Anda di halaman 1dari 45

PRESENTASI KASUS

DVT dan SELULITIS


pada DM II
• IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny T
• Umur : 67 tahun
• Jenis Kelamin : wanita
• Agama : Islam
• Pekerjaan : ibu rumah tangga
• Status : Menikah
• Alamat : dsn Semampir,
Mertoyudan, Magelang
• Tgl. masuk RS : 14 februari 2014 melalui
IGD RST Soedjono
• Jam Masuk : 09.40 WIB
• Keluhan utama:

Bengkak kaki

• Riwayat penyakit sekarang :

Bengkak kaki sudah sejak 3hr SMRS, bengkak terus lama kelamaan

warna berubah memerah dan timbul rasa nyeri, bengkak hanya dirasakan pada 1

kaki, sebelum bengkak tidak ditemukan ada aktivitas fisik yang berlebihan atau

diluar kebiasaan sehari harinya, rasa gatal tidak ada, mual – muntah -, BAB/BAK

normal, Ma/Mi normal

• Keluhan tambahan

Karena bengkak dikaki menimbulkan nyeri pasien tidak dapat bergerak dan

enggan menggerakan kakinya, tidak ada yang memperberat dan memperingan

gejala.

• Riwayat penyakit dahulu:

Tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya, Hipertensi, diabetes

melitus, asma, penyakit jantung dan riwayat stroke disangkal.

• Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ditemukan adanya riwayat hipertensi, DM dan penyakit jantung pada

keluarga pasien.
• RPO

Atas keluhan nyeri dadanya tersebut pasien mengecek kedokter dan tidak ada perubahan,
obat yang diberikan tidak tahu dan lupa.

• Riwayat sosial ekonomi

Pasien bekerja sebagai seorang ibu rumah tangga. Setiap hari pasien melaksankan tugas
ibu runah tangga memasak, mencuci, berberes rumah seperti biasa. Pasien tidak merokok,
minum alkohol. Pasien makan 3 kali dalam sehari. Makanan yang biasa dimakan yaitu nasi
beberapa gorengan, pasien cukup banyak mengkonsumsi gorengan setiap makan pasti ada
gorengan tersedia, jenisnya bermacam macam mulai dari tahu tempe bakwan, diakui pasien
jarang mengganti minyak untuk menggoreng gorengan yang disajikan, jarang pasien
memperoleh gorengan dari luar, gorengan biasanya 2 atau 3 biji kebiasaan ini sudah terjadi
+/- 35thn semenjak perkawinan mereka. Pasien jarang makan ikan asin, telur asin hanya
beberapa kali saja. Pasien mengaku tidak sedang mengalami masalah di kehidupannya
akhir-akhir ini.
1. Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang,
2. Kesadaran : Compos Mentis.
3. Tanda Vital :
- TD : 100/60 mmHg.
- Nadi : 76 x/menit, reguler, isi cukup, N poplitea +, N tibialis posterior +,
dorsalis pedis +
- RR : 24 x/menit
- Suhu : 37,2º C (axilla)
- BB : 65 kg
- TB : 152 cm.
- IMT :
- Status Gizi :
4. Kulit : Sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak ada hematom, suhu
raba normal, turgor kulit baik
5. Kepala & rambut : Normocephal, warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut &
tidak mudah rontok.
6. Mata : Konjungtiva tidak pucat, Sklera tidak ikterik, kedudukan bola mata
simetris, pupil bulat isokor, diameter 2 mm, reflek cahaya positif,
edema palpebra tidak ada
7. Telinga : Bentuk normal, tidak ada sekret.
8. Hidung : Bentuk normal, tidak terdapat deviasi septum maupun sekret hidung,
tidak ada nafas cuping hidung.
9. Mulut & gigi : Mukosa mulut basah, lidah kotor tidak ada, bibir tidak kering, tidak
tampak sianosis.
10. Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil TI – TI
11. Leher : Simetris, trakea lurus ditengah, kelenjar tiroid tidak teraba
membesar, kelenjar getah bening tidak teraba membesar, tidak ada
peningkatan JVP.
12. Thorak : Bentuk normal (Normochest), hemithorak kanan dan kiri simetris
saat statis dan dinamis

13. Paru

- Inspeksi : Dinding dada simetris, tidak tampak retraksi supraklavikula dan


interkostal, tidak ada pelebaran vena, tidak tampak sikatriks,
terlihat adany penggunaan otot dada untuk pernafasan secara
aktif.

- Palpasi : Fremitus taktil kanan dan kiri simetris.

Ekspansi dinding dada kanan = kiri

- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.

- Auskultasi : Suara nafas dasar vesikuler pada kedua lapang paru, rhonki -/-,
wheezing -/-
14. Jantung
- Inspeksi : Iktus Cordis tidak tampak terlihat
- Palpasi : Iktus Cordis teraba, tidak kuat angkat, tidak terdapat thrill
- Perkusi : Batas kanan jantung : sela iga V 1 jari lateral linea parasternalis dextra.
Batas kiri jantung : sela iga V 3 jari lateral linea midclavicula Sinistra.
Batas atas jantung : sela iga III linea sternalis sinistra.
Pinggang jantung : Batas pinggang jantung kiri ICS V Parasternal sinistra
- Auskultasi : Bunyi jantung I – II reguler, murmur (-), S1>S2
15. Abdomen :
- Inspeksi : datar, tidak tampak benjolan, tidak ada acites, gerakan otot abdomen untuk
bernafas.
- Palpasi : Lunak, nyeri tekan regio hipokondrium dextra dan epigastrium, hepar tidak
terba pembesaran, dan lien tidak teraba pembesaran, tidak teraba massa.
- Perkusi : Tympani pada seluruh lapang abdomen.

