FA K U LTA S K E G U R UA N DA N I L M U P E N G E TA H UA N U N I V E R S I TA S
S A R JA N AW IYATA TA M A N S ISWA 2 014
FISIKA DASAR 2
x
d 2x
m 2
Sehingga: -kx = ma = dt
d 2x k
2
= - x Suatu pers. diferensial x(t)!
dt m
SHM ...
d2x k k
2
= - x didefinisikan =
dt m m
x = B sin(t)+ C cos(t)
dx
= B cos t - C sin t
dt
d2x
= - 2
B sin t - 2
C cos t = - 2
x
dt 2
ok
PENURUNAN:
x = A cos(t + )
T = 2/
- -
A
SHM SOLUSI...
Penggambaran A cos(t + )
- -
SHM SOLUSI...
=
-/2
- -
= A sin(t)
SHM SOLUSI…
L
mg
SIMPANGAN: SIN DAN COS UNTUK
KECIL
Uraian deret Taylor untuk sin dan cos sekitar = 0
memberikan
3 5 2 4
sin = - - ... dan cos = 1 - - ...
3! 5 ! 2! 4!
sehingga = -mg L
d 2 L
Tetapi = II = mL2 - mgL = mL 2
dt 2
d 2 g
2
= - 2 dimana = L m
dt
d
Pers. differensial untuk SHM dengan solusi:
mg
= 0 cos(t + )
PROBLEM 1: GERAK HARMONIK SEDERHANA
(a) T1 = T2
(b) T1 > T2
(c) T1 < T2
PROBLEM 1: SOLUSI…
g
Telah ditunjukkan untuk bandul sederhana =
L
Karena T = 2 L
T = 2
g
L2
L1
T1 T2
REVIEW TENTANG BANDUL SEDERHANA
Terapkan = I dan sin untuk kecil
z
d 2
- mgL = mL 2
dt 2
I
L
Diperoleh
d 2 g
2
= - 2
dimana =
dt L m
d
Dengan solusi = 0 cos(t + )
mg
BANDUL BATANG (ROD PENDULUM)
Terapkan = I dan sin ; untuk kecil
z
2 d
2
L 1
- mg = mL L/2
2 3 dt 2
I
Diperoleh x CM
d L
d 2 3g mg
2
= - 2
dimana =
dt 2L
0 x
PROBLEM 2: GERAK HARMONIK SEDERHANA
v MAX 2 m s
vMAX = A = = = 20 s -1
A 10 cm
k
Juga: = k = m2
m
k
m
x
ENERGI PADA SHM
Untuk pegas dan bandul, kita dapat menurunkan solusi
SHM dengan menggunakan konservasi energi.
U K
E
U
x
-A 0 A
x
SHM DAN ENERGI POTENSIAL
KUADRATIK...
Akan tetapi, jika kita lakukan ekspansi Taylor dari
fungsi ini di sekitar minimum, kita peroleh bahwa
untuk simpangan kecil, energi potensial adalah
kuadratik:
U
U(x) = U(x0 ) + U(x0 ) (x- x0 ) U
1
+ U (x0 ) (x- x0 )2+....
2 x0
U(x0) = 0 (karena x0 adalah
potensial minumum) x
1
U(x) = U (x0) x 2 U
2
Ambil k = U (x0) U
x0
Sehingga:
x
U(x) = 1 k x 2
2
x
Adalah potensial SHM!!
PROBLEM 3: PEGAS VERTIKAL
Suatu massa m = 102 g digantung pada
pegas vertikal. Posisi setimbang adalah y = 0.
Massa kemudian ditarik ke bawah sejauh d =
10 cm dari posisi setimbang kemudian
dilepaskan pada t = 0. Periode osilasi yang k
terukur adalah T = 0.8 s.
Tentukan konstanta pegas k!
y
Tuliskan persamaan untuk posisi, kecepatan, & percepatan massa
sebagai fungsi waktu!
0
Tentukan kecepatan maksimum!
Tentukan percepatan maksimum!
m -d
t=0
PROBLEM 3: PEGAS VERTIKAL...
