Anda di halaman 1dari 31

Oleh :

1. Yessi Malinda (11310407 )


2. Patimah Fitriansyari (1508320052)
3. Shinta Delia Syafitri (61112088)

Pembimbing:
dr. Asmin Lubis, DAF, Sp.AN,KAP,KMN.

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF ANESTESIOLOGI RSU. HAJI MEDAN


FK UNMAL BANDAR LAMPUNG, FK UMSU MEDAN, FK UNIBA BATAM TAHUN
2016
LAPORAN STATUS PASIEN

• Nama : SG
• Jenis Kelamin : Laki-Laki
• Umur : 72 Tahun
• Agama : Islam
Identitas • Alamat : Bangun Rejo Dusun 1
Tanjung morawa
• Pekerjaan : Pensiunan
• Status Perkawinan : Menikah
• No RM : 25.26.82
LAPORAN STATUS PASIEN

• Keluhan utama:Buang Air Kecil Tidak Lancar


• Telaah: Pasien laki-laki datang ke RS Haji dengan
keluhan buang air kecil tidak lancar yang dialami
sejak 1 minggu ini. Pasien mengatakan harus
menunggu pada permulaan buang air kecil disertai
mengedan saat buang air kecil.Pasien juga
mengeluhkan alirannya terputus-putus dan keluar
hanya menetes. Pasien juga merasa tidak puas
setelah BAK sehingga sering kencing terutama pada
malam hari terbangun untuk kencing. Selain itu,
Anamnesis pasien merasakan rasa nyeri pada ujung penis dan
batang penis saat BAK. Tidak ada demam, maupun
kencing bernanah.
• Selama ini BAK pasien tidak pernah bercabang, tidak
pernah mengeluarkan batu saat kencing. Air kencing
tidak pernah di kerumuni semut. Pasien juga tidak
pernah pernah mengalami operasi sebelumnya. Pasien
juga tidak pernah mengeluarkan darah pada saat BAK,
nyeri punggung tidak ada, perasaan kesemutan tidak
ada,kelemahan anggota gerak bawah tidak ada,BAB
lancar.
LAPORAN STATUS PASIEN

• Riwayat Penyakit Dahulu :


• (-) tidak ada
• Riwayat Penyakit Keluarga :
Anamnesis • (-) tidak ada

• Riwayat Pengobatan:
• (-) tidak ada
LAPORAN STATUS PASIEN

• Sensorium : Compos Mentis


• Berat Badan : 50 kg
• Tanda Vital
• Tekanan Darah : 130/80 mmHg
• Pernafasan : 22x/menit
• Nadi : 83x/menit
• Suhu : 36,5° C
Pemeriksaan • PEMERIKSAAN UMUM
Fisik • Kulit : Sianosis (-), Ikterik (-),
Turgor (-)
• Kepala : Normocepali
• Mata : Anemia -/-, Ikterik -/-,
Edema Palpebra -/-
• Mulut : Hiperemis pharing (-),
Pembesaran tonsil (-)
• Leher : pembesaran KGB (-)
LAPORAN STATUS PASIEN

• THORAX
• Paru
• Inspeksi : Pergerakan nafas simetris,
• tipe pernafasan : Abdominotorakal
• retraksi Costae : -/-
• Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
• Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Pemeriksaan • Auskultasi : vesikuler seluruh lapang paru
Fisik • ABDOMEN
• Inspeksi : Datar, Simetris
• Palpasi : Nyeri tekan (+), Hepar dan Lien
tidak teraba
• Perkusi : Nyeri ketok (+)
• Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
• Ekstermitas : Edema -/-
• GENITALIA : Tidak Diperiksa
LAPORAN STATUS PASIEN

• Pemeriksaan Penunjang:
• Hasil Laboratorium
• Darah Rutin
• Hb : 11.7 g/dL
• Ht : 35,3 %
• Eritrosit : 3,9 10^6µL
Pemeriksaan • Leukosit : 8.700 /µL
Penunjang • Trombosit
• Metabolik
: 240.000 /µL