Tidak ada tanda acites.


- Auskultasi : Bising usus ada, normal
16 Ekstremitas : Akral hangat

Tidak ada edema

Tidak ada sianosis

Tampak pembengkakan unsimetris pada tungkai bawah kanan . Tampak


kemerahan, berbatas tidak tegas, tidak ada pengelupasan kulit dan
• Daftar Masalah
• Subyektif :
• Tidak bisa berjalan
• Nyeri di kaki kanan

• Objektif
• Ekstremitas : pembengkakan kaki kanan
bawah
• Nyeri tekan hipokondrium dexter dan
epigastrik
• Diagnosis utama : DVT
• Etiologi : hipertensi,DM
• Anatomi : Vaskular Vena
• Fungsional :
• EKG :
• Pencetus : gaya hidup, aktifitas
• Penyerta : Hipertensi Grade I
• Komplikasi : edema tibia + bulae
• Planning

• Diagnostik • Monitoring

• Pemeriksaan laboratorium darah lengkap • keadaan umum

• Ureum,Kreatinin • tanda-tanda vital

• SGOT, SGPT • Efek samping obat

• EKG • infus

• Foto Rontgen Thorax • Edukasi

• Terapi • Tirah Baring

• Infus Ringer Laktat 20 tpm

• Ranitidine 3x1 mg IV

• Zybac 2x1

• 02 4lt

• Diet tktp
Nilai normal Nilai
normal
WBC : 34 x 10³ /mm3 3,5 – 10,0 %LYM : 3.4 % 17.0 – 48.0

RBC : 3,4 x 106 /mm3 3,8 – 5,8 %MON : 1,4 % 4.0 – 10.0

HGB : 5.0 g/dl 11,0 – 16.5 %GRA : 95,2 % 43.0 – 76.0

HCT : 15.3 % 35.0 – 50.0 #LYM : 1.2 x 10³ 1.2 – 3.2


/mm3
PLT :514 x 10³ /mm3 150 – 390 #MON : 0.5 x 10³ 0.3 – 0.8
/mm3
PCT : 0.37 % 0.100 – 0.200 #GRA :33,1 x 10³ 1.2 – 6.8
/mm3
MCV : 45.2 μm3 80 – 97 GLUCOSE : 113 mg/dl 70 – 115

MCH : 14.7 pg 26.5 – 33.5 UREUM : 0 – 50


68 mg/dl
MCHC : 32.6 g/dl 31.5 – 35 CREATININE : 1.5 mg/dl 0 – 1.3

RDW : 16.9 % 10.0 – 15.0 SGOT : 14 U/L 3-35

MPV : 7,7 μm3 6.5- 11.0 SGPT : 10 U/L 8-41


Hasil Rontgen
• Apex paru tenang
• Paru dalam batas normal
• Cardiomegali dengan elongasio aorta dan
aterosklerosis
• Sistema tulang intake
TANGGAL S O A P
15 februari - Nyeri sangat - GCS : E4V5M6 DM tipe 2 - Planning diagnostik :
2014 dikaki kanan - Tampak sakit sedang DVT Dl
- Beberapa bulae - Tanda vital : Anemia mikrositik - Planning terapi :
mulai pecah  TD : 120/70 mmHg hipokromik o Infus Ringer
- Se  N : 76 x/mnt Laktat 20 tpm
 Px lab :  RR : 22 x/mnt +heparin 10tpm
 WBC 29.8  S : 36˚C per axila o Injeksi sharox 2
 HB 8.2  GDS 298 x1
 Plt 447 - Kepala dan leher : o PRC 2 kolf
 Mch 18.3  CA / SI : (-/-) / (-/-) o Humulin R
 Mchc 29.0 sak +  Pembesaran KGB : (-) 1x4iu iv
- Thorax : o humulin N 6iu-
Paru : 0-6iu sc
 I : simetris o PO
 P : simetris o Rantin 3x1
 P : sonor +/+ o Gg 3x1
 A : vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki o Salbutamol 2x1
+/+ - Planning monitoring
Jantung :  KU, VS, ESO,
 I : IC tidak terlihat infus
 P : IC teraba - Planning Edukasi
 P : batas jantung melebar Tirah baring
 A : S1>S2 regular, Higienitas
- Abdomen : Konsul Bedah umum
 I : soefl, datar
 A : bising usus (+) normal
 P: nyeri tekan (-)
 P : timpani
- Ekstremitas :
 Edema ekstremitas (-)
 Akral hangat
 Capillary refill< 2 detik
 Bengkak kaki kanan, eflourosensi kulit
eritema berbatas tidak tegas, terdapat bulae
TANGGA S O A P
L