Konstanta k ? = k
k = 2m
m
2
= = 7 .85 s -1 k
T
y
Sehingga: k = 7 .85 s
-1 2
0 .102 kg = 6 .29
N
m
0
m -d
t=0
PROBLEM 3: PEGAS VERTIKAL...
Persamaan gerak?
Pada t = 0,
y = -d = -ymax
v=0 k
y
Sehingga:
y(t) = -d cos(t) 0
v(t) = d sin(t)
a(t) = 2d cos(t) m -d
t=0
PROBLEM 3: PEGAS VERTIKAL...
y(t) = -d cos(t)
v(t) = d sin(t) t
0
a(t) = 2d cos(t)
k
xmax = d = 0.1 m y
0 s
Solusi:
s = A cos(t + ) g s L
=
L
END OF SECTION...
GERAK OSILASI SEDERHANA
Gerak osilasi sederhana adalah gerak lurus yang memenuhi
persamaan gerak
y = A sin ( ωt θ0 ) [1 ]
Tampak pada gambar 1, simpangan y berubah-ubah secara periodik
(bolak-balik). Contoh gerak osilasi adalah gerak bandul matematik dan
gerak beban yang terikat pada pegas.
Gambar 1
b b
Gambar 2
Gambar 3
Demikian pula titik-titik yang lain pada tali, sebuah titik yang semula
diam tiba-tiba bergerak naik-turun seakan ada yang menggerakkan.
Siapa yang menggerakkan?
Ternyata titik itu digerakkan oleh titik disebelahnya yang melakukan
gerakan naik-turun lebih dahulu, demikian seterusnya setiap titik akan
‘menularkan’ gerakan naik-turun pada titik sebelahnya. Jadi tali dalam
hal ini sebagai medium tidak bergerak dalam arah perambatan
gelombang tetapi hanya bergerak naik-turun saja akibat tertular gerak
naik-turun titik sebelahnya. Karena gerak naik-turun adalah suatu
energi mekanik maka proses menularkan gerak naik-turun adalah
proses memindahkan energi dari satu titik ke titik sebelahnya.
PERSAMAAN GELOMBAMG
A
a xb x
yb b
Gambar 4
Keadaan tertentu dari suatu titik pada tali disebut fasa misalnya titik a
keadaannya berada pada simpangan nol, akan bergerak ke bawah, dan
jaraknya dari pusat koordinat adalah -xa. Sedangkan titik b keadaannya
berada pada simpangan yb, akan bergerak ke atas dan jaraknya dari
sumber adalah xb . Fasa dapat dinyatakan dengan satuan sudut.
Memang pada lazimnya fasa dinyatakan dengan sudut. Nah, bagaimana
menyatakan fasa dalam satuan sudut?
Perhatikan gambar 4 dimana sebuah titik pada gelombang dapat
dipandang sebagai proyeksi sebuah titik yang bergerak pada lingkaran
dengan kecepatan sudut tetap dengan jejari A, ketika kedudukan titik
pada lingkaran berada pada sudut tertentu, sudut inilah yang
digunakan sebagai besaran fasa (dihitung dari sumbu x positip).
f =1 / T
v = λ / T = λf
Bila dikaitkan kembali dengan gambar 4 maka satu perioda adalah
ditempuhnya satu lingkaran penuh oleh satu titik pada lingkaran, ini
berarti frekuensi adalah jumlah putaran yang ditempuh suatu titik pada
lingkaran itu dalam waktu satu sekon, sehingga
ω = 2 πf = 2 π / T
Setiap titik pada tali akan mempunyai kedudukan / simpangan y sebagai
fungsi dari x dan t yaitu
y ( x ,t ) = sin ( kx - ωt φo )
atau
y ( x ,t ) = cos ( kx - ωt φ' o )
Bila gelombang merambat kekiri maka
y ( x ,t ) = sin( kx ωt φo )
atau
y ( x ,t ) = cos ( kx ωt φ' o )
PRINSIP SUPERPOSISI
Argumen dari sin atau cos diatas yaitu (kx±t+o) merupakan satuan
sudut, inilah yang dinamakan fasa. k dinamakan tetapan gelombang
(k=2/), o disebut fasa awal atau fasa ketika x=0 dan t=0 disebut juga
tetapan fasa.
