Anda di halaman 1dari 139

MATERI FISIKA SMA

NAMA : SONY YUNIOR ERLANGGA


NIM : 2014005017
PRODI : PENDIDIKAN FISIKA

FA K U LTA S K E G U R UA N DA N I L M U P E N G E TA H UA N U N I V E R S I TA S
S A R JA N AW IYATA TA M A N S ISWA 2 014
FISIKA DASAR 2

Gerak Harmonik Sederhana


TOPIK HARI INI:
Gerak Harmonik Sederhana (Simple Harmonic Motion, SHM)
GERAK HARMONIK SEDERHANA (SHM)
 Pada setiap saat berlaku
bahwa F = ma F = -kx
k a
 Tapi dalam kasus
2
ini F = -kx m
d x
m
dan m a = dt 2

x
d 2x
m 2
 Sehingga: -kx = ma = dt

d 2x k
2
= - x Suatu pers. diferensial x(t)!
dt m
SHM ...

d2x k k
2
= - x didefinisikan =
dt m m

d2x dengan  adalah frekuensi


= - 2
x
dt 2
sudut dari gerak

Coba solusi: x = A cos(t)


dx
= -A sin t 
dt
d2x
2
= -2 A cos t  = -2 x
dt
Ini merupakan salah satu solusi!
SHM SOLUSI
d2x
Telah ditunjukkan bahwa 2
= - 2
x
dt
mempunyai solusi x = A cos(t) .

Ini bukan solusi tunggal; x = A sin(t) adalah juga solusi.

Solusi umum adalah kombinasi linier dari dua solusi ini:

x = B sin(t)+ C cos(t)

dx
= B cos t  - C sin t 
dt
d2x
= -  2
B sin  t  -  2
C cos  t  = -  2
x
dt 2
ok
PENURUNAN:

Kita gunakan solusi umum:

x = A cos(t + ) adalah sama dengan x = B sin(t)+ C cos(t)

x = A cos(t + )

= A cos(t) cos - A sin(t) sin


= C cos(t) + B sin(t)

dimana C = A cos() dan B = -A sin()

Sehingga x = A cos(t + ) adalah solusi yang paling umum!


SHM SOLUSI...
Penggambaran A cos(t )
A = amplitudo getaran

T = 2/

- -   
A
SHM SOLUSI...
Penggambaran A cos(t + )

- -   
SHM SOLUSI...

Penggambaran A cos(t - /2)

=
-/2

- -   

= A sin(t)
SHM SOLUSI…

Solusi umum adalah x = A cos (t + )


dengan A = amplitudo
 = frekuensi sudut
 = fasa
k
=
Untuk suatu massa pada pegas m
Frekuensi tidak bergantung pada amplitudo.
Ini berlaku untuk semua gerak harmonik sederhana.

Osilasi terjadi di sekitar titik setimbang dimana gaya sama


dengan nol.
BANDUL SEDERHANA
Sebuah bandul dibuat dengan menggantungkan suatu massa m pada z
ujung suatu tali yang panjangnya L. Tentukan frekuensi osilasi untuk
simpangan kecil!

 L

mg
SIMPANGAN: SIN  DAN COS  UNTUK 
KECIL
 Uraian deret Taylor untuk sin  dan cos  sekitar  = 0
memberikan

 3 5 2 4
sin  =  -  - ... dan cos  = 1 -  - ...
3! 5 ! 2! 4!

Sehingga  << 1, sin    dan cos   1


BANDUL SEDERHANA...
Mengingat bahwa torsi (torque) karena pengaruh gravitasi
sekitar sumbu rotasi (z) adalah  = -mgd.
d = Lsin   L untuk  kecil) z

sehingga  = -mg L
d 2  L
Tetapi  = II = mL2 - mgL = mL 2

dt 2

d 2 g
2
= - 2 dimana  = L m
dt
d
Pers. differensial untuk SHM dengan solusi:
mg
 = 0 cos(t + )
PROBLEM 1: GERAK HARMONIK SEDERHANA

 Anda duduk pada suatu ayunan. Seorang teman memberi


anda suatu dorongan kecil sehingga anda mulai berayun ke
depan dan ke belakang dengan periode T1.
 Andaikan anda lebih suka berdiri dari pada duduk pada
ayunan. Ketika diberikan suatu dorongan kecil, anda mulai
berayun ke depan dan ke belakang dengan periode T2.

Mana yang benar dari pernyataan berikut:

(a) T1 = T2
(b) T1 > T2
(c) T1 < T2
PROBLEM 1: SOLUSI…

g
 Telah ditunjukkan untuk bandul sederhana  =
L

Karena T = 2 L
T = 2
 g

 Jika bandul dibuat lebih pendek, ia akan berayun lebih cepat


(periode lebih pendek)
PROBLEM 1: SOLUSI…

Dengan berdiri berarti menaikkan pusat massa dari ayunan


sehingga membuatnya menjadi lebih pendek!

Karena L1 > L2 kita lihat bahwa T1 > T2 .

L2
L1

T1 T2
REVIEW TENTANG BANDUL SEDERHANA
Terapkan  = I dan sin    untuk  kecil

z
d 2
- mgL = mL 2

dt 2
 I 
 L
Diperoleh

d 2 g
2
= - 2
 dimana =
dt L m
d
Dengan solusi  = 0 cos(t + )
mg
BANDUL BATANG (ROD PENDULUM)
Terapkan  = I dan sin  ; untuk  kecil

z
2 d 
2
L 1
- mg  = mL L/2
2 3 dt 2
 I  
Diperoleh x CM
d L
d 2 3g mg
2
= - 2
 dimana =
dt 2L

Dengan solusi:  = 0 cos(t + )


KECEPATAN & PERCEPATAN

Posisi : x(t) = A cos(t + )


Dengan
Kecepatan: v(t) = -A sin(t + )
menghitung
Percepatan: a(t) = -2A cos(t + )
turunan,
xMAX = A karena:
vMAX = A dx ( t )
aMAX = 2A v( t ) =
dt
k dv ( t )
m a( t ) =
dt

0 x
PROBLEM 2: GERAK HARMONIK SEDERHANA

Sebuah massa m = 2 kg pada suatu pegas berosilasi dengan


amplitudo A = 10 cm. Pada t = 0 kecepatannya adalah
maximum, sebesar v = +2 m/s.
Tentukan frekuensi sudut osilasi !
Tentukan tetapan pegas k?

v MAX 2 m s
vMAX = A = = = 20 s -1
A 10 cm
k
Juga:  = k = m2
m

Sehingga k = (2 kg) x (20 s -1) 2 = 800 kg/s2 = 800 N/m

k
m

x
ENERGI PADA SHM
 Untuk pegas dan bandul, kita dapat menurunkan solusi
SHM dengan menggunakan konservasi energi.

 Energi total (K + U) dari suatu sistem


yang melakukan SHM akan selalu
konstan.