16 - Nyeri sangat dikaki - GCS : E4V5M6 16 februari 2014 - Nyeri sangat dikaki
februari kanan - Tampak sakit sedang kanan
2014 - Beberapa bulae - Tanda vital : - Beberapa bulae
mulai pecah  TD : 120/80 mmHg mulai pecah
- Sesak +  N : 74 x/mnt - Sesak +
- BAB cair >5x  RR : 22 x/mnt - BAB cair >5x sehari
sehari perut sakit  S : 36˚C per axila perut sakit dan
dan melilit - Kepala dan leher : melilit
 CA / SI : (-/-) / (-/-)
 Pembesaran KGB : (-)
- Thorax :
Paru :
 I : simetris
 P : simetris
 P : sonor +/+
 A : vesikuler +/+, wheezing -/-,
rhonki +/+
Jantung :
 I : IC tidak terlihat
 P : IC teraba
 P : batas jantung melebar
 A : S1>S2 regular,
- Abdomen :
 I : soefl, datar
 A : bising usus (+) meningkat
 P: nyeri tekan (-)
 P : timpani
- Ekstremitas :
 Edema ekstremitas (-)
 Akral hangat
 Capillary refill< 2 detik
 Bengkak kaki kanan, eflourosensi kulit
eritema berbatas tidak tegas, terdapat
bulae
\ S O A P

17 - Nyeri - GCS : E4V5M6 - DM tipe 2 - Planning diagnostik :


februa sangat - Tampak sakit sedang - DVT Dl
ri dikaki - Tanda vital : - GEA - Planning terapi :
2014 kanan  TD : 120/80 mmHg o Infus Ringer Laktat 20 tpm
- Beberapa  N : 80 x/mnt +heparin 10tpm
bulae  RR : 22 x/mnt o Injeksi sharox 2 x 1
mulai  S : 36˚C per axila o PRC 2 kolf
pecah  GDS 298 o Humulin R 1x4iu iv
- Sesak + - Kepala dan leher : o humulin N 6iu-0-6iu sc
- Batuk  CA / SI : (-/-) / (-/-) o PO
berkuran  Pembesaran KGB : (-) o Rantin 3x1
g - Thorax : o Gg 3x1
berdahak Paru : o Salbutamol 2x1
- BAB 4x  I : simetris o L-bio 3x1
cair  P : simetris - Planning monitoring
 P : sonor +/+  KU, VS, ESO, infus
 A : vesikuler +/+, wheezing -/-, - Planning Edukasi
rhonki +/+ Tirah baring
Jantung : Higienitas
 I : IC tidak terlihat Komsul kulit dan SpjP
 P : IC teraba Jawaban SpJP DVTc
 P : batas jantung melebar Lovenox 2x0.6 6 jam
 A : S1>S2 regular, Plafix 1x1
- Abdomen : Verapamil 3x1
 I : soefl, datar
 A : bising usus (+) normal
 P: nyeri tekan (-)
 P : timpani
- Ekstremitas :
 Edema ekstremitas (-)
 Akral hangat
 Capillary refill< 2 detik
 Bengkak kaki kanan, eflourosensi kulit
eritema berbatas tidak tegas, terdapat
bulae
\ S O A P

18 - Nyeri - GCS : E4V5M6 - DM tipe 2 - Planning diagnostik :


februa sangat - Tampak sakit sedang - DVT Dl
ri 2014 dikaki - Tanda vital : - GEA - Planning terapi :
kanan  TD : 120/70 mmHg o Infus Ringer Laktat 20
- Beberapa  N : 76 x/mnt tpm +heparin 10tpm
bulae  RR : 22 x/mnt o Injeksi sharox 2 x 1
mulai  S : 36˚C per axila o PRC 2 kolf
pecah  GDS 298 o Humulin R 1x4iu iv
- Sesak – - Kepala dan leher : o humulin N 6iu-0-6iu sc
- Batuk +  CA / SI : (-/-) / (-/-) o PO
- BAB 2x  Pembesaran KGB : (-) o Rantin 3x1
lembek - Thorax : o Gg 3x1
Paru : o Salbutamol 2x1
 I : simetris o L-bio 3x1
 P : simetris - Planning monitoring
 P : sonor +/+  KU, VS, ESO, infus
 A : vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki +/+ - Planning Edukasi
Tirah baring
Higienitas
Rujuk RS Sardjito
Jantung :
 I : IC tidak terlihat
 P : IC teraba
 P : batas jantung melebar
 A : S1>S2 regular,
- Abdomen :
 I : soefl, datar
 A : bising usus (+) normal
 P: nyeri tekan (-)
 P : timpani
- Ekstremitas :
 Edema ekstremitas (-)
 Akral hangat
 Capillary refill< 2 detik
 Bengkak kaki kanan, eflourosensi kulit eritema berbatas tidak tegas,
terdapat bulae
Tinjauan pustaka
HT DM

makrovaskular mikrovaskular

Cidera GD tinggi
vaskular

Konsentrasi Medium yang


darah baik utk bakteri
DVT berkembang
meningkat

Susah
melewati selulitis
pembuluh
darah kecil
DVT
• Definisi DVT
• kondisi dimana thrombus terbentuk pada
vena dalam (deep vein) yang diikuti oleh
reaksi inflamasi dinding pembuluh darah
dan jaringan disekitar vena.
• Patogenesis DVT
• Trias Virchow’s, yaitu: 1). Cedera Vaskuler
(kerusakan endothelial); 2). Stasis Vena;
3). Aktivasi koagulasi darah
(hiperkoagulabilitas).
Trias Virchow
Epidemiologi DVT

• DVT merupakan kelainan kardiovaskular tersering nomor tiga setelah


penyakit jantung koroner dan stroke.

