Anda di halaman 1dari 17

 

 
 
 
 

 
 
 

 
 

HIPERSPLENISME

 
 

 
REFERAT
  ILMU PENYAKIT DALAM
 
   
 
 
DOSEN PEMBIMBING 
dr. Resa Setiadinata, SpPD 
 
DISUSUN OLEH 
Clarissa Nathasia Sadikin 
 
07120090044  
   
 
 
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

 
SILOAM LIPPO VILLAGE


  

 
 
   

 
PERIODE 7 JANUARI – 15 MARET 2014 
 

 
 
REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM ‐ HIPERSPLENISME 

Clarissa NS (07120090044) 

 
BAB 1

PENDAHULUAN

Hipersplenisme merupakan suatu kondisi dimana kerja limpa menjadi sangat aktif
sehingga dengan cepat menyingkirkan sel darah. Hipersplenisme ditandai dengan
splenomegali, pansitopenia, normal atau hiperselular sumsum tulang dan respon
terhadap splenektomi. Hipersplenisme dapat terjadi akibat adanya splenomegali dan
juga sebaliknya1. Insidensi relatif penyebab splenomegali bergantung pada variasi
geografis yang sangat besar. Di Inggris, leukemia, limfoma maligna, penyakit-
penyakit mieloproliferatif, anemia hemolitik, dan hipertensi portal adalah penyebab
sebagian besar kasus splenomegali. Di Negara-negara tropis, insidensi penyebab
hematologi tersebut jauh dibawah frekuensi pembesaran limpa akibat infeksi parasit
tropik: malaria, leishmaniasis, dan skistosomiasis. Hipertensi portal tetap merupakan
penyebab penting splenomegali di sebagian besar Negara tropis, tetapi khususnya di
India timur dan Cina bagian selatan. Sindrom splenomegali tropis ditemukan pada
sejumlah besar pasien di Papua Nugini dan Afrika Tengah. Diantara penyebab
splenomegali akibat kelainan darah, hemoglobinopati relatif merupakan penyebab
penting di beberapa negara.

  2 
REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM ‐ HIPERSPLENISME 

Clarissa NS (07120090044) 

 
BAB 2

ANATOMI DAN FISIOLOGIS LIMPA

2.1 Anatomi

Limpa atau spleen ialah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah
kiri abdomen di daerah hipogastrium kiri di bawah iga kesembilan sepuluh dan
sebelas. Limpa berdekatan pada fundus dan permukaan luarnya menyentuh
diafragma. Limpa menyentuh ginjal kiri, kelokan kolon di kiri atas dan ekor pankreas.

Gambar 1. Limpa

Limpa terdiri atas jalinan struktur jaringan ikat. Di antara jalinan-jalinan itu terbentuk
isi limpa (pulpa) yang terdiri atas jaringan limfe dan sejumlah besar sel darah. Limpa
dibungkus oleh kapsul yang terdiri atas jaringan kolagen dan elastik dan beberapa
serabut otot halus. Dari kapsul itu keluar tajuk-tajuk yang disebut trabekulae yang
masuk ke dalam jaringan limpa dan membaginya dalam beberapa bagian. Parenkim
limpa disebut pulpa yang terdiri atas pulpa merah dan pulpa putih. Pulpa merah
berwarna merah gelap pada potongan limpa segar. Pulpa merah terdiri atas sinusoid

  3 
REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM ‐ HIPERSPLENISME 

Clarissa NS (07120090044) 

 
limpa. Pulpa putih tersebar dalam pulpa merah, berbentuk oval dan
berwarna putih kelabu.

Gambar 2. Struktur limpa

Limpa divaskularisasi oleh arteri limpaalis yang merupakan cabang dari trunkus
coeliacus atau triple hallery bersama arteri hepatica communis, dan arteri gastric
sinistra. Triple hallery sendiri merupakan cabang dari aorta abdominalis yang
dicabangkan setinggi Vertebra TXII - LI. Sedangkan vena limpaalis meninggalkan
hilus limpaalis berjalan ke posterior dari kauda dan corpus pankreas untuk bermuara
ke vena portae hepatis bersama dengan vena mesenterica superior dan vena
mesenterica inferior.