 Ini bukan sesuatu yang mengejutkan


karena hanya gaya konservatif
U
yang bekerja, sehingga energi K+U
adalah tetap. K
E
U
s
-A 0 A
SHM DAN ENERGI POTENSIAL KUADRATIK
SHM akan terjadi ketika potensial adalah kuadratik.
Umumnya, ini bukan kasus riil:
Sebagai contoh, energi potensial
atom H dalam molekul H2 terlihat
seperti berikut ini: U

U K
E
U
x
-A 0 A
x
SHM DAN ENERGI POTENSIAL
KUADRATIK...
Akan tetapi, jika kita lakukan ekspansi Taylor dari
fungsi ini di sekitar minimum, kita peroleh bahwa
untuk simpangan kecil, energi potensial adalah
kuadratik:
U
U(x) = U(x0 ) + U(x0 ) (x- x0 ) U
1
+ U (x0 ) (x- x0 )2+....
2 x0
U(x0) = 0 (karena x0 adalah
potensial minumum) x

Define x = x - x0 and U(x0 ) = 0 x


1
Then U(x) = U (x0 ) x 2
2
SHM DAN ENERGI POTENSIAL
KUADRATIK...

1
U(x) = U (x0) x 2 U
2
Ambil k = U (x0) U

x0
Sehingga:
x
U(x) = 1 k x 2
2
x
Adalah potensial SHM!!
PROBLEM 3: PEGAS VERTIKAL
 Suatu massa m = 102 g digantung pada
pegas vertikal. Posisi setimbang adalah y = 0.
Massa kemudian ditarik ke bawah sejauh d =
10 cm dari posisi setimbang kemudian
dilepaskan pada t = 0. Periode osilasi yang k
terukur adalah T = 0.8 s.
Tentukan konstanta pegas k!
y
Tuliskan persamaan untuk posisi, kecepatan, & percepatan massa
sebagai fungsi waktu!
0
Tentukan kecepatan maksimum!
Tentukan percepatan maksimum!
m -d
t=0
PROBLEM 3: PEGAS VERTIKAL...

 Konstanta k ?  = k
k =  2m
m

2
= = 7 .85 s -1 k
T
y

Sehingga: k = 7 .85 s 
-1 2
0 .102 kg = 6 .29
N
m
0

m -d
t=0
PROBLEM 3: PEGAS VERTIKAL...
Persamaan gerak?

Pada t = 0,
 y = -d = -ymax
v=0 k
y
Sehingga:
y(t) = -d cos(t) 0
v(t) = d sin(t)
a(t) = 2d cos(t) m -d
t=0
PROBLEM 3: PEGAS VERTIKAL...

y(t) = -d cos(t)
v(t) = d sin(t) t
0  
a(t) = 2d cos(t)
k

xmax = d = 0.1 m y

vmax = d = (7.85 s-1)(.1m) = 0.78 m/s 0

amax = 2d = (7.85 s-1)2(.1m) = 6.2 m/s2 m -d


t=0
SIMPLE HARMONIC MOTION:
RINGKASAN
k
s
k
= 0
m
2 m
Gaya: d s
2
= - 2
s
dt
k
m

0 s

Solusi:
s = A cos(t + ) g s L
=
L
END OF SECTION...
GERAK OSILASI SEDERHANA
Gerak osilasi sederhana adalah gerak lurus yang memenuhi
persamaan gerak
y = A sin ( ωt  θ0 ) [1 ]
Tampak pada gambar 1, simpangan y berubah-ubah secara periodik
(bolak-balik). Contoh gerak osilasi adalah gerak bandul matematik dan
gerak beban yang terikat pada pegas.

Gambar 1

Sesungguhnya gerak osilasi dapat juga dibayangkan sebagai proyeksi


pada sumbu y dari gerak pertikel yang sedang bergerak melingkar
dengan kecepatan sudut .
Gambar 2 memperlihatkan sebuah partikel bergerak melingkar yang
sedang berada di titik b, perhatikan proyeksinya pada sumbu y dan
pemetaannya pada grafik gelombang sinus. Dapatlah dibayangkan
bahwa proyeksi partikel pada sumbu y adalah gerak osilasi.
y

b b

Gambar 2

Pada persamaan [1] di atas, argumen (t + ) disebut fasa, sedangkan y


menyatakan simpangan, A menyatakan amplitudo,  menyatakan
frekuensi sudut, t menyatakan waktu, dan  menyatakan fasa awal.
GEJALA GELOMBANG
Sebuah gelombang dicirikan oleh adanya perambatan energi melalui
suatu medium tetapi medium itu sendiri tidak ikut merambat,
Contohnya adalah gelombang tali,gelombang air, gelombang suara.
Untuk mengamati gelombang tali dapat dilakukan dengan mengikatkan
tali pada paku di tembok, kemudian ujung yang lain digerakkan naik-
turun. Gambar 3 menggambarkan sebuah gelombang tali. Bila pada
suatu tempat pada tali itu kita tandai, misalnya dengan mengecatkan
warna putih. ternyata tanda putih itu hanya bergerak naik-turun saja,
tidak bergerak sesuai arah perambatan gelombang.

Gambar 3
Demikian pula titik-titik yang lain pada tali, sebuah titik yang semula
diam tiba-tiba bergerak naik-turun seakan ada yang menggerakkan.
Siapa yang menggerakkan?
Ternyata titik itu digerakkan oleh titik disebelahnya yang melakukan
gerakan naik-turun lebih dahulu, demikian seterusnya setiap titik akan
‘menularkan’ gerakan naik-turun pada titik sebelahnya. Jadi tali dalam
hal ini sebagai medium tidak bergerak dalam arah perambatan
gelombang tetapi hanya bergerak naik-turun saja akibat tertular gerak
naik-turun titik sebelahnya. Karena gerak naik-turun adalah suatu
energi mekanik maka proses menularkan gerak naik-turun adalah
proses memindahkan energi dari satu titik ke titik sebelahnya.
PERSAMAAN GELOMBAMG

Perhatikanlah gambar 4 di bawah ini yang menggambarkan sebuah


gelombang tali. Misalkan, gelombang tersebut merambat pada arah
kekanan dengan kecepatan rambat v.
y

A
a xb x
yb b

Gambar 4

Keadaan tertentu dari suatu titik pada tali disebut fasa misalnya titik a
keadaannya berada pada simpangan nol, akan bergerak ke bawah, dan
jaraknya dari pusat koordinat adalah -xa. Sedangkan titik b keadaannya
berada pada simpangan yb, akan bergerak ke atas dan jaraknya dari
sumber adalah xb . Fasa dapat dinyatakan dengan satuan sudut.
Memang pada lazimnya fasa dinyatakan dengan sudut. Nah, bagaimana
menyatakan fasa dalam satuan sudut?
Perhatikan gambar 4 dimana sebuah titik pada gelombang dapat
dipandang sebagai proyeksi sebuah titik yang bergerak pada lingkaran
dengan kecepatan sudut tetap  dengan jejari A, ketika kedudukan titik
pada lingkaran berada pada sudut tertentu, sudut inilah yang
digunakan sebagai besaran fasa (dihitung dari sumbu x positip).