Faktor Resiko DVT

• Berdasarkan konferensi ketujuh American College of Chest Physicians


(ACCP),

• Resiko rendah: Durasi operasi kurang dari 30 menit, umur lebih dari 40
tahun, perbaikan dari fraktur kecil.

• Resiko sedang: Umur 40 – 60 tahun, arthroscopy atau perbaikan


fraktur tunkai bagian bawah, penggunaan plaster cast post-operasi.

• Resiko tinggi: Umur lebih dari 60 tahun, atau umur 40 – 60 tahun


dengan adanya faktor resiko tambahan, immobilisasi lebih dari 4 hari

• Resiko sangat tinggi: Operasi arthroplastylutut dan panggul, operasi


fraktur panggul, operasi open fracture pada tungkai bawah, trauma
pada spinal cord, berbagai resiko tambahan (umur lebih dari 40 tahun,
sebelumnya ada riwayat mengalami DVT, kanker, dan
hypercoagulable state).
• Diagnosis
• Gejala dan tanda klinis DVT mungkin
asimtomatis atau pasien mengeluh nyeri,
bengkak, rasa berat, gatal atau varises vena
yang timbul mendadak.
• Nyeri dapat bertambah dengan meningkatnya
aktivitas atau jika berdiri dalam jangka waktu
lama.
• Karakteristik manifestasi DVT dapat berupa
tungkai bengkak unilateral, gambaran
eritrosianotik, dilatasi vena superficial, suhu
kulit meningkat atau nyeri tekan pada paha
atau betis.
• Kematian dapat terjadi bila thrombus vena
pecah dan membentuk emboli pulmoner yang
akan mengobstruksi arteri pada paru.
• .
• Pemeriksaan klinis tanda Homans dengan cara lutut dalam posisi fleksi, pergelangan
kaki didorsofleksikan dengan kuat. Bila pasien merasa nyeri pada daerah betis atau
poplitea, maka tanda Homans positif. Tanda ini tidak dapat di percaya, tanda ini dapat
negative walaupun DVT positif, dan dapat positif meskipun seluruh vena bebas dari
bekuan darah. Berbagai gangguan otot betis dapat berhubungan dengan tanda
Homans yang positif.

• Kecurigaan trombosis vena secara klinis harus dikonfirmasi dengan tes yang terdiri
dari pemeriksaan laboratories dan radiologis. Tes laboratories adalah Simplie-red D-
dimer. Konsentrasi plasma D-dimer merupakan hasil pencernaan fibrin oleh plasmin.
Kadarnya meningkat pada pasien thrombosis vena atau emboli pulmoner.
Pengukuran dilakukan dengan cara pengambilan darah dari jari tangan pasien
diperiksa secara ELISA atau dengan Simpli RED agent. Tes ini hasil sensitifitas 97%.
Tes D-dimer sering menghasilkan positif semu pada pasien pasca bedah atau
trauma. Pemeriksaan radiologis menggunakan Venous compression duplex
ultrasonography, merupakan teknik noninvasif yang memiliki sensitifitas 95% untuk
mendiagnosis DVT
Komplikasi DVT
• Komplikasi utama dari DVT adalah Pulmonary
Embolism(PE). PE muncul ditandai dengan dispnea, nyeri
dada pleuritik, batuk, takikardi, takipnea, ronki, sinkop dan
hipoksia.PE merupakan kondisi yang dapat mengancam
nyawa pasien. Post-phlebitic syndrome dapat terjadi
setelah deep vein thrombosis. Kaki yang terpengaruh
dapat menjadi bengkak dan nyeri secara kronis dengan
perubahan-perubahan warna kulit dan pembentukan
borok-borok (ulkus) disekitar kaki dan pergelangan
kaki.Untuk meminimalkan resiko fatal terjadinya emboli
paru diagnosis dan panatalaksanaan profilasis yang tepat
sangat diperlukan.
RISK GROUP Rekomendasi Profilkasis

Resiko Rendah Profilasis Mobilisasi Persisten

Operasi minor usia < 40 tahun; tidak ada tambahan faktor


resiko lainnya

Resiko Sedang LDUH (5,000 U bid)

Tidak ada operasi mayor pada pasien usia 40 sampai 60 atau


tahun, adanya tambahan faktor resiko
LMWH (≤ 3,400 U/qd)
Operasi mayor pada pasien usia < 40 tahun; tidak ada
tambahan faktor resiko lainnya

Resiko Lebih Tinggi LDUH (5,000 U tid) atau LMWH (> 3,400 U/d)

Tidak ada operasi mayor pada usia > 60 tahun atau adanya
tambahan faktor resiko

Operasi mayor pada pasien usia > 40 tahun, atau dengan


tambahan faktor resiko lainnya

Resiko Tinggi dan Faktor Resiko Multipel LDUH tid atau LMWH > 3,400 U/d, dengan GCS dan atau alat IPC

Resiko Perdarahan Tinggi GCS dan atau alat IPC di awal, sampai resiko perdarahan berkurang

Pasien Resiko Tinggi Pilihan Setelah LMWH

Contohnya, setelah operasi kanker


• 1.Heparin.