Dua buah gelombang atau lebih dapat berada pada (lokasi) medium
yang sama, bentuk gabungan dari beberapa gelombang pada sebuah
lokasi dinamakan superposisi dari beberapa gelombang tersebut.
Misalnya pada seutas tali, ujung yang satu (kiri) menjadi sumber
gelombang, ujung yang lain (kanan) menjadi sumber gelombang yang
lain, kedua gelombang akan menjalar pada tali yang sama, bentuk
gabungan dari kedua gelombang yang kebetulan saling berlawanan
arah ini disebut superposisi gelombang.
y R ( x ,t ) = y 1 ( x , ) y 2 ( x ,t )
N buah sirine yang yang masing-masing menghasilkan gelombang y1,
y2, y3, … ,yN akan menghasilkan superposisi gelombang diudara:
y R = y1 y 2 y 3 ... y N
Untuk kasus dua buah gelombang dengan frekuensi, dan fasa awal
sembarang tetapi amplitudo sama, misalnya
N
Ai sin oi
R = tan -1 iN=1
Ai cos oi
i =1
GELOMBANG BERDIRI
Perhatikan gambar 6 dibawah ini. Pada gambar tersebut, sebuah pulsa
gelombang pada tali yang menjalar kekanan akan dipantulkan oleh dinding
tembok, hasil pemantulan adalah sebuah pulsa yang bergerak kekiri dengan
fasa berlawanan, ini terlihat dari kedudukan puncak pulsa pantulan yang
berlawanan dengan puncak pulsa sebelumnya, sehingga beda fasa kedua
pulsa tersebut sebesar 180o.
yd
yp
Gambar 6
Sebut saja gelombang yang merambat kekanan sebagai gelombang
datang (yd) dan gelombang yang merambat kekiri sebagai gelombang
pantul (yd).
y d = A sin ( kx - t )
y p = A sin ( - kx - t 180 o )
Kedua gelombang ini akan bertabrakan (bersuperposisi) sehingga
menghasilkan gelombang yR
yR = yd y p
Dengan menggunakan rumus penjumlahan sinus
A' = 2 A cos( kx )
Dalam hal ini terlihat yR adalah sebuah osilator harmonik yang tersebar
sepanjang sumbu-x atau semua titik pada tali merupakan osilator
harmonik yang independen dan amplitudo A’ merupakan fungsi x
karena
A' = 2 A cos( kx )
hal ini menunjukkan juga bahwa pada
x = ( n 1 2 ) π / k A' = 0
artinya akan ada titik-titik tertentu di sepanjang tali yang amplitudo
osilatornya nol.
Tabel dibawah ini menunjukkan perbedaan antara gelombang berdiri dan
gelombang berjalan.
Gelombang Berdiri Gelombang Berjalan
Amplitudonya bervariasi Aplitudo konstan
Ada titik-titik yang amplitudonya nol Tak ada titik yang amplitudonya nol
TEORI HUYGENS
Cobalah anda ganggu air di bak dengan cara mencelupkan tangan
ditengah bak tersebut, maka terlihat riak air yang melingkar dan
menjuhi tangan anda. Lingkaran riak air yang terlihat adalah muka
gelombang. Teori Huygens menyatakan bahwa setiap titik pada muka
gelombang merupakan sumber gelombang baru. Teori ini dapat
menjelaskan berbagai gelala gelombang seperti interferensi, difraksi,
dan lain-lain.
PERCOBAAN YOUNG
Gejala interferensi adalah gejala superposisi juga yaitu bertemunya dua
atau lebih gelombang pada lokasi tertentu. Biasanya interferensi terjadi
pada gelombang-gelombang yang menyebar seperti gelombang suara
dan gelombang cahaya. Gambar di bawah ini menggambarkan
interferensi gelombang cahaya, eksperimen ini dikenal dengan
percobaan Young.