Banyaknya perioda yang terbentuk dalam waktu satu sekon disebut


frekuensi dinotasikan f. Ini semua berarti harus berlaku

f =1 / T
v = λ / T = λf
Bila dikaitkan kembali dengan gambar 4 maka satu perioda adalah
ditempuhnya satu lingkaran penuh oleh satu titik pada lingkaran, ini
berarti frekuensi adalah jumlah putaran yang ditempuh suatu titik pada
lingkaran itu dalam waktu satu sekon, sehingga
ω = 2 πf = 2 π / T
Setiap titik pada tali akan mempunyai kedudukan / simpangan y sebagai
fungsi dari x dan t yaitu

y ( x ,t ) = sin ( kx - ωt  φo )
atau

y ( x ,t ) = cos ( kx - ωt  φ' o )
Bila gelombang merambat kekiri maka

y ( x ,t ) = sin( kx  ωt  φo )
atau

y ( x ,t ) = cos ( kx  ωt  φ' o )
PRINSIP SUPERPOSISI

Argumen dari sin atau cos diatas yaitu (kx±t+o) merupakan satuan
sudut, inilah yang dinamakan fasa. k dinamakan tetapan gelombang
(k=2/), o disebut fasa awal atau fasa ketika x=0 dan t=0 disebut juga
tetapan fasa.

Dua buah gelombang atau lebih dapat berada pada (lokasi) medium
yang sama, bentuk gabungan dari beberapa gelombang pada sebuah
lokasi dinamakan superposisi dari beberapa gelombang tersebut.
Misalnya pada seutas tali, ujung yang satu (kiri) menjadi sumber
gelombang, ujung yang lain (kanan) menjadi sumber gelombang yang
lain, kedua gelombang akan menjalar pada tali yang sama, bentuk
gabungan dari kedua gelombang yang kebetulan saling berlawanan
arah ini disebut superposisi gelombang.

Gambar 5a Gambar 5b Gambar 5c Gambar 5d


Gambar 5c di atas memperlihatkan hasil superposisi maksimum dari
dua buah pulsa gelombang yang bertabrakan dari kiri dan kanan.
Perhatikan, Setelah bertabrakan kedua pulsa ‘berpisah’, seperti yang
terlihat pada gambar 5d.

Kata superposisi disini dapat diperluas artinya yaitu: suatu operasi


penjumlahan yang bersifat linier atau dalam hal ini penjumlahan biasa.
Artinya hasil akhir dari gabungan beberapa gelombang yang berada
pada suatu lokasi yang sama adalah penjumlahan biasa dari beberapa
gelombang tersebut. Untuk contoh tali diatas misalnya gelombang dari
kiri adalah y1(x,t) sedang yang dari kakan y2(x,t) maka hasil superposisi
keduanya adalah

y R ( x ,t ) = y 1 ( x , )  y 2 ( x ,t )
N buah sirine yang yang masing-masing menghasilkan gelombang y1,
y2, y3, … ,yN akan menghasilkan superposisi gelombang diudara:

y R = y1  y 2  y 3  ...  y N
Untuk kasus dua buah gelombang dengan frekuensi, dan fasa awal
sembarang tetapi amplitudo sama, misalnya

y1 = A sin ( kx - ω1t  φo1 )


y 2 = A sin ( kx - ω2 t  φo 2 )
maka hasil penjumlahan yR=y1+y2 dapat diselesaikan dengan
menggunakan aturan penjumlahan sin:

sin B  sin C = 2 sin 1 2 ( B  C ) cos 1 2 ( B - C )


Sedangkan untuk kasus gelombang-gelombang yang frekuensi () dan
tetapan gelombangnya (k) sama tetapi fasa awal dan amplitudo
sembarang dapat dilakukan dengan teknik fasor, misalnya
y1 = A1 cos( kx - ωt  φo1 )
y 2 = A2 cos( kx - ωt  φo 2 )
y 3 = A3 cos( kx - ωt  φo 3 )
.
.
.
y N = AN cos( kx - ωt  φoN )

maka langkah-langkah untuk mendapatkan yR =y1 +y2 +y3 +…+yN


adalah sebagai berikut:
Hasil penjumlahan N buah gelomang tersebut adalah
yR = AR cos (kx-t+R) sehingga yang harus di cari adalah AR dan R.

Hitung AR dan R dengan cara:


1/ 2
 N   N
2

2

AR =   Ai cos  oi     Ai sin  oi  
 i =1   i =1  

 N 
  Ai sin  oi 
 R = tan -1  iN=1 
 
  Ai cos  oi 
 i =1 
GELOMBANG BERDIRI
Perhatikan gambar 6 dibawah ini. Pada gambar tersebut, sebuah pulsa
gelombang pada tali yang menjalar kekanan akan dipantulkan oleh dinding
tembok, hasil pemantulan adalah sebuah pulsa yang bergerak kekiri dengan
fasa berlawanan, ini terlihat dari kedudukan puncak pulsa pantulan yang
berlawanan dengan puncak pulsa sebelumnya, sehingga beda fasa kedua
pulsa tersebut sebesar 180o.

Bila yang dikrimkan bukan pulsa tetapi gelombang (terus-menerus) yang


merambat kekanan maka gelombang tersebut juga akan dipantulkan oleh
dinding. Hasil pemantulan tersebut akan merambat kekiri dengan fasa yang
berlawanan.

yd

yp

Gambar 6
Sebut saja gelombang yang merambat kekanan sebagai gelombang
datang (yd) dan gelombang yang merambat kekiri sebagai gelombang
pantul (yd).

y d = A sin ( kx - t )
y p = A sin ( - kx - t  180 o )
Kedua gelombang ini akan bertabrakan (bersuperposisi) sehingga
menghasilkan gelombang yR

yR = yd  y p
Dengan menggunakan rumus penjumlahan sinus

sin B  sin C = 2 sin 1


2 ( B  C ) cos 1 2 ( B - C )
maka didapat
y R = 2 A cos kx sin t
yR ini disebut sebagai gelombang berdiri yang berbeda dengan
gelombang biasa (berjalan). Persamaan yR tersebut dapat dituliskan

y R = A' sin ωt dimana

A' = 2 A cos( kx )
Dalam hal ini terlihat yR adalah sebuah osilator harmonik yang tersebar
sepanjang sumbu-x atau semua titik pada tali merupakan osilator
harmonik yang independen dan amplitudo A’ merupakan fungsi x
karena
A' = 2 A cos( kx )
hal ini menunjukkan juga bahwa pada

x = ( n  1 2 ) π / k  A' = 0
artinya akan ada titik-titik tertentu di sepanjang tali yang amplitudo
osilatornya nol.
Tabel dibawah ini menunjukkan perbedaan antara gelombang berdiri dan
gelombang berjalan.
Gelombang Berdiri Gelombang Berjalan
Amplitudonya bervariasi Aplitudo konstan
Ada titik-titik yang amplitudonya nol Tak ada titik yang amplitudonya nol