• diberikan secara parental, mekanisme kerjanya adalah meningkatkan efek antitrombin


III dalam menetralkan thrombin dan protease serum lainnya. Heparin dosis rendah di
berikan subkutan dengan dosis 5000 U. diberikan sebelum operasi dan setelah operasi
(setiap 8-12 jam). Cara ini merupakan pilihan bagi pasien sedang terhadap DVT. Dapat
menurunkan resiko DVT 50-70%.

• Warfarin

• Warfarin dosis sedang, efektif untuk mencegah DVT pada semua kategori resiko. Dapat
mulai diberikan 5 atau 10 mg malam sebelum operasi atau malam setelah operasi, efek
antikoagulan terukur baru dapat dicapai pada 3-4 hari pasca operasi, namum bila terapi
dimulai saat operasi atau sesaat setelah operasi maka warfarin masih efektif bagi
penderita resiko tinggi DVT, termasuk pasien fraktur tulang panggul. Lama profilaksis
menurut rekomendasi ACPP adalah minimal 7-10 hari. Regimen ini kurang
menyenangkan karena memerlukan monitoring laboratorium.

• 3.Low-dose Unfractionated Heparin (UFH)

• Diberikan secara subkutan 3 kali 3500 U sehari, dimulai sejak dua hari sebelum
operasi. Lebih efektif dari heparin dosis rendah bila diberikan pada pasien operasi
panggul elektif. Bila dibanding LMWH efektifnya lebih rendah dalam mencegah
thrombosis vena proksimal setelah operasi panggul. Membutuhkan monitoring
laboratorium yang teliti.
• 4.Low Molecular Weight heparin (LMWH)

• LMWH lebih efektif dibanding yang lainnya, sediaan ini juga lebih efektif mencegah
thrombosis vena proksimal setelah operasi panggul. Mekanisme kerjanya adalah
meningkatkan aktivitas efek antitrombin III, anti factor Xa dan anti factor IIa. Secara
subkutan, LMWH/enoxaparin diberikan sehingga profilaksi dengan dosis 40 mg satu
kali sehari, pada pasien yang menjalani pembedahan berisiko tinggi DVT. Dosis
pertama diberika 12 jam sebelum pebedahan dan dilanjutkan sehari sekali selama
tujuh hari. Selain tidak memerlukan pemantauan komplikasi pendarahan kecil terjadi.
Pada operasi orthopedic mayor, terapi LMWH/enoxaparin menurut adalah injeksi 40
mg secara sub kutan 12 jam sebelum pembedahan dan dilanjutkan sehari sekali
selama 12-14 hari. Sebaliknya Turpie memberika 30 mg LMWH/enoxaparin sub
kutab 12-14 jam sesudah pembedahan dan dilanjutkan 30 mg dua kali sehari 10-15
hari.

• 5.Obat antiplatelet

• Aspirin telah diteliti sebagai profilaksi terhadap DVT (dosis >100 mh/hari) dapat
menurunkan DVT proksimal dan distal sebesar 30-40% pada pasien pembedahan
general, orthopedi. Tetapi proteksinya lebih rendah dibandingkan antikoagulan.
Dextran yang merupakan polisakarida meningkatkan aliran mikrosirkulasi melalui
berbagai mekanisme dan mampu mencegah DVR. Reaksi alergi termasuk anafilaksi
(pada intra vena) dan mahal membatasi penggunaanya. Rekombinasi herudin,
hirugol dan argatroban adalah inhibitor thrombin langsung.
SELULITIS
• Faktor resiko yang menyebabkan terjadinya selulitis:
• Retakan atau pengelupasan pada kulit
• Riwayat penyakit pembuluh darah perifer
• Cedera atau trauma dengan luka terbuka
• Gigitan atau sengatan serangga
• Ulkus diabetik
• Pemakaian kortikosteroid atau obat penekan imun
• Luka dari operasi
• Higiene yang kurang
• .Etiologi
• Penyebaran orang ke orang
• Staphylococcus aureus grup A, B, C, dan G beta-hemolytic
streptococci, enterobacteriaceae, haemophilus influenzae, neisseria
meningitidis, pseudomonas aeruginosa.
• Bakteri spesifik lingkungan basah
• Aeromonas spp, Vibrio spp
• Bakteri spesifik berkaitan dengan tanah
• Clostridium spp
• Bakteri spesifik berkaitan dengan binatang
• Streptococcus iniae, Erysipelothrix rhusiopathiae, Basillus anthracis,
Pasteurella multocida
• Gejala Klinis
• Dalam beberapa kasus ada riwayat lesi seperti dermatitis,
stasis ulkus, luka tusukan, kateter perkutaneus, atau
trauma. Dengan adanya infeksi, pasien menjadi sering
merasakan nyeri tekan yang terlokalisasi disertai eritema
sistemik seperti demam, menggigil, dan malaise. Eritema
pada awalnya hanya pada tempat infeksi dan dengan
cepat menyebar. Nyeri tekan lokal semakin berat dan
sering dirasakan.
• Reaksi Lokal
• Lesi dengan batas tidak jelas
• Area selulitis nyeri, merah, dan hangat
• Jaringan mengeras
• Reaksi Sistemik
• Demam
• Malaise
• Menggigil
• Garis merah sepanjang jalur drainase limfatik
• Kelenjar getah bening membesar dan nyeri
• Penurunan kesadaran