Pada percobaan Young, gelombang-gelombang yang berinterferensi
didapatkan dari celah-celah (biasanya dua celah) yang dibelakangnya
diberikan sebuah sumber gelombang yang didapat dari sebuah celah.
Katakan gelombang yang datang dari celah pertama adalah galombang
y1(x,t), sedang gelombang yang kedua adalah y2(x,t), sedangkan
gelombang sumber adalah ys(x,t). Sumber S adalah lampu.
Gelombang ys(x,t) ketika sampai pada kedua celah akan menjadi dua
buah sumber gelombang baru y1(x,t) dan y2(x,t) (berdasarkan prinsip
Huygens), kedua gelombang baru ini akan koheren artinya beda fasa
antara kedua gelombang selalu tetap.
y1
r1
S
∗ ys o
Y2 r2
Gambar 7
Kedua gelombang di titik p ditulis
y1 = A sin( kr1 - ωt )
y 2 = A sin( kr2 - ωt )
sedangkan fasanya masing-masing
φ1 = kr1 - ωt
φ2 = kr2 - ωt
sehingga beda fasanya
= k r1 - r2 = kr
Karena biasanya jarak antar celah (d) jauh lebih kecil dari jarak
celah ke layar maka selisih jarak rdapat didekat dengan r = d sin
= k r1 - r2 = kr = kd sin
Hasil superposisi yR=y1+y2 di titik P akan maksimum bila beda fasa
= n 2
dimana n=0,1,2,3,… , dan akan minimum bila
= ( 2 m - 1)
dengan m=1,2,3,…
kd sin = n 2
karena
k = 2 /
maka
sin = ( m - 1 2 ) / d
Sesunguhnya dalam percobaan Young ini akan teramati pola
interferensi dilayar berupa garis-garis terang gelap di layar, garis
terang menunjukan telah terjadi interferensi maksimum, dan garis
gelap menunjukan adanya interferensi minimum di lokasi (titik)
layar tersebut.
DIFRAKSI
Coba lakukan percobaan berikut: Suruh teman anda masuk ke
kamar sehingga takterlihat oleh anda tetapi pintu tetap terbuka,
lalu lakukan pembicaraan dengannya. Ternyata anda dan teman
anda masih dapat saling mendengar suara lawan bicara, artinya
gelombang bunyi dapat ‘berbelok’ melalui pintu hinga sampai ke
pendengar! Inilah salah satu gejala difraksi.
DIFRAKSI OLEH CELAH TUNGGAL
Pola difraksi pada layar dapat dilihat pada gambar 7 diatas. Jika jarak
layar L cukup jauh terhadap celah maka lebar pola terang di layar
adalah W’=2L/w
POLARISASI
Lakukanlah percobaan berikut:
Ikatkan ujung sebuah tali yang cukup panjang pada sebuah tiang lalu
tarik, ujung yang lain dipegang dan buatlah sebuah gelombang vertikal
dengan menggerakkan tangan naik-turun (vertikal). Karena tangan
anda bergerak dalam arah vertikal maka gelombang yang terjadi adalah
gelombang yang berpolarisasi linier vertikal (kata linier karena
gerakan tangan anda embuat garis lurus dan vertikal).
Sekarang buat gelombang dengan cara menggerakkan tangan
horisontal maka gelombang yang terjadi adalah sebuah gelombang
dengan polarisasi linier horisontal.
Sekarang lakukan gerakan tangan, mula-mula seperti percobaan
diatas yaitu dengan menggerakkan tangan lurus naik-turun vertikal,
kemudian gerakan naik-turun tersebut diubah arahnya dari vertikal
agak sedikit miring kekanan secara kontinu, lalu ubah sedikit demi
sedikit arah kemiringan sehingga membuat satu lingkaran penuh.
Ulangi terus sampai gelombang tali yang terjadi terlihat melingkar-
lingkar seperti terlihat pada gambar dibawah, Polarisasi yang terjadi ini
disebut polarisasi lingkaran.