Pembuluh darah limpa masuk dan keluar melalui hilum yang berada di permukaan
dalam. Pembuluh-pembuluh darah itu menuangkan isinya langsung ke dalam pulpa
sehingga darahnya dapat bercampur dengan unsur-unsur limpa dan tidak seperti pada
organ-organ lain yang dipisahkan oleh pembuluh darah. Disini tidak terdapat sistem
kapiler biasa, tetapi darah langsung berhubungan dengan sel-sel limpa. Darah yang
mengalir dalam limpa dikumpulkan lagi oleh sebuah sistem sinus yang bekerja seperti
vena dan yang mengantarkan darahnya ke dalam cabang-cabang vena. Cabang-cabang

  4 
REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM ‐ HIPERSPLENISME 

Clarissa NS (07120090044) 

 
ini bersatu dan membentuk vena limpa (vena limpalis). Vena ini membawa darahnya
dari limpa masuk peredaran portal dan diantarkan ke hati. Limpa di inervasi oleh
persarafan simpatis oleh nervus sympaticus segmen Thoracal VI – X dan persarafan
parasimpatisnya oleh nervus Vagus (CN X).

Gambar 3. Struktur visceral dan diafragmatik limpa

Sebuah limpa yang normal beratnya 150 gram, kira-kira 11 cm panjangnya


craniocodal, dan tidak mudah teraba. Limpa berat 400-500 gram menunjukkan
splenomegali, dan beberapa dokter mempertimbangkan limpa beratnya lebih dari 1 kg
sebagai splenomegali masif. Poulin. et al menganggap splenomegali moderat jika
dimensi terbesar adalah 11-20 cm dan berat jika dimensi lebih besar dari 20 cm.

Ukuran limpa bukanlah panduan yang dapat diandalkan untuk fungsi limpa, dan
limpa yang teraba tidak selalu menunjukan abnormal. Pasien yang memiliki penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK) dan diafragma yang rendah dapat memiliki limpa
teraba. Limpa harus setidaknya dua atau tiga kali ukuran biasanya sebelum itu bisa
dirasakan.

  5 
REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM ‐ HIPERSPLENISME 

Clarissa NS (07120090044) 

 
2.2 Fisiologi Limpa

Limpa memiliki 2 fungsi dasar, yaitu2 :

• fungsi penyaring dan surveilan terhadap komponen darah di pulpa merah (oleh
makrofag)
• fungsi sintesis antibody di pulpa putih

Pada usia 5-8 bulan, limpa berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah merah
dan sel darah putih. Fungsi ini akan hilang pada masa dewasa. Namun limpa
mempunyai peran penting dalam memproduksi sel darah merah jika hematopoiesis
dalam sumsum tulang mengalami gangguan seperti pada gangguan hematologi.

1. Fungsi Filtrasi
Limpa berfungsi untuk membuang sel darah merah yang sudah tua atau sel darah
merah yang rusak misalnya sel darah merah yang mengalami gangguan morfologi
seperti pada spherosit dan sickle cells, serta membuang bakteri yang terdapat
dalam sirkulasi. Setiap hari limpa akan membuang sekitar 20 ml sel darah merah
yang sudah tua. selain itu sel-sel yang sudah terikat pada IgG pada permukaan
akan di buang oleh monosit. Limpa juga akan membuang sel darah putih yang
abnormal, platelet, dan sel-sel debris. Kemampuan ini akibat adanya
mikrosirkulasi yang unik pada limpa. Sirkulasi ini memungkinkan aliran yang
lambat sehingga limpa punya waktu untuk memfagosit bakteri, sekalipun
opsonisasinya buruk. Antigen partikulat dibersihkan dengan cara yang mirip oleh
efek filter ini dan antigen ini merangsang respon anti bodi. Sel darah merah juga
dieliminasi dengan cara yang sama saat melewati limpa. Limpa dapat secara
selektif membersihkan bagian-bagian sel darah merah, dapat membersihkan sisa
sel darah merah normal. Sel darah merah tua akan kehilangan aktifitas enzimnya
dan limpa yang mengenali kondisi ini akan menangkap dan menghancurkannya