• Erisipelas
• Dengan tidak adanya edema atau kelainan kulit lain yang mendasari,
erisipelas selalu dimulai pada wajah atau pada ekstremitas bawah,
ditandai dengan nyeri, erytema superfisial, dan plak edema dengan batas
tegas. Erisipelas fasial lebih jarang terjadi daripada erisipelas ekstremitas.
• Selulitis Akut
• Gejala selulitis akut banyak sama dengan erisipelas namun lebih dalam
ke jaringan subkutan. Ini dapat dibedakan dengan erisipelas dari batas
edema, bentuk lebih dalam, dan krepitasi pada palpasi.Selulitis pada
tungkai tiga kali lebih sering terjadi daripada selulitis pada lengan.
• Selulitis Luka Operasi
• Ini terbagi atas dangkal dan dalam. Luka luar melibatkan kulit, jaringan
subkutan, dan atau otot. Infeksi dalam melibatkan luka bedah yang
terkena selama prosedur bedah. Luka dianggap terinfeksi jika ada
drainase purulen dan peradangan. Gejala yang tampak adalah erytema,
nyeri, pembengkakan lokal, dan disertai demam.
• Selulitis akibat Gigitan Binatang
• Gigitan anjing dan kucing domestic dapat menimbulkan rasa yang sangat
nyeri dan selulitis nekrosis yang disebabkan Pasteurella multocida,
Capnocytophaga canimorsus, dan bakteri aerob anaerob lainnya yang
berasal dari mulut ataupun kulit binatang.
• Selulitis Gangren
• Infeksi jaringan ini khas karena berkembang dengan pesat, progresif,
nyeri yang berat, dan berkembang menjadi pembentukan bula dan
nekrosis.
• Selulitis Nekrotik
• Selulitis ini mengenai semua jaringan lunak, termasuk otot,
dapat membuat nyeri dan bersifat progresif, ini infeksi
yang sangat membahayakan. Gangren yang luas dari
jaringan superfisial dan lemak dapat dilihat dari inspeksi
kulit yang terbuka atau melalui insisi.
• Laboratorium dan Diagnostik
• 1. Hitung darah lengkap - ditemukan leukosit meningkat /
leukositosis
• 2. Kultur darah - didapatkan hasil positif
• 3. Kultur aspirat jaringan - didapatkan hasil positif
• 4. Antibiotik - bila diberikan ada perbaikan yang nyata
• Penatalaksanaan
• benzilpenisilin (1-2juta unit/4-6jam) intravena
• procaine penisilin (600,000 unit/12jam) intramuscular, atau
• penisilin V 500mg tiap 6 jam peroral
• Jika pasien alergi terhadap golongan penisilin maka dapat diberikan
cefazolin 1g per 8 jam atau eritromisin 12g per hari
• Diberikan kompres hangat pada daerah selulitis. Lokasi selulitis
ditinggikan dan di-imobilisasi. Asetaminofen diberikan seperlunya
untuk mengatasi demam dan nyeri. Selama 24 - 36 jam pemberian
antibiotik umumnya selulitis akan tampak membaik. Pemberian
antibiotik intravena dapat diganti menjadi oral bila gejala kemerahan,
hangat, dan pembengkakantelah berkurang secara nyata. Total
pemberian antibiotik kira-kira 10 - 14 hari. Insisi dan drainase dapat
dilakukan jika daerah itu menjadi supuratif.
• Pencegahan