Sebuah cahaya (foton) dapat memiliki salah satu jenis polarisasi: Linier,
Lingkaran, atau bahkan Elips. Tetapi seberkas cahaya lampu atau
matahari yang terdiri dari milyaran foton dan masing-masing foton
memiliki jenis polarisasinya sendiri sehingga secara total berkas cahaya
matahari polarisasinya adalah acak atau sering disebut
takterpolarisasi.
Cahaya takterpolarisasi
Cahaya terpolarisasi
polaroid
gambar 10
Arah polarisasi dari berkas yang telah terpolarisasi adalah vertikal, hal
ini karena arah filter (polaroid) adalah vertikal, tepatnya arah sumbu
mudah atau sumbu lolos polaroid adalah vertikal.
Untuk kasus gambar 10, Intensitas berkas terpolarisasi adalah 50% dari
berkas takterpolarisasi.
Jika sekarang berkas terpolarisasi difilter lagi maka intensitas keluaran dari
polaroid adalah I=Im cos2 , dimana Im adalah intensitas berkas
terpolarisasi sebelum melewati polaroid, I adalah intensitas berkas
terpolarisasi setelah melewati polaroid, adalah sudut relatip antara sudut
mudah dengan berkas terpolarisasi sebelum melewati polaroid.
Persamaan diatas disebut persamaan hukum Malus .
Senapan mesin
Target
Gambar 11
P = ( k ρ0 v 2 y m ) sin ( kx - ωt )
dimana o rapat jenis gas dalam keadaan setimbang, ym amplitudo
simpangan molekul udara . Jadi amplitudo gelombang tekanan adalah
Pm = k ρ0 v 2 y m
Intensitas gelombang bunyi dinyatakan
p m2
I =
2v ρ0
Seringkali intensitas bunyi dinyakan dalam decibell (dB) yang
dinyatakan dengan
I
B = 10 log
I0
Dimana Io merupakan itensitas referensi yang besarnya 10-12
watt/m2 yaitu kira-kira sebesar ambang pendengaran manusia.
SOAL-SOAL LATIHAN
y (m)
0,1
√3/2
t
-0,2 1
T y1 R
a). Pada R terjadi interferensi max
y2
10 10 b). Pada R terjadi interferensi min
m m
5. Sebuah celah tunggal dengan lebar W=1 cm, Pada jarak 5 m dari
celah terdapat layar, diharapkan pada layar didapatkan terang pertama
dengan lebar W’=20 cm.
a). Berapa panjang gelombang yang harus digunakan
b). Sebuah titik P di layar sejauh 12 cm dari pusat layar. Jika intensitas
di pusat layar 100 mWatt/cm2, berapakah intensitas di titik P.
6. Sebuah bandul matematis, pajang talibandulnya 5 m. Persamaan
gerak bandul jika bandul matematis dibawa ke planet dengan
tetapan grafitasinya 50% dari grafitasi dibumi adalah (pd t=0
simpangan bandul nol dan akan kekanan, amplitudo 1,5m):
Kompetensi Dasar:
1.1 Mengukur besaran fisika ( panjang, massa,
dan waktu).
Slide
: 69
Indikator:
1. Mengidenifikasi besaran dan satuan.
2. Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan
waktu dengan beberapa jenis alat ukur.
3. Mengukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan
mempertimbangkan ketelitian dan ketepatan.
Slide
: 70
Pokok Bahasan
1. Besaran
2. Dimensi
3. Satuan
4. Pengukuran
5. Angka Penting
Slide
: 71
BESARAN
• Besaran adalah sesuatu yang memiliki besar (nilai) dan dapat
diukur, serta hasilnya dinyatakan dengan angka-angka.
Besaran
asal arah
Slide
: 74
SATUAN
Satuan adalah suatu besaran dengan nilai tertentu yang
dijadikan sebagai pembanding dalam pelaksanaan
pengukuran.
Contohnya:
• besaran panjang dgn nilai satu jengkal, disebut satuan
jengkal.