2. Fungsi Imunologi
Limpa termasuk dalam bagian dari sistem limfiod perifer mengandung limfosit T
matur dan limfosit B. Limfosit T bertanggung jawab terhadap respon cell

  6 
REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM ‐ HIPERSPLENISME 

Clarissa NS (07120090044) 

 
mediated immune (imun seluler) dan limfosit B bertanggung jawab terhadap
respon humoral. Fungsi imunologi dari limpa dapat dirangkum sebagai berikut:
a. Produksi Opsonin
Limpa menghasilkan tufsin dan properdin. Tufsin mempromosikan
Fagositosis. Properdin menginisiasi pengaktifan komplemen untuk destruksi
bakteri dan benda asing yang terperangkap dalam limpa. Limpa adalah organ
lini kedua dalam sistem pertahanan tubuh jika sistem kekebalam tubuh yang
terdapat dalam hati tidak mampu membuang bakteri dalam sirkulasi
b. Sintesis Antibodi
Immunoglobulin M (IgM) diproduksi oleh pulpa putih yang berespon terhadap
antigen yang terlarut dalam sirkulasi
c. Proteksi terhadap infeksi
Splenektomi akan menyebabkan banyak pasien yang terpapar infeksi, seperti
fulminan sepsis. Mengenai bagaimana mekanismenya sampai saat ini belum
diketahui sepenuhnya.
d. Tempat Penyimpanan
Pada dewasa normal sekitar sepertiga (30 %) dari pletelet akan tersimpan
dalam limpa.

  7 
REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM ‐ HIPERSPLENISME 

Clarissa NS (07120090044) 

 
BAB 3

HIPERSPLENISME

3.1 Definisi

Istilah kata hipersplenisme lebih difokuskan pada keadaan kerja limpa yang
berlebihan. Jadi suatu keadaan pembesaran limpa dapat akibat, bersama-sama suatu
penyakit atau dapat menyebabkan penyakit sistemik. Hipersplenisme bukanlah suatu
penyakit spesifik, melainkan sebuah sindrom yang ditandai dengan3 :
a. Splenomegali
b. Pansitopenia
• Anemia , trombositopenia dan neutropenia (paling jarang)
c. Normal atau hiperplasi sumsum tulang
d. Respon terhadap splenektomi

3.2 Etiologi

Hipersplenisme dibagi menjadi4 :

1. Hipersplenisme Primer
2. Hipersplenisme Sekunder (disebabkan oleh penyakit lain)

Hipersplenisme sekundrer paling sering terjadi akibat hipertensi portal dan gangguan
hematologi. Hipertensi portal merupakan penyebab penting dari splenomegali di
sebagian besar negara-negara tropis. Meskipun studi tentang hipersplenisme masih
sedikit, dua penelitian telah menunjukkan bahwa portal schistosomal hipertensi
adalah penyebab paling umum dari hipersplenisme, penyebab umum lainnya
termasuk gangguan hematologi, visceral lesihmaniasis, tropical sindrom splenomegali
dan sirosis hati, namun ada variasi geografis yang luas dalam etiologi hipersplenisme.

  8 
REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM ‐ HIPERSPLENISME 

Clarissa NS (07120090044) 

Infeksi virus : infectious mononucleosis, hepatitis dan HIV


Infeksi bakteri : demam tifoid, endokarditis bakteri, bruselosis, and

Infeksi Tuberkulosis
infeksi parasit: malaria, visceral leishmaniasis,dan schistosomiasis
Infeksi fungal : histoplasmosis

Sirosis hepar, hepatic schistosomiasis "portal hypertension", obstruksi vena


Congestive hepatik, obstruksi vena porta, obstruksi vena splenik, CHF dengan kenaikan
splenomegaly
tekanan vena dan aneurisma arteri splenik