• KGDS : 85 mg/dL
• Asam Urat : 5,5
• Fungsi Ginjal
• Ureum :39 mg/dL
• Kreatinin : 1,36 mg/dL
LAPORAN STATUS PASIEN

• Pemeriksaan USG abdomen


Lower :
• Buli : Ukuran kesan membesar ,dinding
tipis,reguler,tak tampak batu /lesi pada
Pemeriksaan post miksi tampak sisa urine masih
Penunjang banyak
• Prostat : ukuran membesar ± 4,88 x
3,62 x 3,56 cm
• Kesan : Sugestif gambaran BPH dengan
sus.retensio urine
LAPORAN STATUS PASIEN

• Rencana Tindakan
• Tindakan : TURP
Pre Operasi • Anestesi : RA-SAB
• PS.ASA : II
• Posisi : Litotomi
• Pernapasan : Spontan + Nasal Kanul O2
LAPORAN STATUS PASIEN

• PRA BEDAH
• Premedikasi : Ranitidin 25 mg dan injeksi
Ketrolac 30 mg
• Pemeriksaan Pre Operatif
• B1 (Breath)
• Airway : Clear
• RR : 22x/menit
• SP : Vesikuler ka = ki
Pre Operasi • ST : Ronchi (-), Wheezing (-/-)
• B2 (Blood)
• Akral : Hangat / Merah / Kuning
• TD : 130/80 mmHg
• HR : 83x/menit
• B3 (Brain)
• Sensorium : Compos Mentis
• Pupil : Isokor ka = ki 3mm/3mm
• RC : (+)/(+)
LAPORAN STATUS PASIEN

• B4 (Bladder)
• Urine Output :-
• Kateter : Terpasang

Pre Operasi • B5 (Bowl)


• Abdomen : Soepel
• Peristaltik : Normal (+)
• Mual/muntah : (-)/(-)
• B6 (Bone)
• Odem : (-)
LAPORAN STATUS PASIEN
• OPERATIF
• Induksi OBAT RA-SAB
• Bupivacaine 0,5% : 20 mg
• Fentanyl : 25 mcg

• Jumlah Cairan
• PO : RL 500 cc + 500 cc
• DO : NaCl 0,9 % : 500 cc
• Produksi Urin : 300

• Perdarahan
Operatif • Kasa Basah : 2 × 10= 20
• Kasa ½ basah : 0 x 5 = 0
• Suction :-
• Jumlah : 20
• EBV : 75x57 = 3705 cc
• EBL
• 10% = 370 cc
• 20% = 741 cc
• 30% = 1.111,5 cc
• Intervensi Operatif
• Lama Anestesi : 13.40 s/d selesai WIB
• Lama Operasi : 13.50 – 14.20 WIB
LAPORAN STATUS PASIEN

• POST OPERASI
• Operasi berakhir pukul : 14.20 WIB
• Setelah operasi selesai pasien di observasi di Recovery Room.
Tekanan darah, nadi dan pernapasan dipantau hingga
kembali normal.
• Pasien boleh pindah ke ruangan bila Alderette score >9

• PERAWATAN POST OPERASI


• Setelah operasi selesai, pasien dibawa ke ruang pemulihan
Post Operatif setelah dipastikan pasien pulih dari anestesi dan keadaan
umum, kesadaran serta vital sign stabil, pasien dipindahkan
ke bangsal dengan anjuran untuk bedrest 24 jam, tidur
telentang dengan 1 bantal untuk mencegah spinal
headache, karena obat anestesi masih ada.
• TERAPI Post OPERASI
• Istirahat sampai pengaruh obat anestesi hilang
• IVFD RL gtt/menit
• Minum sedikit-sedikit bila sadar penuh dan peristaltic (+)
Normal
• Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam IV
• Inj. Ondasetron 4 mg/8 jam IV bila mual/muntah
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Anestesi spinal merupakan tipe blok konduksi saraf yang luas berupa blok
simpatis, analgesia sensoris dan blok motorik (tergantung pada dosis,
konsentrasi atau volume dari anestesi lokal) dengan memasukkan anestesi
local dalam ruang subarachnoid di tingkat lumbal (biasanya L4 dan L5). Cara ini
menghasilkan anesthesia pada ekstermitas bawah, perenium dan abdomen
bawah. Keuntungan lain dari penggunaan neuraxial blok yang efektif adalah
penurunan tekanan darah arteri yang dapat diprediksi dan juga denyut nadi
sehubungan dengan simpatektomi dengan kejadian vasodilatasi dan blokade
serabut kardioselarator, untuk menjaga tekanan darah dan denyut nadi tetap
dalam batas normal, sering dibutuhakan obat vasoaktif dan cairan intravena.
BAB I I
TINJAUAN PUSTAKA
Benigna Prostate Hyperplasia (BPH)

