
DEPOLARISASI
• perbedaan tegangan listrik yang menyebabkan kanal natrium terbuka
• Natrium akan masuk ke dalam sel → sel bermuatan lebih positif
• Threshold -50 sampai -55 mV→ percepatan
• Puncak depolarisasi pada +30 mV

REPOLARISASI
• Terbukannya kanal Kalium
• Kalium keluar dari dalam sel → potensial membrane kembali
• Hiperpolarisasi
Fisiologi
Cara Kerja
• menghambat kemampuan saraf untuk mengantarkan impuls
• blokade dari kanal natrium
• 2 subunit dari kanal natrium: alfa dan beta
• 2 gerbang kanal natrium: aktivasi dan inaktivasi (m dan h)
⚫Aktivasi → sliding door
⚫Inaktivasi → ball and chain
Cara Kerja
• 3 fase:
⚫Istirahat
⚫Aktivasi
⚫Inaktivasi
Cara Kerja
• Anestesia lokal berikatan secara spesifik pada subunit alfa →
depolarisasi terhambat
• Semakin tingginya konsentrasi anestesi lokal, semakin banyak pula
kanal yang berikatan
• Hambatan dari anestesia lokal bergantung pada voltase dan
frekuensi
• Sensitivitas serabut saraf terhadap inhibisi anestesia lokal
ditentukan berdasarkan diameter aksonal, mielinisasi, dan faktor
anatomis serta fisiologis lainnya.
Cara Kerja
• Bergantung pada solubilitas dalam lemak dan pKa
• Solubilitas dalam lemak → potensi, ikatan lebih kuat
• pKa → pH terdapat 50% agen terion dan 50% tidak
• Agen yang dapat masuk ke dalam sel adalah non-ion
• Semakin mendekati pH normal, onset akan semakin cepat
• Onset juga dipengaruhi konsentrasi
• Pada pH rendah, onset lebih lama
Cara Kerja
Klasifikasi
• Obat-obatan anestesia lokal dapat diklasifikasikan sesuai dengan
gugus yang dimilikinya.
• Kedua gugus berbeda tersebut antara lain ester dan amida.
Prokain
• anestesi lokal injeksi pertama
• terutama digunakan sebagai obat blok subaraknoid.
• efek samping hipersensitivitas yang tinggi, sehingga
penggunaannya dibatasi ketika obat baru ditemukan.
• blok subaraknoid tidak secara efektif mencegah TNS jika
dibandingkan dengan lidokain.
• efek samping mual lebih nyata.
Kloroprokain
• efek vasodilatasi.
• efek kerja selama 40 menit dengan onset 3-5 menit.
• kloroprokain intratekal → neurotoxic injury.
• sebagai epidural dihindari karena → menurunnya efek anastesia
dan analgesia dari bupivakain epidural dan opioid berikutnya.
• sebagai anestesia spinal telah direevaluasi → menyebabkan
toksisitas jika dimasukkan ke dalam ruang subaraknoid.
Tetrakain
• masih digunakan dalam anestesia spinal.
• Jangka waktu kerja obat ini cukup lama jika ditambahkan
vasokonstriktor.
• meningkatkan risiko terjadinya TNS.
• Obat ini memiliki onset yang lama, blokade motorik
mendalam, dan berpotensi menjadi toksik bila diberikan
dalam dosis tinggi.
• Metabolisme dari tetrakain juga lebih lama dibandingkan
dengan prokain.
• Kristal vs larutan
Lidokain
• paling sering digunakan.

• anestesia lokal, topikal, blok regional intravena, blok saraf perifer, dan
anestesia spinal serta epidural.

• kekhawatiran akan neurotoksisitas yang dihasilkan dari lidokain,


terutama dengan pemberian teknik kontinu

• Transient neurologic syndrome terjadi pada sepertiga dari penerima


lidokain intratekal.