• menjaga kebersihan tubuh


• mengatasi faktor-faktor predisposisi
• mengusahakan tidak terjadinya kerusakan kulit atau bila ada luka
walaupun kecil harus segera dirawat/diobati
• Prognosis
• Dalam menentukan prognosis, ini tergantung pada banyak variabel.
Status kesehatan dan kekebalan yang mendasari faktor predisposisi.
Diagnosis awal yang cepat dan penentuan bakteri penyebab dapat
disesuaikan dosis dan antibiotik yang digunakan.
TERAPI
• Infus Ringer Laktat
• Osmolaritas cairan mendekati serum, sehingga mudah untuk masuk ke
pembuluh darah dan lebih cepat menggantikan kehilangan cairan tubuh.
Kristaloid dengan mudah didistribusi ke cairan ekstraseluler, hanya sekitar
20% elektrolityang diberikan akan tinggal di ruang intravaskuler.
KomposisiNa (130 mEq/L), Cl (109 mEq/L), Ca (3 mEq), dan laktat (28
mEq/L). RL juga banyak dugunakan sebagai replacement therapy. Memiliki
resiko terjadinya overload, khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif
dan hipertensi.
• Lasix
• Komposisi :Furosemide.
• Indikasi :
• Tablet : edema jantung, ginjal dan hati, edema perifer karena obstruksi mekanis atau
insufisiensi vena dan hipertensi.
• Ampul : terapi tambahan pada edema pulmonal akut, digunakan jika ingin terjadi
diuresis lebih cepat dan tidak mungkin diberi oral.
• Kontraindikasi :Gagal ginjal akut dengan anuria, koma hepatik, hipokalemia,
hiponatremia dan hipovolemia.
• Efek samping :Gangguan pencernaan ringan, kehilangan Ca, K dan Na,
metabolic alkalosis, diabetes, syok anafilaktik, reaksi alergi.
• Dosis pemakaian :
• Dewasa : Tablet untuk edema 20-80 mg dosis tunggal dapat dinaikkan sampai 600
mg/hari. Ampul 20-40 mg iv/im.
• Anak : 1-2 mg/kgBB dosis tunggal maksimal 6 mg/kgBB.
• Sediaan :
• Tablet 40 mg. Ampul 20 mg/ 2 ml.
• Simvastatin
• Simvastatin merupakan obat yang menurunkan kadar kolesterol (hipolidemik) dan merupakan
hasil sintesa dari hasil fermentasi Aspergillus terreus. Secara invivo simvastatin akan
dihidrolisa menjadi metabolit aktif. Mekanisme kerja dari metabolit aktif tersebut adalah
dengan cara menghambat kerja 3-Hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A
reduktase), dimana enzim ini mengkatalisa perubahan HMG Co-A menjadi asam mevalonat
yang merupakan langkah awal dari sintesa kolesterol..
• Terapi dengan “lipid-altering agents” dapat dipertimbangkan penggunaannya pada individu
yang mengalami peningkatan resiko “artherosclerosis” vaskuler yang disebabkan oleh
hiperkolesterolemia.
• Terapi dengan “lipid-altering agents” merupakan penunjang pada diet ketat, bila respon
terhadap diet dan pengobatan non-farmakologi tunggal lainnya tidak memadai.
• Penyakit jantung koroner.
• Pada penderita dengan penyakit jantung koroner dan hiperkolesterolemia, simvastatin
diindikasikan untuk :
• Mengurangi resiko mortalitas total dengan mengurangi kematian akibat penyakit jantung
koroner.
• Mengurangi resiko infark miokardial non fatal.
• Mengurangi resiko pada pasien yang menjalani prosedur revaskularisasi miokardial.
• Hiperkolesterolemia.
Menurunkan kadar kolesterol total dan LDL pada penderita hiperkolesterolemia primer (Tipe
IIa dan IIb).
• Kontrtaindikasi
• Hipersensitif terhadap simvastatin atau komponen obat.
• Penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase serum yang menetap yang tidak jelas
penyebabnya.
• Wanita hamil dan menyusui.
• Dosis

• Pasien harus melakukan diet pengurangan kolesterol sebelum dan selama


pengobatan dengan simvastatin.

• Dosis awal yang dianjurkan 5-10 mg sehari sebagai dosis tunggal pada
malam hari. Dosis awal untuk pasien dengan hiperkolesterolemia ringan
sampai sedang 5 mg sehari. Pengaturan dosis dilakukan dengan interval
tidak kurang dari 4 minggu sampai maksimum 40 mg sehari sebagai dosis
tunggal malam hari. Lakukan pengukuran kadar lipid dengan interval tidak
kurang dari 4 minggu dan dosis disesuaikan dengan respon penderita.

• Pasien yang diobati dengan immunosupresan bersama HMG Co-A


reduktase inhibitor, agar diberikan dosis simvastatin terendah yang
dianjurkan.

• Bila kadar kolesterol LDL turun dibawah 75 mg/dl (1,94 mmol/l) atau kadar
total kolesterol plasma turun dibawah 140 mg/dl (3,6 mmol/l) maka perlu
dipertimbangkan pengurangan dosis simvastatin.
• Penderita gangguan fungsi ginjal : tidak diperlukan penyesuaian dosis, karena

simvastatin tidak diekskresikan melalui ginjal secara bermakna. Walaupun demikian,

hati-hati pemberian pada insufisiensi ginjal parah, dosis awal 5 mg sehari dan harus

dipantau ketat.

• Terapi bersama obat lain : simvastatin efektif diberikan dalam bentuk tunggal atau

bersamaan dengan “bile-acid sequestrants”.

• Efek samping

• Abdominal pain, konstipasi, flatulens, astenia, sakit kepala, miopati, rabdomiolisis.

Pada kasus tertentu terjadi angioneurotik edema.

• Efek samping lain yang pernah dilaporkan pada golongan obat ini :

• Neurologi : disfungsi saraf cranial tertentu, tremor, pusing, vertigo, hilang

ingatan, parestesia, neuropati perifer, kelumpuhan saraf periferal.

• Reaksi hipersensitif : anafilaksis, angioedema, trombositopenia, leukopenia,

anemia hemolitik.

• Gastrointestinal : anoreksia, muntah.

• Kulit : alopecia, pruritus.

• Reproduksi : ginekomastia, kehilangan libido, disfungsi ereksi.

• Mata : mempercepat katarak, optalmoplegia.


• Cilostazole
• Cilostazol adalah sebuah inhibitor phosphodiesterasetipe 3.
Cilostazol bekerja dengan cara memperlebar arteri yang
menyuplai darah ke kaki. Obat ini juga mengurangi
kemampuan platelet (partikel dalam darah yang
menyebabkan penggumpalan darah) untuk melekat.