• besaran volume dgn nilai satu liter, disebut
satuan liter.
Untuk menyeragamkan nama dan nilai satuan maka
disepakati oleh para ilmuwan dunia agar menggunakan
satuan standar interasional (Sistem Internasional).
Slide
: 75
DIMENSI
DIMENSI MERUPAKAN SUATU LAMBANG UNTUK BESARAN.
Lambang Dimensi:
dicirikan dgn menggunakan kurung siku ( [ ] ).
Dimensi Besaran Pokok:
besaran pokok dimensinya sudah ditetapkan
atas kesepakatan internasional.
Dimensi Besaran Turunan:
disusun berdasarkan dimensi dari besaran-
besaran pokok yang membentuknya.
Slide
: 76
FUNGSI DIMENSI
1. Untuk mengetahui suatu besaran turunan
tersusun atas besaran pokok apa saja.
2. Untuk menentukan satuan besaran turunan
Slide
: 77
Besaran Pokok, Dimensi, dan Satuan
Besaran Pokok Satuan SI
Nama Lambang Dimensi Nama Lambang
panjang l [L] meter m
massa m [M] kilogram kg
waktu t [T] sekon s
suhu T [Ө] Kelvin K
kuat arus listrik I, i [I] Ampere A
intensitas cahaya I [J] candela cd
jumlah zat n [N] mol mol
sudut datar Ө - radian rad
sudut ruang Ө - steradian sr Slide
: 78
Dimensi dan Satuan Besaran Turunan
Besaran Turunan Satuan
No Dimensi
Nama Lambang Rumus Nama Lambang
5 Berat
6 Massa Jenis
7 Tekanan
8 Usaha
9 Energi Potensial
10 Energi Kinetik
Slide
: 80
Pengukuran
Contoh:
Contoh:
Neraca Pegas
Neraca Dua Lengan
Neraca Elektronik
Neraca Ohaus Slide
: 83
Alat Ukur Waktu
Contoh:
Jam Dinding
Contoh:
Ohmmeter
Voltameter
Amperemeter
Slide
: 85
Kesalahan Kalibrasi
Belum ada yang diukur, tapi
kok angkanya tidak nol ???
Slide
: 86
Kesalahan Paralaks / Kesalahan Pengamatan
Kesalahan pembacaan alat ukur karena
posisi mata yang tidak tepat.
Slide
: 87
Kesalahan Pengguna (Human Error)
Slide
: 88
ANGKA PENTING
Angka hasil pengukuran disebut angka penting.
Slide
: 89
Aturan Angka Penting
Angka Penting:
1. Semua angka bukan nol, kecuali terletak di kanan angka
yang diberi tanda (diberi garis bawah).
2. Semua angka nol yang terletak di kanan bukan nol,
kecuali terletak di kanan angka yang diberi tanda.
3. Semua angka nol yang diapit oleh angka bukan nol.
2,234 485,78
2,0343 + 362 -
4,2683 4,268 123,78 124
Slide
: 91
OPERASI ANGKA PENTING
5,24
2,5 x 38 : 0,05 = 760 800 8x102
13,100 13
Slide
: 92
OPERASI ANGKA PENTING
Klik :
1 Soal-Soal Latihan
2 Soal-Soal Penugasan (TMT / TMTT)
3 Soal-Soal Uji Kompetensi
Slide
: 96
Soal-Soal Latihan
Kerjakan soal-soal no. …. s/d …. Buku paket hal. …..
Slide
: 97
Soal-Soal Penugasan (TMT)
Slide
: 98
Soal-Soal Uji Kompetensi
Memulai
Uji Kompetensi
Slide
: 99
Daftar Referensi
1. Sains Fisika 1 untuk SMA Kelas X, Tim Sains Fisika SMA,
Bekasi: PT Galaxy Puspa Mega, 2004.
2. Cerdas Belajar Fisika untuk Kelas X SMA/MA, Kamajaya,
Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007.
3. BSE Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X, Setya Nurachmandani,
Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas, 2009.