• onset cepat. Dalam 4 menit, efek anestesia sudah bekerja pada pasien.
Efek obat ini dapat bertahan hingga setengah jam sampai 3 jam jika
diberikan secara injeksi.
Mepivakain
• onset cepat dan jangka waktu kerja yang sedang.
• Mepivakain merupakan yang pertama dari seri
pipekolil xilidin, yang merupakan kombinasi cincin
piperidin dari kokain dan cincin xilidin dari lidokain.
• karakter seperti lidokain dengan efek vasodilatasi
lebih kecil dan durasi kerja lebih lama.
• Kegunaannya klinis = lidokain (tidak efektif topikal)
Prilokain
• Toksisitas dalam sistem saraf pusat 40% lebih sedikit jika
dibandingkan dengan lidokain.
• dosis yang tinggi (>600 mg) dapat menyebabkan
akumulasi orto-toluidin yang dapat mengubah hemoglobin
→ methemoglobin
• Penggunaannya dalam anestesia spinal dibandingkan
lidokain menurunkan risiko terjadinya TNS
Bupivakain
• onset kerja kurang lebih 15 menit dengan durasi kerja 2 hingga 8 jam.
• Kejadian serangan jantung dengan penggunaan bupivakain 0,75% yang
disuntikkan secara tidak sengaja intravena
• perbaikan dari diastol berlangsung lebih lama dan menyebabkan kecepatan
maksimum pompa jantung menurun.
• bupivakain juga mengganggu konduksi dari AV, menurunkan kontraktilitas
miokardium, dan berefek tidak langsung pada sistem saraf pusat.
Farmakokinetik
ABSORBSI
dipengaruhi oleh 3 faktor utama:

• tempat pemberian injeksi → bergantung dari vaskularisasi


intravaskular, trakeal, intrakostal, paraservikal, epidural, pleksus brakialis, siatik, dan
subkutaneus

• pemberian vasokonstriktor → meningkatkan durasi kerja dan mengurangi


efek toksisitas.

• agen anestesia lokal itu sendiri → larut lemak memiliki ikatan dengan
jaringan yang tinggi
Farmakokinetik
DISTRIBUSI
• bergantung pada penyerapan dari organ

• PERFUSI: tinggi, penyerapan berjalan dengan sangat cepat (fase alfa), redistribusi (fase
beta) ke organ-organ dengan perfusi moderat.

• KOEFISIEN PARTISI jaringan/darah: Meningkatknya kelarutan dalam lipid


berhubungan dengan ikatan plasma protein yang besar

• MASSA JARINGAN: Massa yang besar dapat menjadi reservoir dari agen distribusi.
Farmakokinetik
METABOLISME
• aminoester mengalami hidrolisis oleh plasma esterase.
• aminoamida mengalami metabolism oleh enzim mikrosomal
hepatik.
• metabolisme melalui paru.
Cara Pemberian
INFILTRASI
• onset kerja yang langsung dan durasi kerja
yang berbeda tergantung dari anestesia lokal
yang dipilih.
• Dosis yang diberikan bergantung pada luas area
dan durasi dari prosedur.
• Rasa nyeri dapat dirasakan pasien setelah
pemberian injeksi subkutan.
Cara Pemberian
TOPIKAL
• sensasi rasa nyeri pada permukaan

• sediaan krim, salep, aerosol, semprotan, losion, dan gel.

• Onset, kedalaman, dan durasi dari kerja anestesia topikal


ditentukan oleh level pKa, level pH, kelarutan dalam lemak,
ikatan protein, dan efek vasodilatasi dari anestesia lokal.

• Faktor lain yang: lokasi dari aplikasi obat, vaskularisasi jaringan,


luas permukaan, dan lama pemakaian.
Cara Pemberian
BLOKADE SARAF PERIFER
• Blokade ini dibagi menjadi dua yaitu blokade mayor dan blokade minor
• Kontraindikasi dalam penggunaan blokade saraf perifer adalah pasien yang tidak
kooperatif, penolakan pasien, dan alergi terhadap anestesia lokal.
• Onset kerja cepat dengan durasi bergantung pada jenis dan dosis
• Komplikasi yang dapat terjadi dari teknik ini adalah cedera saraf perifer, hematoma,
toksisitas, alergi, dan infeksi.
Cara Pemberian
BLOKADE SARAF SENTRAL
• anestesia spinal dan epidural.