Tidak ada perambatan Ada perambatan


INTERFERENSI

TEORI HUYGENS
Cobalah anda ganggu air di bak dengan cara mencelupkan tangan
ditengah bak tersebut, maka terlihat riak air yang melingkar dan
menjuhi tangan anda. Lingkaran riak air yang terlihat adalah muka
gelombang. Teori Huygens menyatakan bahwa setiap titik pada muka
gelombang merupakan sumber gelombang baru. Teori ini dapat
menjelaskan berbagai gelala gelombang seperti interferensi, difraksi,
dan lain-lain.
PERCOBAAN YOUNG
Gejala interferensi adalah gejala superposisi juga yaitu bertemunya dua
atau lebih gelombang pada lokasi tertentu. Biasanya interferensi terjadi
pada gelombang-gelombang yang menyebar seperti gelombang suara
dan gelombang cahaya. Gambar di bawah ini menggambarkan
interferensi gelombang cahaya, eksperimen ini dikenal dengan
percobaan Young.
Pada percobaan Young, gelombang-gelombang yang berinterferensi
didapatkan dari celah-celah (biasanya dua celah) yang dibelakangnya
diberikan sebuah sumber gelombang yang didapat dari sebuah celah.
Katakan gelombang yang datang dari celah pertama adalah galombang
y1(x,t), sedang gelombang yang kedua adalah y2(x,t), sedangkan
gelombang sumber adalah ys(x,t). Sumber S adalah lampu.

Gelombang ys(x,t) ketika sampai pada kedua celah akan menjadi dua
buah sumber gelombang baru y1(x,t) dan y2(x,t) (berdasarkan prinsip
Huygens), kedua gelombang baru ini akan koheren artinya beda fasa
antara kedua gelombang selalu tetap.

y1

r1
S
∗ ys o

Y2 r2

Gambar 7
Kedua gelombang di titik p ditulis

y1 = A sin( kr1 - ωt )
y 2 = A sin( kr2 - ωt )
sedangkan fasanya masing-masing
φ1 = kr1 - ωt
φ2 = kr2 - ωt
sehingga beda fasanya

 = k r1 - r2 = kr
Karena biasanya jarak antar celah (d) jauh lebih kecil dari jarak
celah ke layar maka selisih jarak rdapat didekat dengan r = d sin 

 = k r1 - r2 = kr = kd sin 
Hasil superposisi yR=y1+y2 di titik P akan maksimum bila beda fasa

 = n 2
dimana n=0,1,2,3,… , dan akan minimum bila

 = ( 2 m - 1)
dengan m=1,2,3,…

Tinjaulah kasus interferensi maksimum, sehingga berlaku

kd sin  = n 2
karena

k = 2 / 
maka

sin  = ( m - 1 2 ) / d
Sesunguhnya dalam percobaan Young ini akan teramati pola
interferensi dilayar berupa garis-garis terang gelap di layar, garis
terang menunjukan telah terjadi interferensi maksimum, dan garis
gelap menunjukan adanya interferensi minimum di lokasi (titik)
layar tersebut.

DIFRAKSI
Coba lakukan percobaan berikut: Suruh teman anda masuk ke
kamar sehingga takterlihat oleh anda tetapi pintu tetap terbuka,
lalu lakukan pembicaraan dengannya. Ternyata anda dan teman
anda masih dapat saling mendengar suara lawan bicara, artinya
gelombang bunyi dapat ‘berbelok’ melalui pintu hinga sampai ke
pendengar! Inilah salah satu gejala difraksi.
DIFRAKSI OLEH CELAH TUNGGAL

Bayangkan sebuah percobaan dimana sebuah berkas cahaya jatuh


pada sebuah celah yang lebarnya W, celah ini ibaratnya pintu dan
berkas cahaya adalah suara. Bagaimana pola cahaya pada layar setelah
melalui celah?

Menurut teori Huygens setiap titik pada muka gelombang yang


sampai di celah akan menjadi sumber gelombang baru yang tak
berhingga jumlahnya. Sekarang persoalannya dapat dipandang
sebagai interferensi gelombang oleh N celah, dimana
N=takberhingga.
gambar 7

Pola difraksi pada layar dapat dilihat pada gambar 7 diatas. Jika jarak
layar L cukup jauh terhadap celah maka lebar pola terang di layar
adalah W’=2L/w
POLARISASI
Lakukanlah percobaan berikut:
Ikatkan ujung sebuah tali yang cukup panjang pada sebuah tiang lalu
tarik, ujung yang lain dipegang dan buatlah sebuah gelombang vertikal
dengan menggerakkan tangan naik-turun (vertikal). Karena tangan
anda bergerak dalam arah vertikal maka gelombang yang terjadi adalah
gelombang yang berpolarisasi linier vertikal (kata linier karena
gerakan tangan anda embuat garis lurus dan vertikal).
Sekarang buat gelombang dengan cara menggerakkan tangan
horisontal maka gelombang yang terjadi adalah sebuah gelombang
dengan polarisasi linier horisontal.
Sekarang lakukan gerakan tangan, mula-mula seperti percobaan
diatas yaitu dengan menggerakkan tangan lurus naik-turun vertikal,
kemudian gerakan naik-turun tersebut diubah arahnya dari vertikal
agak sedikit miring kekanan secara kontinu, lalu ubah sedikit demi
sedikit arah kemiringan sehingga membuat satu lingkaran penuh.
Ulangi terus sampai gelombang tali yang terjadi terlihat melingkar-
lingkar seperti terlihat pada gambar dibawah, Polarisasi yang terjadi ini
disebut polarisasi lingkaran.
Sebuah cahaya (foton) dapat memiliki salah satu jenis polarisasi: Linier,
Lingkaran, atau bahkan Elips. Tetapi seberkas cahaya lampu atau
matahari yang terdiri dari milyaran foton dan masing-masing foton
memiliki jenis polarisasinya sendiri sehingga secara total berkas cahaya
matahari polarisasinya adalah acak atau sering disebut
takterpolarisasi.

Seberkas cahaya matahari yang takterpolarisasi dapat disaring (difilter)


sehingga didapatkan polarisasi linier, filter tersebut dinamakan polaroid.
Lihat gambar 10

Cahaya takterpolarisasi

Cahaya terpolarisasi
polaroid

gambar 10
Arah polarisasi dari berkas yang telah terpolarisasi adalah vertikal, hal
ini karena arah filter (polaroid) adalah vertikal, tepatnya arah sumbu
mudah atau sumbu lolos polaroid adalah vertikal.
Untuk kasus gambar 10, Intensitas berkas terpolarisasi adalah 50% dari
berkas takterpolarisasi.

Jika sekarang berkas terpolarisasi difilter lagi maka intensitas keluaran dari
polaroid adalah I=Im cos2  , dimana Im adalah intensitas berkas
terpolarisasi sebelum melewati polaroid, I adalah intensitas berkas
terpolarisasi setelah melewati polaroid,  adalah sudut relatip antara sudut
mudah dengan berkas terpolarisasi sebelum melewati polaroid.
Persamaan diatas disebut persamaan hukum Malus .