4. Rumus Kantong Fisika SMA, Sulistyo Hadi, ST, Yogyakarta:
Pustaka Widyatama, 2010.
Slide:
100
Terima kasih atas perhatian dan partisipasinya
Maaf atas segala kekurangannya
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Slide:
101
GERAK DENGAN
ANALISIS VEKTOR
SMA
Kelas XI
Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
1. Menganalisis gejala alam dan
keteraturannya dalam cakupan
mekanika benda titik
Kompetensi Dasar
1.1 Menganalisis gerak lurus, gerak
melingkar dan gerak parabola dengan
menggunakan vektor
INDIKATOR
• Menganalisis besaran perpindahan pada perpaduan gerak
lurus dengan menggunakan vektor
• Menganalisis besaran kecepatan pada perpaduan gerak
lurus dengan menggunakan vektor
• Menganalisis besaran percepatan pada perpaduan gerak
lurus dengan menggunakan vektor
• Menganalisis besaran kecepatan pada gerak melingkar
dengan menggunakan vektor
• Menganalisis besaran percepatan pada gerak melingkar
dengan menggunakan vektor
• Menganalisis besaran perpindahan pada gerak parabola
dengan menggunakan vektor
• Menganalisis besaran kecepatan pada gerak parabola
dengan menggunakan vektor
• Menganalisis vektor percepatan tangensial pada gerak
melingkar
• Menganalisis vektor percepatan sentripetal pada gerak
melingkar
PENDAHULUAN
Perhatikan gambar
di samping!
Bagaimana laju
sepeda motor saat
menempuh lintasan Gambar lintasan mobil
lurus dan saat
melintasi tikungan?
Perhatikan uraian
berikut.
VEKTOR KEDUDUKAN
yj
A
r=xi+yj
O xi
Kedudukan sebuah mobil (A) terhadap titik acuan
(O) dapat dinyatakan dengan sebuah vektor
kedudukan (vektor posisi), yaitu OA atau r.
r = x i + y j --> dua dimensi
r = x i + y j + z k --> tiga dimensi
Perpindahan yang dialami titik
A dalam selang waktu t
r = r2 – r1
r = x i + y j
Besar perpindahan dapat
ditulis
r = (x) 2 (y) 2
Arah perpindahan
y
titik A
tan =
x
dx = v
x0 0
x dt dy = v
y0 0
y dt
t t
x x0 = vx dt y y0 = v y dt
0 0
t t
x = x0 vx dt y = y0 v y dt
0 0
pada sumbu z dapat diperoleh dengan cara yang
sama
PERCEPATAN
Percepatan: perubahan kecepatan per satuan
waktu
Percepatan rata-rata: perubahan kecepatan
dalam selang waktu tertentu
v v x v y v z
a= ax = ay = az =
t t t t
Persamaan percepatan rata-rata
a = ax i a y j azk
dv = a
x x dt dv = a
v0
y
0
y dt
v0 0
t t
vx v0 x = a x dt v y v0 y = a y dt
0 0
t t
vx = v0 x a x dt v y = v0 y a y dt
0 0
pada sumbu z dapat diperoleh dengan cara yang
sama
PERPADUAN GERAK LURUS
BERATURAN
Perhatikan gambar!
Jika perahu berangkat dari titik A dan diarahkan tegak lurus
titik B, maka kemungkinan besar perahu akan tiba di titik C.
Hal ini disebabkan dua gerak, gerak perahu dan gerak
aliran sungai yang saling tegak lurus.