• Benign Prostate Hyperplasia (BPH) adalah suatu


keadaan dimana kelenjar periuretral prostat
Definisi mengalami hiperplasia yang akan mendesak
jaringan prostat yang asli ke perifer .

• Teori hormonal
•Teori Growth Factor (Faktor Pertumbuhan)
Etiologi •Teori Sel Stem (stem cell hypothesis)
•Teori Dehidrotestosteron (DHT)
•Teori Reawakening
Benigna Prostate Hyperplasia (BPH)

• Sering ditemuksn pada pria tua dengan usia >40 tahun


Epidemiologi • <50 tahun 20%-30%
• >50 tahun 50%
• 80 tahun 80%
Benigna Prostate Hyperplasia (BPH)

• Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan


prostatismus, pada colok dubur
ditemukan penonjolan prostat, batas
atas mudah diraba dan sisa urin
kurang dari 50 ml.
• Derajat 2 : Apabila ditemukan tanda
Tahapan dan gejala sama seperti pada derajat
perkembangan satu, prostat lebih menonjol, batas
penyakit BPH atas masih dapat teraba dan sisa urin
lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100
ml.
• Derajat 3 : Seperti derajat dua, hanya
batas atas prostat tidak teraba lagi
dan sisa urin lebih dari 100 ml.
• Derajat 4 : Apabila sudah terjadi
retensi urin total.
PATOFISIOLOGI

Pembesaran prostat

Penyempitan lumen uretra prostatika

Menghambat aliran urin

Kontraksi buli meningkat

Timbul gejala LUTS

Tekanan intra vesikel mininggi dari buli sampai ke muara ureter

Hidroureter ,hidronefrosis, gagal ginjal


Benigna Prostate Hyperplasia (BPH)

OBSTRUKSI

• Hesitansi : harus
IRITASI
menunggu permulaan
miksi
• Frekuensi :
• Poor stream: pancaran
Manifestasi miksi lemah
bertambahnya
Klinis • Inttermitensi: kencing
frekuensi miksi
• Nokturia: miksi pada
tiba tiba berhenti dan
malam hari
lancar kembali ( miksi
• Urgensi :miksi sulit di
terputus)
tahan
• Terminal dribbling:
• Disuria: nyeri saat
menetes pada akhir miksi
miksi
• Sesation of incomplite
bleder emplayyinh: rasa
belum puas setelah miksi
Benigna Prostate Hyperplasia (BPH)
Diagnois BPH

• Anamnesis: gejala obstruktif dan gejala iritatif


• Pemeriksaan fisik : colok dubur , pada pemeriksaan ini dinilai
 Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya
kenyal)
 Adakah asimetris
 Adakah nodul pada prostate
 Apakah batas atas dapat diraba
 Sulcus medianus prostate
 Adakah krepitasi

• Pemeriksaan laboratorium :
 Darah
 urin
• Pemeriksaan penunjang :
 Foto polos abdomen (BNO)
 Pielografi Intravena (IVP)
 Sistogram retrograd
 USG secara transrektal (Transrectal
Ultrasonography = TURS)
 Pemeriksaan Sistografi
 MRI atau CT jarang dilakukan