Seberkas cahaya matahari yang takterpolarisasi dapat juga disaring


dengan cara memantulkan cahaya matahari pada medium yang lebih
padat (dari udara) dengan sudut pantul sedemikian sehingga jumlah sudut
pantul dan sudut biasnya adalah 90o, sudut pantul tersebut dinamakan
sudut Brewster.
EFEK DOPLER
peluru

Senapan mesin
Target
Gambar 11

Misalnya sebuah senapan mesin dapat mengeluarkan peluru secara


teratur dengan frekuensi fs=200 peluru per menit, jika target bergerak
kekanan atau senapan bergerak kekiri maka frekuensi tembakan yang
dirasakan target akan berkurang.

Sebaliknya terget akan merasakan frekuensi tembakan bertambah jika


Target bergerak kekiri atau senapan bergerak kekanan. Hal yang sama
akan terjadi jika senapan sekarang kita ganti dengan sumber gelombang
suara: Target (pengamat) akan merasakan frekuensi bertambah jika
pengamat bergerak kekiri atau sumber bergerak kekanan, hal sebaliknya
berlaku. Hal ini dinyatakan dalam persamaan dopler :
v -v p
fp = fs
v -v s
Jika pengamat berada di sebelah kiri sumber maka persamaan dopler
menjadi
v v p
fp = fs
v v s
Dimana v adalah kecepatan bunyi diudara, fs frekuensi sumber, fp
frekuensi yang dirasakan pengamat arah kekanan positip, dan kekiri
negatip.

INTENSITAS GELOMBANG BOLA


Gelombang bola mempunyai muka gelombang berupa permukaan bola.
Ketika muka gelombang mengembang dari r1 ke r2 , dari sumber yang
terletak di pusat bola maka luas permukaan berubah dari 4r12 ke 4r22.
Jika kita anggap tidak ada energi yang hilang dalam perjalanan
gelombang, maka energi yang dipindahkan persatuan waktu dari r1 ke r2
haruslah tetap sama dangan daya P, sehingga
P = 4 π r12 I1 = 4 π r22 I 2 = I
Jadi kita peroleh hubungan
1 1
I1 : I 2 = :
r12 r22
Karena intensitas gelombang sebanding dengan kuadrat
amplitudonya maka amplitudo gelombang sferis haruslah sebanding
dengan 1/r. Jadi dapat kita tuliskan fungsi gelombang bola sebagai
y = ( y m / r ) sin ( kr - ωt )
INTENSITAS GELOMBANG BUNYI
Gelombang bunyi adalah gangguan tekanan udara yang merambat.
Persamaan gelombang tekanan adalah sebagai berikut:

P = ( k ρ0 v 2 y m ) sin ( kx - ωt )
dimana o rapat jenis gas dalam keadaan setimbang, ym amplitudo
simpangan molekul udara . Jadi amplitudo gelombang tekanan adalah
Pm = k ρ0 v 2 y m
Intensitas gelombang bunyi dinyatakan

p m2
I =
2v ρ0
Seringkali intensitas bunyi dinyakan dalam decibell (dB) yang
dinyatakan dengan
I
B = 10 log
I0
Dimana Io merupakan itensitas referensi yang besarnya 10-12
watt/m2 yaitu kira-kira sebesar ambang pendengaran manusia.
SOAL-SOAL LATIHAN

1. Grafik persamaan gerak y(t) dari sebuah osilator adalah seperti


pada gambar dibawah ini:

y (m)

0,1
√3/2
t
-0,2 1

Tentukan : a) Persamaan gerak y(t) osilator tersebut


b) Jika osilator tersebur berupa gerak beban m Kg
yang terikat pada ujung pegas dengan tetapan
pegas k N/m, tentukan perbandingan k/m.
2. Tiga buah gelombang : y1 = 5 cos (5x - 100t ), y 2 = 5 cos (5x - 100t  30 o ) ,
y3 = 5 cos (5 x - 100t  60 )
. o

a). Gambarkan diagram fasor untuk ketiga gelombang tersebut


b). Tentukn persamaan yR dimana yR=y +y2+y3
c). Tentukan y4 dimana ytoy =(yR+y4) minimum.

3. Sebuah gelombang tali dibangkitkan oleh osilator y=0,1 sin


(100t+30o) yang terletak di koordinat x=0. Gelombang yang
dihasilkan merambat kekiri. Jika tegangan tali T=10N dan rapat
massa tali =5 gr/cm. Tentukan
a). Panjang gelombang yang terjadi
b). Persamaan gelombang tali
4. Ada dua buah antena T (pemancar) dan R (penerima). R menerima
gelombang y1 langsung dari P dan gelombang pantul y2 . Jika =1
cm, tentukan jarak TR terpendek agar

T y1 R
a). Pada R terjadi interferensi max
y2
10 10 b). Pada R terjadi interferensi min
m m

5. Sebuah celah tunggal dengan lebar W=1 cm, Pada jarak 5 m dari
celah terdapat layar, diharapkan pada layar didapatkan terang pertama
dengan lebar W’=20 cm.
a). Berapa panjang gelombang yang harus digunakan
b). Sebuah titik P di layar sejauh 12 cm dari pusat layar. Jika intensitas
di pusat layar 100 mWatt/cm2, berapakah intensitas di titik P.
6. Sebuah bandul matematis, pajang talibandulnya 5 m. Persamaan
gerak bandul jika bandul matematis dibawa ke planet dengan
tetapan grafitasinya 50% dari grafitasi dibumi adalah (pd t=0
simpangan bandul nol dan akan kekanan, amplitudo 1,5m):

7. Sebuah tali dengan ujung terikat dikanan, gelombang datang


dihasilkan dari kiri dengan persaman y = 0,1sin( 10x - 100t ) yang
bersuperposisi dengan gelombang pantulnya, gelombang resultan
antara gelombang datang dan gelombang pantul adl

8. Pada percobaan young, jarak antar celah


y2
d=1 cm, jarak antara celah dengan layar
 o L=4m, jarak op 4 cm. Jika persamaan
y1 y1 = 0,1sin( kx - t -  / 3maka
) persamaan y2 adl
p ( = 1cm)
BESARAN DAN PENGUKURAN
Slide
: 68
Standar Kompetensi:
1. Menerapkan konsep besaran fisika dan
pengukurannya.

Kompetensi Dasar:
1.1 Mengukur besaran fisika ( panjang, massa,
dan waktu).

Slide
: 69
Indikator:
1. Mengidenifikasi besaran dan satuan.
2. Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan
waktu dengan beberapa jenis alat ukur.
3. Mengukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan
mempertimbangkan ketelitian dan ketepatan.

Slide
: 70
Pokok Bahasan
1. Besaran
2. Dimensi
3. Satuan
4. Pengukuran
5. Angka Penting

Slide
: 71
BESARAN
• Besaran adalah sesuatu yang memiliki besar (nilai) dan dapat
diukur, serta hasilnya dinyatakan dengan angka-angka.

Besaran

asal arah

Besaran Besaran Besaran Besaran


Pokok Turunan Skalar Vektor
Slide
: 72
BESARAN POKOK DAN BESARAN TURUNAN
• Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya
didefinisikan sendiri.
• Yang termasuk Besaran Pokok: panjang, massa, waktu,
suhu, kuat arus, intensitas cahaya, dan jumlah zat.