Hereditary spherocytosis, symptomatic elliptocytosis, thalasaemia,


Hyperplastic polycythaemia Rubra vera, myelofibrosis, and Chronic myeloid leukaemia
Splenomegaly
(CML), Chronic Lymphocytic leukaemia (CLL) dan lymphoma

Gaucher's disease, amyloidosis, Niemann-pick diease, histiocytosis, splenic


Infiltrative tumours, metastatik malignansi, Marble bone disease dan Waldenstrom
splenomegaly
macroglobulinaemia

Idiopathic non tropical splenomegaly, iron deficiency anaemia, B12


Micellanous
causes deficiency, thyrotoxicosis
Tabel 1. Etiologi hipersplenisme sekunder

3.3 Patogenesis

Hipersplenisme merupakan proses penghancuran sel darah yang berlebihan oleh


limpa. Hal ini terjadi ketika ukuran limpa mengalami peningkatan baik sel maupun
jaringan atau desakan pembuluh darah. Keadaan ini meningkatkan peran fungsi
penyaring, sehingga sel darah normal pun akan mengalami perlambatan serta proses
penghancuran sementara. Walaupun proses penghancuran granulosit dan trombosit
menyebabkan neutropenia dan trombositopenia, namun kedua jenis sel tersebut dapat
beradaptasi dengan perlambatan proses penyimpanan di limpa (adanya sekuestrasi

  9 
REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM ‐ HIPERSPLENISME 

Clarissa NS (07120090044) 

 
sementara 90% trombosit). Berbeda dengan sel darah merah yang terperangkap akan
mengalami penghancuran menyebabkan terjadinya anemia hemolitik.

Dameshek berpendapat bahwa hipersplenisme umumnya dihubungkan dengan


keadaan splenomegali, menyebabkan terjadinya sitopenia yang berakibat terjadinya
kompensasi hiperplasi sumsum tulang. Kebanyakan kelainan ini harus dikoreksi
dengan splenektomi. Pada hipersplenisme terjadi destruksi sel darah merah yang
berlebihan. Sehingga usia sel darah merah menjadi lebih pendek, terbentuk antibodi
yang menimbulkan reaksi antigen sehingga sel-sel rentan terhadap destruksi. Kejadian
ini bisa terjadi pada salah satu sel darah atau dapat terjadi menyeluruh5.

3.4 Mekanisme Hipersplenisme sekunder

Schistosomiasis6

Schistosomiasis disebabkan oleh cacing trematoda "schistosomes" yang berada di


pembuluh darah perut host. Terdapat Lima spesies Schistosoma yang diketahui
menginfeksi manusia. Infeksi oleh Schistosoma mansoni, S. japonicum, S. mekoni
atau S. intercalatum dikaitkan dengan fibrosis hati dan usus kronis.Infeksi kemih
dengan semua jenis Schistosoma diikuti dengan kontak langsung air tawar yang
mengandung larva yang berenang bebas dari parasit bernama cercaria, beberapa hari
kemudian, cacing bermigrasi ke sistem vena portal, dimana mereka mengalami
maturasi. Pasangan cacing kemudian melakukan perjalanan ke vena mesenterika
superior "dalam kasus S. mansoni" mesenterika inferior & vena haemorroridal
superior "dalam kasus joponicum", atau pleksus vesikalis dalam kasus S.
Haematobium.

Malaria

Sindrom splenomegali tropis (TSS) atau Hiper-reaktif splenomegali malaria adalah


pembesaran limpa akibat respon imun yang abnormal terhadap serangan berulang dari
malaria. Hal ini terlihat pada anak-anak dan orang dewasa yang tinggal di daerah
endemik malaria. TSS ditandai dengan splenomegali masif, hepatomegali,
peningkatan kadar IgM serum dan malaria antibodi . Limfositosis sinusoidal hati juga
terlihat. Pada sekitar 10 % dari pasien Afrika hal itu terkait dengan limfositosis perifer

  10 
REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM ‐ HIPERSPLENISME 

Clarissa NS (07120090044) 

 
(sel B) .Mayoritas pasien muncul saat dewasa. Pasien datang dengan keluhan nyeri di
hipokondrium kiri, atau kadang-kadang mengeluh perut yang teraba massa. Beberapa
datang dengan nyeri tajam berulang di perut bagian atas, mungkin karena perisplenitis
atau infark limpa. Kelompok lain dari pasien mungkin mengalami penurunan berat
badan. Pada pemeriksaan, ditemukan splenomegali dan hepatomegali. Sediaan apusan
darah tepi (Peripheral blood smear) menunjukkan anemia normokromik normositik
dengan peningkatan jumlah retikulosit. Pansitopenia juga dapat dilihat sebagai akibat
dari hipersplenisme.

