KELOMPOK II
Fadli Sahabuddin (201504018)
Imran Ali (201504025)
Irsan Wijaya (201504026)
Priyo Putro Setiono (201504035)
Mey Umayaroh (2015040)
Sakinah Sarnia Iriani (201604019)
Keterangan:
D+ : Kelompok Kasus
D- : Kelompok Terkontrol
E+ : Yang Terpapar
E- : Tdak Terpapar
STUDY KASUS
STUDY KASUS I
Penderita DMT2 memiliki risiko 3-4 kali lebih besar untuk mengalami stroke
iskemik dibandingkan yang tidak menderita diabetes(Khoury et al., 2013).
Sedangkan, insiden stroke hemoragik tidak berbeda secara signifikan
antara penderita diabetes dengan non-diabetes(Hu et al., 2005).
Prevalensi stroke pada penderita diabetes di negara dengan pendapatan menengah-bawah
sebesar 2,7% (1,7%-3,6%)(Johnston, Mendis, & Mathers, 2011).Prevalensi stroke dengan
penyakit DM (baik tipe 1 dan 2) di Indonesia berkisar 1,0-11,3% pada populasi klinik dan
2,8-12,5% dalam penelitian pada populasi umum(Ndraha, 2014).
Prevalensi stroke secara signifikan lebih tinggi pada penderita DMT2 daripada penderita
DMT1. Prevalensi stroke dengan lama menderita diabetes > 20 tahun pada penderita DMT2
sebesar 7,9%, sedangkan pada penderita DMT1 sebesar 2,7%(Song, 2015). Lima puluh
persen dari prevalensi stroke di Indonesia berkisar 0,54,3% dengan DMT1 dan berkisar 4,1-
6,7% dengan DMT2(Ndraha, 2014).
Komplikasi jangka panjang pada penderita DMT2 lebih berbahaya dan mematikan
daripada DMT1. Kematian akibat stroke pada penderita DMT2 (13,4%) lebih tinggi
dibandingkan pada DMT1 (12,2%)(Song, 2015). Data atau informasi mengenai pada
hubungan tekanan darah dengan kejadian stroke iskemik penderita DMT2 di Indonesia masih
terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tekanan darah dengan kejadian
stroke iskemik pada penderita DMT2.
dilakukan dengan menggunakan catatan rekam medis dengan kode
ICD 10 (I.63-I.64), dan melihat hasil pemeriksaan CT-Scan. Data
stroke yang digunakan hanya stroke iskemik pertama bukan stroke
ulangan.
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan darah dengan kejadian stroke
iskemik pada penderita DMT2 (TD ≥ 140/90 mmHg) (OR 5,42; 95%CI 1,40-20,93).
STUDY KASUS II
Studi Case control adalah mengamati secara retrospektif riwayat karakteristik atau
paparan yang diduga mengakibatkan terjadinya penyakit pada kelompok kasus
kemudian dibandingkan dengan kelompok control. Subyek yang didiagnosis
menderita disebut kasus. Subyek yang tidak menderita suatu penyakit disebut
control yang diambil secara acak dari populasi yang sama dengan populasi asal
kasus.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil observasi Praktik mengubur barang bekas diperoleh data bahwa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus yang melakukan
praktek mengubur barang bekas sebanyak 8 responden (21,05%), dan
yang tidak baik sebanyak 30 responden (78,94%). Sedangkan pada
kelompok kontrol yang melakukan praktek mengubur barang bekas
sebanyak 16 responden (42,1%) dan yang tidak melakukan sebanyak 22
responden (57,9%).
E. Hubungan Kebiasaan Menggantung Pakaian Dengan
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Dari hasil
observasi menunjukkan bahwa pada kelompok kasus
yang praktik Kebiasaan Menggantung pakaian
sebanyak 33 responden (86,8%) dan yang baik atau
tidak ada sebanyak 5 responden (13,2%).
g. Ada hubungan antara penggunaan obat nyamuk pada siang dan sore
hari dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah
Kelurahan Perumnas Way Halim Kota Bandar Lampung dengan p value =
0,000 dan perhitungan OR = 0,147 (CI 95% OR: 0,052 – 0,419).
PEMBAHASAN
Saran
Saran bagi institusi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan
komunikasi, informasi, dan edukasi serta meningkatkan pelayanan
kesehatan.