• Besaran Turunan adalah besaran yang diturunkan dari


satu atau lebih besaran pokok.
• Contohnya: luas, volume, kecepatan, tekanan, gaya,
percepatan, usaha, energi, daya, dll.
Slide
: 73
BESARAN SKALAR DAN BESARAN VEKTOR

• Besaran Skalar adalah besaran yang hanya


memiliki nilai dan tidak memiliki arah.
• Contohnya: massa, waktu, suhu, jarak, kelajuan, dll.

• Besaran Vektor adalah besaran yang memiliki


nilai dan arah.
• Contohnya: gaya, kecepatan, percepatan, momentum,
perpindahan, dan lain-lain.

Slide
: 74
SATUAN
Satuan adalah suatu besaran dengan nilai tertentu yang
dijadikan sebagai pembanding dalam pelaksanaan
pengukuran.
Contohnya:
• besaran panjang dgn nilai satu jengkal,  disebut satuan
jengkal.
• besaran volume dgn nilai satu liter,  disebut
satuan liter.
Untuk menyeragamkan nama dan nilai satuan maka
disepakati oleh para ilmuwan dunia agar menggunakan
satuan standar interasional (Sistem Internasional).
Slide
: 75
DIMENSI
DIMENSI MERUPAKAN SUATU LAMBANG UNTUK BESARAN.

Lambang Dimensi:
dicirikan dgn menggunakan kurung siku ( [ ] ).
Dimensi Besaran Pokok:
besaran pokok dimensinya sudah ditetapkan
atas kesepakatan internasional.
Dimensi Besaran Turunan:
disusun berdasarkan dimensi dari besaran-
besaran pokok yang membentuknya.
Slide
: 76
FUNGSI DIMENSI
1. Untuk mengetahui suatu besaran turunan
tersusun atas besaran pokok apa saja.
2. Untuk menentukan satuan besaran turunan

Slide
: 77
Besaran Pokok, Dimensi, dan Satuan
Besaran Pokok Satuan SI
Nama Lambang Dimensi Nama Lambang
panjang l [L] meter m
massa m [M] kilogram kg
waktu t [T] sekon s
suhu T [Ө] Kelvin K
kuat arus listrik I, i [I] Ampere A
intensitas cahaya I [J] candela cd
jumlah zat n [N] mol mol
sudut datar Ө - radian rad
sudut ruang Ө - steradian sr Slide
: 78
Dimensi dan Satuan Besaran Turunan
Besaran Turunan Satuan
No Dimensi
Nama Lambang Rumus Nama Lambang

1 Volum (balok) V V=p.l.t [L3] meter pangkat m3


tiga
2 Kecepatan v v=s/t [L T-1] meter sekon m.s-1
pangkat
min satu

3 Percepatan a a=v/t [L T-2] meter sekon m.s-2


pangkat
min dua
4 Gaya F F=m.a [M L T-2] kilogram kg.m.s-2
meter sekon
pangkat
min dua
..
..
10 Slide
: 79
Dimensi dan Satuan Besaran Turunan
Besaran Turunan Satuan
No Dimensi
Nama Lambang Rumus Nama Lambang

5 Berat
6 Massa Jenis
7 Tekanan
8 Usaha
9 Energi Potensial
10 Energi Kinetik

Slide
: 80
Pengukuran

Mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan


satuannya. Satuan adalah suatu besaran dengan nilai tertentu yang
dijadikan sbg pembanding dlm pengukuran.
Alat yang digunakan untuk mengukur disebut alat ukur.
Masing-masing alat ukur memiliki ketelitian yang berbeda.
Hasil Pengukuran dinyatakan dengan nilai pasti (signifikan)
plus-minus nilai taksiran (nilai ketidakpastian).
Besar ketidakpastian biasanya ditentukan dgn setengah skala
terkecil alat ukur.
Ketidakpastian tsb dpt bersumber dari alat ukur, proses
pengamatan, lingkungan, dll. Slide
: 81
Alat ukur panjang

Contoh:

Jangka Sorong Penggaris Mikrometer Sekrup


Slide
: 82
Alat Ukur Massa

Contoh:
Neraca Pegas
Neraca Dua Lengan

Neraca Elektronik
Neraca Ohaus Slide
: 83
Alat Ukur Waktu

Contoh:

Jam Dinding

Jam Matahari Stop Watch


Slide
: 84
Alat Ukur Listrik

Contoh:

Ohmmeter
Voltameter
Amperemeter
Slide
: 85
Kesalahan Kalibrasi
Belum ada yang diukur, tapi
kok angkanya tidak nol ???

Slide
: 86
Kesalahan Paralaks / Kesalahan Pengamatan
Kesalahan pembacaan alat ukur karena
posisi mata yang tidak tepat.

Slide
: 87
Kesalahan Pengguna (Human Error)

Slide
: 88
ANGKA PENTING
Angka hasil pengukuran disebut angka penting.

Angka penting terdiri atas angka pasti dan


satu angka taksiran (tidak pasti).

Slide
: 89
Aturan Angka Penting
Angka Penting:
1. Semua angka bukan nol, kecuali terletak di kanan angka
yang diberi tanda (diberi garis bawah).
2. Semua angka nol yang terletak di kanan bukan nol,
kecuali terletak di kanan angka yang diberi tanda.
3. Semua angka nol yang diapit oleh angka bukan nol.

Bukan Angka Penting:


1. Semua angka yang terletak di kanan angka yang diberi
tanda.
2. Semua angka nol yg terletak di kiri bukan nol, baik
sebelum maupun sesudah koma tanda desimal.
Slide
: 90
OPERASI ANGKA PENTING

1. Hasil penjumlahan atau pengurangan angka penting hanya


boleh mengandung satu angka taksiran (bila lebih harus
dibulatkan sesuai dengan aturannya).

2,234 485,78
2,0343 + 362 -
4,2683  4,268 123,78  124

Slide
: 91
OPERASI ANGKA PENTING

2. Pada perkalian atau pembagian, banyaknya angka penting


hasil operasi tsb sama dgn angka penting yang paling sedikit,
selebihnya dibulatkan.

5,24
2,5 x 38 : 0,05 = 760  800  8x102
13,100  13

Slide
: 92
OPERASI ANGKA PENTING

3. Pada pemangkatan atau penarikan akar, banyaknya angka


penting hasil operasi tsb sama dgn angka penting yang
dipangkatkan atau diakarkan, selanjutnya dibulatkan.

a. 252 = 625  620  6,2 x 102


b. 1232 = 15129  15100  1,51 x 104
c. √5625 = 75  75,00
d. √18 = 4,24264  4,2
e. √57 = 7,55  7,6
Slide
: 93
SOAL QUIZ

1. 1,2500  ...... Angka Penting


2. 0,0025  ...... Angka Penting
3. 130,5010  ...... Angka Penting
4. 12,36542  ...... AP  dibulatkan: ……
5. 15.524  ...... AP  dibulatkan: ……
6. 500.000  ...... AP  dibulatkan: ……
7. 1 + 23,50 = ………  dibulatkan: .........
8. 125 x 42 = ………  dibulatkan: .........
9. 2 : 125 = ………  dibulatkan: .........
Slide
: 94
JAWABAN QUIZ
1. 1,2500  5 Angka Penting
2. 0,0025  2 Angka Penting
3. 130,5010  7 Angka Penting
4. 12,36542  4 AP  dibulatkan: 12,36
5. 15.524  2 AP  dibulatkan: 1,6x104
6. 500.000  3 AP  dibulatkan: 5,00 x 105
7. 1 + 23,50 = 24,50  dibulatkan: 24
8. 125 x 42 = 5250  dibulatkan: 5,2 x 103
9. 2 : 125 = 0,016  dibulatkan: 0,02
2 x 10-2 Slide
: 95
Soal-Soal

Klik :
1 Soal-Soal Latihan
2 Soal-Soal Penugasan (TMT / TMTT)
3 Soal-Soal Uji Kompetensi

Slide
: 96
Soal-Soal Latihan
Kerjakan soal-soal no. …. s/d …. Buku paket hal. …..

Slide
: 97
Soal-Soal Penugasan (TMT)

Siapkan kertas dan beri nama, kelas, dan tanggal.

Kerjakan soal no. …, …, dan …. buku LKS halaman ….

Dikumpulkan pada pertemuan yang akan datang.

Slide
: 98
Soal-Soal Uji Kompetensi

Untuk uji kompetensi siswa kita menggunakan aplikasi Quiz


Creator

Memulai
Uji Kompetensi

Slide
: 99
Daftar Referensi
1. Sains Fisika 1 untuk SMA Kelas X, Tim Sains Fisika SMA,
Bekasi: PT Galaxy Puspa Mega, 2004.
2. Cerdas Belajar Fisika untuk Kelas X SMA/MA, Kamajaya,
Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007.
3. BSE Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X, Setya Nurachmandani,
Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas, 2009.
4. Rumus Kantong Fisika SMA, Sulistyo Hadi, ST, Yogyakarta:
Pustaka Widyatama, 2010.

Slide:
100
Terima kasih atas perhatian dan partisipasinya
Maaf atas segala kekurangannya
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Slide:
101
GERAK DENGAN
ANALISIS VEKTOR

SMA
Kelas XI
Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
1. Menganalisis gejala alam dan
keteraturannya dalam cakupan
mekanika benda titik

Kompetensi Dasar
1.1 Menganalisis gerak lurus, gerak
melingkar dan gerak parabola dengan
menggunakan vektor
INDIKATOR
• Menganalisis besaran perpindahan pada perpaduan gerak
lurus dengan menggunakan vektor
• Menganalisis besaran kecepatan pada perpaduan gerak
lurus dengan menggunakan vektor
• Menganalisis besaran percepatan pada perpaduan gerak
lurus dengan menggunakan vektor
• Menganalisis besaran kecepatan pada gerak melingkar
dengan menggunakan vektor
• Menganalisis besaran percepatan pada gerak melingkar
dengan menggunakan vektor
• Menganalisis besaran perpindahan pada gerak parabola
dengan menggunakan vektor
• Menganalisis besaran kecepatan pada gerak parabola
dengan menggunakan vektor
• Menganalisis vektor percepatan tangensial pada gerak
melingkar
• Menganalisis vektor percepatan sentripetal pada gerak
melingkar
PENDAHULUAN
Perhatikan gambar
di samping!
Bagaimana laju
sepeda motor saat
menempuh lintasan Gambar lintasan mobil
lurus dan saat
melintasi tikungan?
Perhatikan uraian
berikut.
VEKTOR KEDUDUKAN
yj
A

r=xi+yj

O xi
Kedudukan sebuah mobil (A) terhadap titik acuan
(O) dapat dinyatakan dengan sebuah vektor
kedudukan (vektor posisi), yaitu OA atau r.
r = x i + y j --> dua dimensi
r = x i + y j + z k --> tiga dimensi
Perpindahan yang dialami titik
A dalam selang waktu t
r = r2 – r1
r = x i + y j
Besar perpindahan dapat
ditulis
r = (x) 2  (y) 2

Arah perpindahan
y
titik A
tan  =
x

Sebagai fungsi waktu,


komponen vektor
r (t ) = x(t )i  y (t ) j
KECEPATAN

Kecepatan : perpindahan benda dalam selang


waktu tertentu.
Kecepatan rata-rata: perubahan kedudukan
dibagi selang waktu
r x y z
v= vx = vy = vz =
t t t t
Persamaan kecepatan rata-rata
v = vx i  v y j  vz k

Besar kecepatan rata-rata


v= vx 2  v y 2  vz 2
Arah kecepatan rata-rata
vy
tan  =
vx
Kecepatan sesaat: Kecepatan benda pada saat
tertentu r dr
v = lim =
t  0
t dt
dx dy dz
vx = vy = vz =
dt dt dt

Persamaan kecepatan sesaat


dx
v= i
dy dz
j k v = vx i  v y j  vz k
dt dt dt

Besar kecepatan sesaat


v = v x   v y   v z 
2 2 2

Arah kecepatan sesaat


vy
tan  =
vx
Menentukan kedudukan dari fungsi kecepatan
dx
vx = vx dt = dx
dt
x t y t

 dx =  v
x0 0
x dt  dy =  v
y0 0
y dt

t t
x  x0 =  vx dt y  y0 =  v y dt
0 0

t t
x = x0   vx dt y = y0   v y dt
0 0
pada sumbu z dapat diperoleh dengan cara yang
sama
PERCEPATAN
Percepatan: perubahan kecepatan per satuan
waktu
Percepatan rata-rata: perubahan kecepatan
dalam selang waktu tertentu
v v x v y v z
a= ax = ay = az =
t t t t
Persamaan percepatan rata-rata
a = ax i  a y j  azk

Besar percepatan rata-rata


a = ax 2  a y 2  az 2

Arah percepatan rata-rata


ay
tan  =
ax
Menentukan kecepatan dari fungsi percepatan
dv x
ax = ax dt = dvx
dt
v t v t

 dv =  a
x x dt  dv =  a
v0
y
0
y dt
v0 0

t t

vx  v0 x =  a x dt v y  v0 y =  a y dt
0 0

t t

vx = v0 x   a x dt v y = v0 y   a y dt
0 0
pada sumbu z dapat diperoleh dengan cara yang
sama
PERPADUAN GERAK LURUS
BERATURAN

Arah aliran sungai


Arah perahu

Perhatikan gambar!
Jika perahu berangkat dari titik A dan diarahkan tegak lurus
titik B, maka kemungkinan besar perahu akan tiba di titik C.
Hal ini disebabkan dua gerak, gerak perahu dan gerak
aliran sungai yang saling tegak lurus.
Secara analisis vektor dapat persamaan sebagai berikut:
Vektor kecepatan perpaduan gerak:
v R = v1  v 2 v1 = v sungai, v2 = v perahu

vR = v1   v2   2v1v2 cos 


2 2

Karena gerak aliran sungai gerak perahu


(=90 o)
vR = v1 2  v2 2

 2
=  2
  2
untuk mencari resultan lintasan (AC)
AC AB BC
waktu tempuh perahu untuk mencapai titik C
AC BC AB
t= = =
vR v1 v2
arah gerak perpaduan
v2 AB
tan  = =
v1 BC
GERAK PARABOLA
Lintasan gerak perpaduan antara gerak lurus
beraturan dalam arah horisontal (sumbu x)
dengan gerak lurus berubah beraturan dalam
arah vertikal (sumbu y) berbentuk parabola
disebut gerak parabola.
vy=vo sin 