• anestesia EPIDURAL: memasukkan agen anestesia ke


ruang epidural yang terdapat di antara ligamentum
flavum dan dura mater.

• Pemberian anestesia SPINAL : memasukkan agen


anestesia ke ruang subaraknoid, tempat terdapatnya
cairan spinoserebral.

• potensi cepat menimbulkan efek selama 1-2 jam, obat


kerja lambat berefek hingga 3-4 jam.
Cara Pemberian
ANESTESIA REGIONAL INTRAVENA
• pada bagian tubuh yang terpasang tornikuet.

• Anestesia lokal akan berdifusi dari pembuluh darah perifer ke jaringan


nonvaskular seperti akson dan ujung saraf.

• Obat anestesia lokal yang aman : golongan aminoester karena hidrolisisnya


di dalam darah.

• lidokain tanpa pengawet 3 mg/kg (40 mL larutan 0,5%) dengan epinefrin


dapat digunakan untuk operasi ekstremitas atas. Untuk operasi pada
ekstremitas bawah larutan lidokain 0,25% dengan jumlah 50-100 mL.
Toksisitas dan Efek Samping
TOKSISITAS LOKAL
• efek lokal yang dapat ditoleransi oleh jaringan.

• toksisitas intrinsik terhadap saraf dan otot yang terkadang menimbulkan manifestasi
klinis

• meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi, durasi penggunaan, dan risiko ini
dapat diperparah dengan adanya faktor yang meningkatkan vulnerabilitas saraf dan
predisposisi terhadap iskemia.
Toksisitas dan Efek Samping
NEUROLOGI
• premonitor kenaikan konsentrasi di dalam darah pada pasien yang sadar.

• Gejala awal: rasa kebal pada daerah sirkumoral, kesemutan pada lidah, pusing, tinnitus,
dan penglihatan buram, gelisah, tidak tenang, cemas, meracau, dan rasa akan mati.
Kedutan pada otot menandai permulaan kejang tonik-klonik.

• Efek samping kokain: euforia

• kloroprokain → nyeri kepala hebat setelah pemberian epidural, masuk ke ruang


subaraknoid dan berisiko menyebabkan anestesia spinal total.

• lidokain 5% dengan infus kateter kecil pada spinal → neurotoksisitas.


Toksisitas dan Efek Samping
RESPIRATORI
• Lidokain dapat menurunkan hypoxic drive.

• Apnea dapat timbul akibat blokade pada saraf frenik dan/atau


intercostal atau depresi pusat napas.

• Pada kasus-kasus high block, apnea dapat terjadi akibat dari


hipotensi.

• Penggunaan anestesia lokal secara intravena dapat menghambat


vasokonstriksi, sedangkan pemberian lidokain dengan inhalasi
dapat menyebabkan vasokonstriksi pada individu yang reaktif.
Toksisitas dan Efek Samping
KARDIOVASKULAR
• Konsentrasi anestesia lokal pada plasma yang tingi dapat menimbulkan
hipotensi akibat vasodilatasi dan depresi miokardial

• otomatisitas kardiak dan konduksi kardiak yang terganggu.

• EKG sebagai pemanjangan interval PR dan pelebaran kompleks QRS

• mengganggu kerja jantung → kecepatan depolarisasi pada jaringan dengan


konduksi cepat
Toksisitas dan Efek Samping
IMUNOLOGI
• jarang ditemukan.

• golongan ester lebih mngkin menginduksi terjadinya alergi terutama jika


merupakan derivat dari asam p-aminobenzoat.

• Sediaan anestesia amida seringkali mengandung metilparaben yang secara


struktur kimia mirip dengan asam p-aminobenzoat

• Tatalaksana reaksi alergi adalah dengan dipenhydramin atau epinefrin dan


steroid.
Toksisitas dan Efek Samping
MUSKULOSKELETAL
• Injeksi langsung → miotoksis ringan.

• Perbaikan kurang lebih 3-4 minggu setelah injeksi.