Splenomegali kongestif7

Kongestif pasif vena yang kronik dan pembesaran pada limpa dapat terjadi karena :

• Kongesti sistemik yang ditemukan pada gagal jantung kanan


• Gangguan drainamse darah portal intrahepatik (misalnya karena sirosis
hati)
• Obstruksi vena porta ekstrahepatik (misalnya trombosis spontan vena
porta)

Anemia hemolitik kongenital

Tidak ada kelainan struktural dalam darah, akan tetapi membran sel darah merah
terbungkus oleh antibodi sehingga sel darah merah tersebut akan terperangkap dalam
limpa sehinga menyebabkan hemolisis dan anemia. Pasien biasanya diterapi dengan
steroid dan penyakit yang mendasarinya. Pasien yang tidak berespon terhadap streroid
jangka panjang dengan dosis tinggi merupakan calon untuk splenektomi. Sekitar 50%
penderita berespon baik dengan splenektomi dan 30% lainnya berespon baik terhadap
kombinasi splenektomi dengan steroid dosis rendah8.

Sferositosis herediter

Sferositosis herediter adalah suatu penyakit akibat defek membran sel darah merah
sehingga sel darah merah terperangkap dalam limpa secara berlebihan9. Defek
tersebut terjadi akibat defisiensi spektrin, suatu protein rangka membran sel darah
merah. Gambaran klinis beruapa anemia, kelelahan, ikterus kadang ditemukan batu

  11 
REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM ‐ HIPERSPLENISME 

Clarissa NS (07120090044) 

empedu berpigmen. Splenektomi diindikasikan pada semua pasien tersebut untuk


menurunkan jumlah tangkapan sel darah merah abnormal dan koreksi anemia. Saat
operasi, penting untuk mencari adanya limpa assesorius. Pengangkatan yang tidak
adekuat akan memberikan pemulihan yang tidak maksimal.

3.5 Tanda dan Gejala

Temuan klinis10 :

1. Splenomegali
• Gejala yang berhubungan dengan pembesaran limpa seperti perut
terasa penuh, Limpa yang membesar terletak di dekat lambung dan
bisa menekan lambung, sehingga penderita bisa merasakan perutnya
penuh meskipun baru makan sedikit makanan atau bahkan belum
makan apa-apa (early satiety) dan nyeri di kuadran kiri atas perut
karena pembesaran lima dan peregangan kapsul limpa, infark ataupun
inflamasi dari kapsul limpa.

2. Gejala hematologis :
• Anemia : lemas, lelah dan pucat
• Leukopenia : rentan terhadap infeksi , demam, ulserasi oral
• Trombositopenia : memar, epitaksis

3. Gejala klinis lainnya tergantung dari penyakit yang mendasari (hiperspenisme


sekunder)

Karena luasnya berbagai gejala yang mungkin untuk gangguan ini, riwayat pasien
secara menyeluruh harus diperoleh. Hipersplenisme jarang didiagnosis
berdasarkan gejala saja, tetapi biasanya ditemukan saat kondisi medis yang
mendasari dapat diidentifikasi dan dokter menemukan pembesaran limpa
(splenomegali) selama pemeriksaan fisik. Gejala yang paling sering dikaitkan
adalah kepenuhan perut atau kurang nafsu makan (inappetence).