D
B

E
A vx=vo cos 
pada sumbu x
persamaan kecepatan
vx = vo cos 

persamaan perpindahan
x = vo cos  t

x
t=
cos 
pada sumbu y
persamaan kecepatan
v y = voy  a t v y = vo sin   g t

persamaan perpindahan
y = vo sin  t  g t
1 2
2

y = ax - bx 2
Persamaan vektor gerak parabola
 1 2
r = xi  yj  
r = v0 cos  t i   v0 sin  t - g t  j
 2 
untuk titik B, koordinatnya dituliskan B(xB,yB)
1
xB = v0 cos  tB y B = v0 sin  tB  g tB
2

2
Persamaan kecepatan
v = v0 cos  t i  v0 sin  t - g t j
Nilai kecepatan
vR = vx 2  v y 2 = v0 cos  2  v0 sin  t - g t2
Arah kecepatan
v0 sin  - gt
vy
tan  = =
vx v0 cos 
Persamaan Titik Tertinggi
Waktu untuk mencapai titik tertinggi
v y = v0 sin  - gtC 0 = v0 sin  - gtC
v0 sin 
tC =
g

Untuk mencapai koordinat titik tertinggi


(xC,yC)
v sin 2 v0 sin 2 
2 2
xC = 0 yC =
2g 2g
Persamaan Titik Terjauh
untuk memperoleh koordinat titik terjauh
(xE,yE)
v0 cos 2
2
xE = v0 cos  t E xE = yE = 0
g
Arah vE
v yE
tan  =
v xE
GERAK MELINGKAR
Gerak melingkar: gerak yang lintasannya berupa
lingkaran v
v

x = r sin 
r


v x = r cos 

v
Kedudukan (posisi) sudut
x = r cos y = r sin 
y
r= x y 2 2 tan  =
x
Kecepatan sudut
Kecepatan sudut rata-rata
  2 - 1
= =
t t 2 - t1
Kecepatan sudut sesaat
 d
 = lim =
t
t  0
dt

Posisi sudut
t dapat juga ditentukan
 =  0    (t ) dt
0
Percepatan sudut
 2 - 1
 = =
t t 2 - t1
Percepatan sudut sesaat
d  d  d 2
 =  = 2
dt  dt  dt
Kecepatant sudut dapat juga ditentukan
 = 0    (t ) dt
0
Percepatan Gerak v

Melingkar
 (t) =  0   t
Kedudukan awal 

o
v2
a= atau a =  v
r
Perceparan benda
yang selalu
mengarah ke pusat
lingkaran disebut v

percepatan
sentripetal
Selain percepatan sentripetal, pada gerak
melingkar berubah beraturan terdapat juga
percepatan tangensial
v
aT = atau aT = r 
t

Percepatan total yang dimiliki oleh benda yang


mengalami gerak melingkar beraturan
atotal = aT  as

atotal = aT 2  as 2


5. Persamaan percepatan sudut yang dimiliki
oleh sebuah benda yang sedang bergerak
melingkar adalah (t) = (1,8t – 2) rad/s2.
Kecepatan sudut benda tersebut pada saat t =
3 s adalah.... m/s (kecepatan sudut awal 6
rad/s)

A 8,1

B 8

C 7,8

D 2
E 1,8
USAHA DAN
ENERGI
USAHA DAN
ENERGI

A. Pengertian
Usaha
Usaha didefinisikan sebagai hasil perkalian
antara perpindahan titik tangkapnya dengan
komponen gaya pada arah perpindahan.

F sin 
F Besarnya usaha W
= (F cos ) . s
F cos 

s
USAHA DAN
ENERGI

W = (F cos ) . s

Usaha yang dilakukan:


Berbanding lurus dengan besarnya gaya;
Berbanding lurus dengan perpindahan benda;
Bergantung pada sudut antara arah gaya dan perpindahan
benda
Hubungan arah gaya dan perpindahan:
Jika  = 0, arah gaya berimpit dengan arah
perpindahan, W = F . S
Jika  = 90, arah gaya tegak lurus dengan arah
perpindahan, cos 90 = 0, dikatakan gaya tidak
melakukan usaha
Jika s = 0, berarti gaya tidak menyebabkan benda
berpindah, maka usaha yang dilakukan nol. Misal anda
mendorong tembok, tembok tidak bergerak maka
dalam hal ini anda tidak melakukan usaha.
USAHA DAN
ENERGI

Satuan usaha: joule untuk menghormati James


Prescott Joule.
1 joule = 1 N/m,

USAHA POSITIF
Jika arah gaya searah dengan arah perpindahan maka
dikatakan bahwa usahanya positif.

USAHA NEGATIF
Jika arah gaya terhadap arah perpindahan membentuk sudut 180
atau berlawanan arah.

Contoh arah gaya gesek berlawanan arah dengan arah


perpindahan.
USAHA DAN
ENERGI

ENERGI KINETIK
Energi yang dimiliki benda karena benda
bergerak.

Ek = ½ m (vt2- V02)
Jika mula – mula mobil diam, v0 = 0 , maka
Ek = ½ mv2

Ek = energi kinetik (joule)


m = massa benda (kg)
v = kecepatan gerak (m/s)
USAHA DAN
ENERGI

Energi Potensial
Gravitasi

Ep = m g h

Ep = energi potensial (joule)


m = massa (kg)
Y1= 0 g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = ketinggian (m)
USAHA DAN
ENERGI

USAHA = PERUBAHAN ENERGI


Usaha yang dilakukan oleh gaya konstan F
sama dengan perubahan energi kinetik(∆EK)
yang dialami benda itu.
W = F ∆x = ∆EK = EK2 – EK1

1
W = Fx = m(v2 - v1 )
2 2

2
USAHA DAN
ENERGI

DAYA
Daya adalah kemampuan untuk melakukan
usaha tiap satu satuan waktu.
dirumuskan

Satuan usaha
W
P= = F.V 1 watt = 1 joule/s
t 1 kW = 1000 watt
1 kWh = 3,6 x 106 joule
1 HP = 746 watt
P = daya (watt)
W = usaha (joule)
T = waktu (s)
Ekowati, Evelyn. 2007. Fisika untuk SMA
kelas XI Program Ilmu Alam. Surakarta :
Penerbit CV. Haka MJ.

Kanginan, Martin. 2007. Fisika untuk SMA


Kelas XI Semester 1. Jakarta : Penerbit
Erlangga

Kanginan, Martin. 2007. Seribu Pena untuk


SMA Kelas XI. Jakarta : Penerbit Erlangga

http://www.google.co.id/imglanding?q=gamb
ar usaha dan energi.

Anda mungkin juga menyukai