Indikasi:
Untuk mengobati gejalaclaudication intermiten (nyeri, kram,
mati rasa, kelemahan di kaki, pinggul, paha, atau bokong)
yang mungkin terjadi setelah berjalan.
Dosis:
Pencegahan sekunder: 100 mg melalui mulut (per oral), 2
kali sehari
Efek Samping:
• Efek GI (N/V, diare); Efek CV (palpitasi); Efek dermatologis
(ruam); Efek lainnya (kepeningan, sakit kepala, kulit
kemerahan dan terasa panas)
Instruksi Khusus:
• Berkontraindikasi pada pasien dengan perdarahan aktif,
kehamilan dan gagal jantung kongestif (CHF).
• Gunakan dengan hati-hati pada pasien yang menggunakan
obat antikoagulant, antiplatelet dan trombolitik.
• Gunakan dengan hati-hati pada pasien kerusakan hati
• Plafix adalah obat golongan thienopyridine .

• Plavix bekerja dengan cara menghambat reseptor P2Y12yang berperan dalam proses

aktivasi koagulasi.

• Efek samping Plavix yang dapat terjadi adalah:Mimisan, BAK merah, Batuk darah,

Mudah lebam,Perdarahan saluran cerna, Gatal

• Efek samping diwaspadai adalahperdarahan saluran cerna. Keluhan yang mungkin

terjadi adalah muntah seperti bubuk kopi, BAB hitam lengket . Untuk mengurangi risiko

terjadinya perdarahan, plavix sebaiknya dihentikan minimal 5 hari sebelum menjalani

tindakan. Namun di pihak lain, terjadi peningkatan risiko kecelakaan kardiovaskular bila

plavix dihentikan.

• Saat mengambil Plavix, jangan mengkonsumsi aspirin atau obat golongan NSAID lain

(non-steroid anti-inflammatory drugs) . NSAID akan meningkatkan risiko terjadinya

perdarahan saluran cerna

• Pada beberapa keadaan, penggunaan plavix perlu diwaspadai karena terdapat risiko

yang tidak seimbang dengan manfaatnya, seperti:

• Gangguan pembekuan perdarahan atau darah, seperti TTP (trombotik purpura)

atau hemofilia, Riwayat stroke, termasuk TIA, Ulkus lambung atau kolitis ulseratif,

Penyakit ginjal.

• Plavix tidak membahayakan janin

• mencapai konsentrasi maksimal setelah 1 jam dalam darah. Plavix dapat diminum

sebelum maupun sesudah makan


• Venosmil
• Indikasi : Varises, Insufisiensi vena, hemoroid.
• Kandungan : Hidrosmin (suatu derivate
diosmin) 200 mg/ kap, 2 % / gel.
• Perhatian : Wanita Hamil & Menyusui dilarang
minum
• Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap
obat ini atau komponennya. Asma atau alergi
terhadap aspirin.
• Efek Samping : Saluran cerna, nyeri lambung,
mual, kulit, erupsi kulit, gatal, system saraf,
sakit kepala, sakit pada tubuh.
• Kemasan : Botol 20 kap 200 mg, Tube gel 60
gel.
• Dosis :
Insufisiensi vena konik sehari 3 X 1 kap,
Hemoroid akut / kronik sehari 3 X 2 kap selama
1-2 minggu.
• TARONTAL/TARONTAL 400
• Komposisi Pentoxifyline
• Indikasi Drag Ggn sirkulasi serebral, iskemik & pasca
apopleksi. Ggn sirkulasi okuler. Drag 400/amp.
Serangan jantung iskemik sementara, stroke. Peny
oklusi arteri perifier & ggn sirkulasi arteroklerosis
• Perhatian:Glaukoma sudut sempit, retensi urin,
hipertrofi prostat. Dpt mempengaruhi kemampuan
mengemudi/ menjalankan mesin.
• Efek Samping:Ggn GI, pusing, sakit kepala,
kemerahan muka; angina, palpitasi. Aritmia jantung,
hepatitis, ikterus, diskrasia darah.
• Kemasan:Drag 100 mg x 10 x 10). Amp 100 mg/5 mL
x 5 mL x 15 mL x 4 Drag 400 400 mg x 10 x 10
• Dosis-Dewasa:Drag 100 mg 1-2 drag 3x/hr. Drag 400
mg 2-3 drag/hr. Amp 1 amp scr IV lambat.

• Lovenox (Enoxaparin NA)
• Indikasi
• Terapi angina tak stabil dan infark miokard
gelombang non-Q jika diberikan bersama asetosal.
• Kontra-indikasi
• Riwayat trombositopenia selama terapi dengan
enoksaparin.Kecenderungan perdarahan, lesi organic
yang cenderung berdarah, endokarditis bacterial akut,
gangguan pembekuan darah mayor, ulkus GI akut.
• Bentuk sediaan: Syringe 20 mg/0,2 mL, 40 mg/0,4
mL, 60 mg/0,6 mL.
• Dosis
• terapi untuk angina tak stabil dan infark miokard non
Q wave : 1 mg/kg SK tiap 12 jam diberikan bersama
asetosal oral 100-325 mg 1x/hari. Terapi harus
diberikan minimal 2 hari s/d keadaan klinis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai