Kelompok 2: Rizky Putri Ramadhany Sumardi Syifa Najla’ Agdhiani ENTEROBIASIS
Etiologi Enterobiasis disebabkan oleh Enterobius
vermicularis yang dahulunya bernama Oxyuris vermicularis (Cacing Kremi).
• Klasifikasi:
• Kingdom: Animalia
• Phylum: Nematoda
• Class: Secernentea
• Ordo: Oxyurida
• Family: Oxyuridae
• Genus: Enterobius
• Spesies: Enterobius vermicularis
1. Telur berada di daerah anus menimbulkan rasa gatal SIKLUS 2. Self-infection terjadi akibat HIDUP menggaruk daerah anus kemudian memasukkan telur kedalam mulut. Penularan person to person dapat terjadi jika orang tsb memegang pakaian dan seprai yang terkontaminasi atau menghirup debu yang terkontaminasi telur 3. Telur menetas menjadi larva di usus besar 4. Larva berkembang menjadi cacing dewasa di lumen 5. Cacing dewasa betina bermigrasi ke daerah perianal (anus) dan mengeluarkan telur EPIDEMIOLOGI DAN PREDILEKSI • Penyebaran infeksi enterobiasis melalui tangan, pakaian dan debu (udara). Orang yang paling sering terinfeksi cacing kremi adalah anak-anak dibawah usia 18 tahun. Manusia merupakan satu-satunya hospes Oxyuris vermicularis. • Pada malam hari, cacing dewasa betina bermigrasi ke daerah sekitar anus untuk bertelur. Telur akan terdeposit di sekitar area ini dan akan menyebabkan rasa gatal di sekitar anus (pruritus ani nokturnal). Apabila digaruk maka penularan dapat terjadi dari kuku jari tangan ke mulut (self-infection). Telur menetas di usus halus, selanjutnya larva akan bermigrasi kedaerah sekitar anus kemudian larva akan menetap sampai dewasa (predileksi). PREVALENSI
• Di Indonesia, prevalensi enterobiasis yaitu sebesar 3% - 80% pada berbagai golongan
manusia, dengan kelompok usia terbanyak yang terinfeksi adalah kelompok usia antara 5- 9 tahun • Di daerah Jakarta Timur bahwa sebanyak 46 anak (54,1%) menderita enterobiasis dari 85 anak yang diperiksa (Sutanto, 2010) • Di SDN Pondokrejo 4 Jember dari 66 sampel yang terdiri dari 37 laki-laki dan 29 perempuan didapatkan yang positif enterobiasis 56,76% pada laki-laki dan 44,83% pada perempuan (Satriyo, 2011) • Di Mangunharjo, Semarang terdapat 32,2% kasus enterobiasis, 32,9% (23 siswa) dari kelompok status ekonomi kurang dan sedang, dan pada 29,4% (5 siswa) dari kelompok status ekonomi tinggi (Widayanti, 2008) • Di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kota Padang didapatkan 11,8% balita mengalami enterobiasis (Zulinasari, 2016) PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS
• Gejala ditandai dengan rasa gatal disekitar anus
diikuti dengan gangguan kurang tidur • Penurunan berat badan dan penurunan nafsu makan • Pruritus ani (iritasi disekitar anus) PENCEGAHAN
• Membersihkan kamar mandi secara rutin
• Mengganti sprei, sarung bantal dan guling 1x sebulan • Menjaga kuku tetap pendek dan tidak menggigit kuku • Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah dari kamar mandi • Hati-hati dalam memegang pakaian yang telah dipakai PENGOBATAN Mengonsumsi obat yang dapat menghambat pembentukan mikrotubulus cacing dan diminum selama 2 minggu: • Mebendazole dosis 100 mg • Pyrantel pamoate dosis 10 mg • Albendazole dosis 400 mg FILARIASIS Cacing Filaria (microfilaria) Wuchereria bancrofti; Brugia malayi; Brugia timori Bersifat menahun (kronis) Dapat menimbulkan cacat permanen jika tidak ditangani Kaki membesar, lengan maupun alat kelamin
PDSE Kemkes (2010)
Kemkes (2015) World Health Organization(2013) Vektor • Culex quiquefasatus Wilayah perkotaan • Anopheles, Aedes Wilayah pedesaan
Didalam nyamuk pertumbuhan nya kurang lebih 2
minggu. Setelah menginjeksi manusia pertumbuhannya kurang lebih 7 bulan. Stadium Infektif • Berupa larva infektif yang disebut mikrofilaria • Panjang tubuh 200-250 mikro Diagnosis dari infeksi larva dapat • Lebar tubuh 5-7 mikro mengakibatkan hospes akan terjadi • Memiliki sarung berupa membrane penyumbatan pada embuluh darah dan polycarbonate semakin lama dapat mengakibatkan fibrosis dan kalsifikasi pembuluh darah. Gejala awal yang terlihat terjadi pada saat malam hari antara pukul 10 sampai Atlas of Medical Helminthology and Protozoology (2001) 2 pagi dan menimbulkan deman pada Kemkes (2015) hospes. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2015) Word Health Organization (2014)