Secara analisis vektor dapat persamaan sebagai berikut:
Vektor kecepatan perpaduan gerak:
v R = v1 v 2 v1 = v sungai, v2 = v perahu
2
= 2
2
untuk mencari resultan lintasan (AC)
AC AB BC
waktu tempuh perahu untuk mencapai titik C
AC BC AB
t= = =
vR v1 v2
arah gerak perpaduan
v2 AB
tan = =
v1 BC
GERAK PARABOLA
Lintasan gerak perpaduan antara gerak lurus
beraturan dalam arah horisontal (sumbu x)
dengan gerak lurus berubah beraturan dalam
arah vertikal (sumbu y) berbentuk parabola
disebut gerak parabola.
vy=vo sin
D
B
E
A vx=vo cos
pada sumbu x
persamaan kecepatan
vx = vo cos
persamaan perpindahan
x = vo cos t
x
t=
cos
pada sumbu y
persamaan kecepatan
v y = voy a t v y = vo sin g t
persamaan perpindahan
y = vo sin t g t
1 2
2
y = ax - bx 2
Persamaan vektor gerak parabola
1 2
r = xi yj
r = v0 cos t i v0 sin t - g t j
2
untuk titik B, koordinatnya dituliskan B(xB,yB)
1
xB = v0 cos tB y B = v0 sin tB g tB
2
2
Persamaan kecepatan
v = v0 cos t i v0 sin t - g t j
Nilai kecepatan
vR = vx 2 v y 2 = v0 cos 2 v0 sin t - g t2
Arah kecepatan
v0 sin - gt
vy
tan = =
vx v0 cos
Persamaan Titik Tertinggi
Waktu untuk mencapai titik tertinggi
v y = v0 sin - gtC 0 = v0 sin - gtC
v0 sin
tC =
g
x = r sin
r
v x = r cos
v
Kedudukan (posisi) sudut
x = r cos y = r sin
y
r= x y 2 2 tan =
x
Kecepatan sudut
Kecepatan sudut rata-rata
2 - 1
= =
t t 2 - t1
Kecepatan sudut sesaat
d
= lim =
t
t 0
dt
Posisi sudut
t dapat juga ditentukan
= 0 (t ) dt
0
Percepatan sudut
2 - 1
= =
t t 2 - t1
Percepatan sudut sesaat
d d d 2
= = 2
dt dt dt
Kecepatant sudut dapat juga ditentukan
= 0 (t ) dt
0
Percepatan Gerak v
Melingkar
(t) = 0 t
Kedudukan awal
o
v2
a= atau a = v
r
Perceparan benda
yang selalu
mengarah ke pusat
lingkaran disebut v
percepatan
sentripetal
Selain percepatan sentripetal, pada gerak
melingkar berubah beraturan terdapat juga
percepatan tangensial
v
aT = atau aT = r
t
A 8,1
B 8
C 7,8
D 2
E 1,8
USAHA DAN
ENERGI
USAHA DAN
ENERGI
A. Pengertian
Usaha
Usaha didefinisikan sebagai hasil perkalian
antara perpindahan titik tangkapnya dengan
komponen gaya pada arah perpindahan.
F sin
F Besarnya usaha W
= (F cos ) . s
F cos
s
USAHA DAN
ENERGI
W = (F cos ) . s
USAHA POSITIF
Jika arah gaya searah dengan arah perpindahan maka
dikatakan bahwa usahanya positif.
USAHA NEGATIF
Jika arah gaya terhadap arah perpindahan membentuk sudut 180
atau berlawanan arah.
ENERGI KINETIK
Energi yang dimiliki benda karena benda
bergerak.
Ek = ½ m (vt2- V02)
Jika mula – mula mobil diam, v0 = 0 , maka
Ek = ½ mv2
Energi Potensial
Gravitasi
Ep = m g h
1
W = Fx = m(v2 - v1 )
2 2
2
USAHA DAN
ENERGI
DAYA
Daya adalah kemampuan untuk melakukan
usaha tiap satu satuan waktu.
dirumuskan
Satuan usaha
W
P= = F.V 1 watt = 1 joule/s
t 1 kW = 1000 watt
1 kWh = 3,6 x 106 joule
1 HP = 746 watt
P = daya (watt)
W = usaha (joule)
T = waktu (s)
Ekowati, Evelyn. 2007. Fisika untuk SMA
kelas XI Program Ilmu Alam. Surakarta :
Penerbit CV. Haka MJ.
http://www.google.co.id/imglanding?q=gamb
ar usaha dan energi.