• Pemberian steroid dan epinefrin bersamaan dengan injeksi


anestesia lokal memperparah terjadinya mionekrosis.
Toksisitas dan Efek Samping
HEMATOLOGI
• lidokain menurunkan koagulasi normal darah melalui penurunan
thrombosis dan agregasi platelet, meningkatkan fibrinolysis dari
seluruh darah.
• kelainan darah berupa methemoglobinemia. ferrous sulfate menjadi
ferric sulfate.
• pemberian prilokain dengan dosis tinggi yaitu 600 mg. Prilokain
yang dimetabolisme menghasilkan O-toluidine yang mengoksidasi
hemoglobin menjadi methemoglobin.
Maximum Dose
Tatalaksana
Tatalaksana
Kesimpulan
• Anestesia → yang bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit

• Anestesia penerapannya sudah dilakukan sejak zaman dahulu.

• Anestesia lokal merupakan hilangnya sensasi pada regio tertentu dari tubuh akibat
disrupsi generasi dan propagasi impuls.

• Dalam praktiknya, terdapat berbagai macam modalitas yang digunakan dalam anestesia
lokal.
Kesimpulan
• Prinsip kerja dari obat tersebut adalah dengan menghambat depolarisasi dari hantaran
impuls rasa sakit ke sistem saraf pusat dengan mengganggu pembukaan kanal natrium.

• Obat-obatan ini secara garis besar dapapt dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu golongan
aminoester dan aminoamida.

• Penggunaan anestesia lokal adanya kemungkinan menimbulkan efek samping dan


toksisitas.

• Besarnya efek tersebut bergantung pada dosis obat yang digunakan, potensi obat,
absorbsi, dan faktor lainnya.
Daftar Pustaka
• 1. American Board of Anesthesiology. Booklet of Information. Raleigh: ABA, 1998

• 2. American Society of Anesthesiologists. Anesthesia and you. Park Ridge: ASA, 1999

• 3. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Clinical Anesthesiology. 5th ed. New York: McGraw-Hill;
2013.

• 4. Miller RD, Pardo MC. Basic of Anesthesia 7th Edition. Philadelphia: Elsevier: 2018.

• 5. Pardo MC, Miller R d. Basic of Anesthesia. 7th ed. Philadelphia: Elsevier; 2018.

• 6. Sherwood L. Human Physiology: From Cells to Systems. Hum Physiol. 2010;

• 7. Fry C, Jabr R. The action potential and nervous conduction. Surgery (Oxford). 2010; 28(2): 49-54

• 8. Catterall WA. Voltage-gated sodium channels at 60: structure, function and pathophysiology. J
Physiol. 2012;590:2577–2589
Daftar Pustaka
• 9. Wang GK, Strichartz GR. State-dependent inhibition of sodium channels by local anesthetics: a 40-year
evolution. Biochem (Mosc) Suppl Ser A Membr Cell Biol. 2012;6:120–127
• 10. Hodgson PS, Liu SS, Batra MS, et al. Procaine compared with lidocaine for incidence of transient neurologic
symp- toms. Reg Anesth Pain Med. 2000;25: 218–222
• 11. Freedman JM, Li DK. Transient neurologic symptoms after spinal anesthesia: an epidemiologic study of 1,863
patients. Anesthesiology. 1998; 89:633–641
• 12. Albright GA. Cardiac arrest following regional anesthesia with etidocaine or bupivacaine. Anesthesiology.
1979;51: 285–287
• 13. Drasner K. Local anesthetic systemic toxicity: a historical perspective. Reg Anesth Pain Med. 2010;35:162–166

• 14. Neal JM, Bernards CM, Butterworth JF, et al. ASRA practice advisory on local anesthetic systemic toxicity. Reg
An- esth Pain Med. 2010;35:152–161
• 15. Weinberg G, Ripper R, Feinstein DL, Hoffman W. Lipid emulsion infusion rescues dogs from bupivacaine-
induced cardiac toxicity. Reg Anesth Pain Med. 2003;28:198– 202
• 16. Neal JM, Mulroy MF, Weinberg GL. American Society of Regional Anesthesia and Pain Medicine checklist for
managing local anesthetic systemic toxicity: 2012 version. Reg. Anesth. Pain Med. 2012; 37: 16–8.

Anda mungkin juga menyukai