  12 
REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM ‐ HIPERSPLENISME 

Clarissa NS (07120090044) 

 
Gejala dan tanda-tanda penyakit yang mendasari11 :

• Temuan Laboratorium :
o Anemia ( Hb wanita <12 gr/dl, pria <13 gr/dl), trombositopenia
(tombosit <150.000/ uL) dan leukopenia (<5.000/ uL)
• Evaluasi ukuran limpa :
o dengan pemeriksaan fisik , USG abdomen , CT scan dan MRI

Gambar 4.
USG Abdomen ditemukan splenomegali

• Evaluasi fungsi limpa :


o Menurunnya kelangsungan hidup sel darah merah atau platelet dapat
diukur dengan CR51 , atau trombosit dengan indium dan mengukur laju
hilangnya radioaktivitas dari darah
• Aspirasi sumsum tulang dapat membantu untuk mengidentifikasi penyebab
hipersplenisme karena leukemia, limfoma, dan kanker metastatik.

3.5 Tatalaksana

Medikasi :

• Pengobatan medis yang berhasil dari penyakit primer dapat menyebabkan


regresi dari Hipersplenisme tanpa perlu dilakukan tindakan bedah.

  13 
REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM ‐ HIPERSPLENISME 

Clarissa NS (07120090044) 

 
Tindakan bedah :

• Splenektomi

Splenektomi diindikasikan pada kasus-kasus hipersplenisme kronis/parah12.


Splenektomi menyebabkan morbiditas pasca operasi yang signifikan dan risiko jangka
panjang dari infeksi berat dalam 1-2% pasien. Splenektomi total harus dihindari
sebisa mungkin bila metode medis dan bedah konservatif dapat dilakukan.
Komplikasi dari splenektomi dapat timbul lebih awal hingga 30 hari setelah operasi
atau di kemudian hari. Komplikasi awal dapat melibatkan infeksi saluran pernapasan
terutama bronkopneumonia atau abses subfrenikus. Komplikasi jangka panjang
adalah sepsis fulminan dikenal sebagai sindrom OPSI (overwhelming post-
splenectomy infection), juga dikenal sebagai sindrom postsplenectomy sepsis. Dalam
kebanyakan kondisi infeksi serius disebabkan oleh bakteri encapsulated, seperti
pneumokokus. Infeksi pneumokokus terjadi sekitar 50-90 % dari kasus yang
didokumentasikan dan dengan tingkat kematian hingga 60%. H. influenza tipe B ,
meningokokus ,dan kelompok A streptokokus (25%) Risiko meningkat pada anak-
anak di negara-negara imunodefisiensi dan terapi imunosupresif. Terdapat 60% pasien
terkena OPSI setelah 2 tahun dilakukan splenektomi. Gejala OPSI pada awalnya
berupa flulike syndrome yang dengan cepat diikuti dengan syok septic, hipotensi,
anuria, DIC (disseminated intravascular coagulation). Pencegahan untuk terjadinya
infeksi jangka panjang OPSI dapat dicegah dengan memberikan imunisasi, antibiotik
profilaksis dan edukasi kepada pasien. Sambil menunggu hasil diagnostik,
penggunaan antibiotik tidak boleh ditunda. Pilihan antibiotik empirik berupa
sefotaksim IV atau ceftriaxone IV. Jika terdapat resitensi, pertimbangkan untuk
menggunakan vancomycin13. Imunisasi meliputi administrasi pneumococcus
polivalen vaccine yang harus diberikan 2-3 minggu sebelum prosedur splenektomi .
Vaksinasi dapat diulang 5-10 tahun. Vaksin tipe H. influenzae B harus diberikan
kepada individu-individu yang tidak diimunisasi sebelumnya . Imunisasi
meningokokus tidak secara rutin disarankan kecuali bagi wisatawan ke daerah-daerah
di mana ada peningkatan risiko infeksi Sekelompok. Profilaksis jangka panjang
penisilin (Penisilin V) dianjurkan.