• Pemeriksaan lainnya :
 Uroflowmetri
 Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow
Studies)
 Pemeriksaan Volume Residu Urin
Penatalaksaan BPH

Observasi Medikamentosa Operasi Invasif Minimal

Penghambat adrenergik TUMT


Watchfull waiting Prostatektomi terbuka
α TUBD

Penghambat reduktase Strent uretra dengan


α Endourologi prostacath
Fitoterapi 1. TURP TUNA
Hormonal 2. TUIP
3. TULP (laser)
• Komplikasi BPH

 Inkontinensia Paradoks
 Batu Kandung Kemih
 Hematuria
 Sistitis
 Pielonefritis
 Retensi Urin Akut Atau Kronik
 Hidroureter
 Hidronefrosis
 Gagal Ginjal
REGIONAL ANESTESI SUBARACHNOID

• Anestesi spinal pertama kali dikenal


tahun 1885 dan digunakan dalam klinik
Sejarah RA- oleh August Bier pada tahun 1898 di kota
Keil, Jerman. RA-SAB pertama kali
SAB digunakan untuk prosedur pembedahan
pada abad lalu, digunakan secara luas
sampai tahun 1940-an

• Anestesi regional adalah pemberian


anestesi ke bagian tubuh tanpa terjadi
hilangnya kesadaran atau berkurangnya
kesadaran. Ada dua kelompok teknik –
Definisi central neuraxis blockade (blokade
epidural atau subarachnoid) dan
peripheral nerve blockade.17,18
REGIONAL ANESTESI SUBARACHNOID
• Transurethral prostatectomy (blok pada T10
diperlukan karena terdapat inervasi pada buli
buli kencing)
• Hysterectomy
• Debridement Ekstemitas Bawah
Indikasi • Caesarean section (T6)
• Evakuasi alat KB yang tertinggal
• Semua prosedur yang melibatkan ekstrimitas
bagian bawah seperti arthroplasty
• Prosedur yang melibatkan pelvis dan perianal

• Kontraindikasi Absolut.
• Pasien menolak, Deformitas pada lokasi
injeksI, Hipovolemia berat, Sedang dalam
terapi antikoagulan, Cardiac ouput yang
terbatas; seperti stenosis aorta, Peningkatan
Kontra tekana intracranial.
• Kontraindikasi Relatif
Indikasi • Infeksi sistemik (sepsis, bacteremia), Infeksi
sekitar tempat penyunikan, Kelainan
neurologis, Kelainan psikis, Bedah lama,
Penyakit jantung, Hipovolemia ringan,
Nyeri punggung kronis.
REGIONAL ANESTESI SUBARACHNOID

• Komplikasi Pasca Tindakan.17,18


• Nyeri tempat suntikan
• Nyeri punggung
Komplikasi • Nyeri kepala karena kebocoran likuor
• Retensio urine
• Meningitis

• Sitting position > Indentifikasi L3–L4


Desinfeksi dengan povidon iodin dan
bersihkan dengan alkohol 70% >Insersi
Teknik Anetesi spinocaine 25 g >CSF (+), darah (-) > Induksi
dengan bupivacaine 20 mg dan blok
setinggi T4
REGIONAL ANESTESI SUBARACHNOID

• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan laboratorium, radiologi
Pre Operatif • Konsultasi dan koreksi terhadap kelainan
fungsi organ vital
• Menentukan prognosis pasien
perioperative menggunakan kriteria PS.
ASA.

• Masukan Oral ( Pasien di puasakan)


Persiapan Pre • Terapi Cairan
Operatif
• Premedikasi
REGIONAL ANESTESI SUBARACHNOID

• Persiapan Pasien
Durante • Pemakaian Obat Anestesi
Operatif • Terapi Cairan
• Monitoring

• Pemindahan Pasien dari Kamar


Operasi ke Recovery Room
• Perawatan Post Anestesi di
Postoperatif
Recovery Room
• Risiko Pasca anestesia
• EFEK RA-SAB

Anda mungkin juga menyukai