  14 
REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM ‐ HIPERSPLENISME 

Clarissa NS (07120090044) 

 
3.6 Prognosis

Prognosis tergantung pada penyebab yang mendasari dan jenis pengobatan yang
didapatkan. Bagi orang-orang yang menerima terapi untuk kondisi yang
menyebabkan hipersplenisme, hasilnya biasanya baik. Namun, jika splenomegali
tidak segera diobati, lama-kelamaan dapat merusak komponen darah,
menyebabkan jumlah anemia, leukopenia dan trombositopenia. Jumlah trombosit
yang rendah dapat menyebabkan komplikasi termasuk perdarahan mukosa dan
perdarahan dari vena abnormal membesar atau varises esofagus. Setelah
splenektomi , individu memiliki peningkatan risiko untuk infeksi berulang. Ketika
pengobatan untuk hipersplenisme meliputi splenektomi, hasilnya sering tidak
menguntungkan karena individu menjadi lebih rentan terhadap infeksi bakteri
yang parah , seperti Streptococcus pneumoniae. Hal ini terjadi karena individu
tanpa limpa menjadi kurang efektif dalam menyaring bakteri patogen dari aliran
darah, sehingga predisposisi individu untuk septicemia. ndividu tanpa limpa juga
lebih rentan terhadap serangan malaria.

  15 
REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM ‐ HIPERSPLENISME 

Clarissa NS (07120090044) 

 
BAB 4

KESIMPULAN

Hipersplenisme bukanlah suatu penyakit spesifik, melainkan suatu sindrom yang


dapat disebabkan oleh beberapa penyakit. Hipersplenisme adalah suatu keadaan
dimana :
a. Splenomegali
b. Pansitopenia
c. Normal atau hiperselular sumsum tulang
d. Respon terhadap splenektomi

Diantara banyak pnenyebab hipersplenisme, namun hipersplenisme akibat hipertensi


porta dan penyakit hematologis merupakan penyabab paling sering. Koreksi
hipersplenisme bergantung pada pengobatan penyakit pyang mendasari, namun
splenektomi dapat bermanfaat dalam keadaan tertentu.

  16 
REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM ‐ HIPERSPLENISME 

Clarissa NS (07120090044) 

 
DAFTAR PUSTAKA

1. Edwards, CRW, Bouchier IAD. Splenomegaly. Davidson's Principles and Practice of


Medicine, 17th ed. Toronto: Churchill Livingstone; p: 305.
2. Eichner ER. Splenic function: normal, too much and too little. Am J Med 1979 Feb.;
66(2): 311-20.
3. Baliga RR. Splenomegaly. 250 cases in clinical medicine, 3rd ed. London: W. B
SAUNDERS; 1997; p: 318-319.
4. Rinaldi I, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Interna
Publishing; 2009.
5. Ali A. Causes of gross splenomegaly in Yemen. Clinical M.D Thesis (K.U) 1997; p: 1.
6. Chitsulo L, Engles D, Montresor A, Savioli. The global status of schistosomiasis and its
control. Acta Trop 2000; 77: 41-51.
7. Almasri, AS. Portal hypertension, hypersplenism. 1st edition. Khartoum: The Academy
of Medical Sciences Printing Press; 2003; p: 35-40.
8. Eichner ER, Whitfield CL. Splenomegaly and algorithmic approach to diagnosis.
JAMA 1981 Dec.; 246(24): 2858-61.
9. Weatherall DJ, Ledingham JGG, Warrell DA. Causes of splenomegaly. Oxford Text
Book of Medicine, 3rd ed. New York: Oxford University Press. 1996; p: 3587-3590.
10. Elmakki E. Causes of hypersplenism in adult Sudanese patients presenting to
Khartoum state. Clinical MD Thesis(K.U)2003,P:39.
11. Ferri FF, ed. Diseases and Disorders. Ferri's Clinical Advisor 2013. 1st ed.
Philadelphia, Pa: Mosby Elsevier; 2012: section 1.
12. Connell NT, Shurin SB, Schiffman FJ. The Spleen and It's Disorders In: Hoffman R,
Benz EJ Jr, Silberstein LE, Heslop HE, Weitz JI, eds. Hematology: Basic Principles
and Practice.6th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2012:chap 162.
13. JBalji Sanderson.D.Basu.Study of hypersplenism and effect of splenectomy on
patients with hypersplenism.JIACM,2005,6(4):291-6.

  17 

Anda mungkin juga menyukai