Anda di halaman 1dari 15

Plasenta previa

Defenisi
Plasenta previa adalah plasenta ada didepan jalan lahir (prae =didepan ;
vias: jalan ). Jadi yang di maksud adalah plasenta yang implantasinya
tidak normal ialah rendah sekali sehingga menutupi seluruh atau
sebaian ostium internum. Implantasi plasenta yang normal adalah pada
dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri.
(winknjosastro, 1999).

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen


bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau
sebagian dari ostrium uteri interernum
Klasifikasi

Plasenta Plasenta
Plasenta Plasenta
previa previa letak
previa totalis previa parialis
marginalis rendah
Penyebab dan Faktor Resiko
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa (Mochtar,
2002), antara lain :

1. Umur
2. Hipoplasia endometrium
3. Korpus luteum bereaksi lambat
4. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
5. Endometrium cacat, seksio cesarea, kuretase, dan manual plasenta
6. Riwayat plasenta previa sebelumnya.
Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen
bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana
diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian dari
desidua basalis yang tumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya
isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang
berimplantasi di situ sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat
pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada waktu
serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian dari
tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi
perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan
intersilus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah
rahim tersebut maka perdarahan pada plasenta previa berapapun pasti akan
terjadi
Gambaran Klinis
Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar
melalui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir
trismester kedua keatas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan
berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas
setelah beberapa waktu kemudian, jadi berulang.
Komplikasi
Komplikasi pada ibu:
• Dapat terjadi anemia bahkan syok
• Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh
• Infeksi karena perdarahan yang banyak.

Komplikasi pada janin :


• Kelainan letak janin
• Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
• Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian.
Pemeriksaan Diagnostik

• USG
• Pemeriksaan dalam
• Pemeriksaan darah
• Sinar X
• Pemeriksaan vaginal
Penatalaksanaan

Menurut Mose (2004) penatalaksanaan pada plasenta previa dapat dibagi


dalam 2 golongan, yaitu:
• Ekspektatif, dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan
hidup di dunia masih ada. Sikap ekspektasi tertentu hanya dapat
dibenarkan jika keadaan ibu baik dan perdarahannya sudah berhenti atau
sedikit sekali. Dahulu ada anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta
previa harus segera diakhiri untuk menghindari perdarahan yang fatal.

• Terminasi, dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan sebelum


terjadi perdarahan yang dapat menimbulkan kematian, misalnya:
kehamilan telah cukup bulan, perdarahan banyak, dan anak telah
meninggal. Terminasi ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

1. Cara vaginal
2. Secsio sesarea
Tinjauan Kasus
Ny,A, 37 tahun, dibawa ke RS oleh suaminya dengan keluhan pendarahan
banyak namun tidak mengalami nyeri saat pendarahan terjadi, status
obstersi G3P2A0H20 mg, klien mengatakan pendarahan mulai terjadi
seminggu yang lalu dan berulang-ulang dan tidak mengalami nyeri sama
sekali. Pendarahan semakin banyak apabila dibawa beraktivitas ataupun
berjalan, pendarahan berkurang. Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat
penyakit tertentu. Klien mengatakan ini adalah kehamilan ketiga nya, pada
kehamilan pertama, klien melahirkan dengan normal, dan pada kehamilan ke
dua, klien melahirkan dengan Secsio Cesarea. Keadaan umum pasie yaitu
lemas dan terjadi syok hivopolemik, tugor kulit menurun, conjungtiva
anemis/ tampat pucat, adanya pendarahan pervagina dan mukosa bibir
kering. Kesadaran klien samnolen. TTV nya yaitu: TD: 90/70, N: 120x/
mnt .
Analisa Data
NO Kelompok Data Etiologi masalah
1 Ds: Segmen bawah uterus 1. Kurangny

Pasien mengatakan mengalami melebar dan menipis a volume

perdarahan pervaginam berwarna merah   cairan

segar, ganti pembalut 3-5x dalam sehari Servik membuka 2. Gangguan

dan pembalut terisi penuh.   Perfusi

  Terlepasnya plasenta dari jaringan

Do: dinding uterus

Ø KU : lemah  

Ø Kesadaran : somnolen Sinus uterus terobek

Ø Turgor kulit menurun, mata cowong,  

konjungtiva dan sclera anemis. Ketidakmampuan serabut

Ø Adanya perdarahan merah segar. otot segmen bawah uterus

Ø Mukosa bibir kering  

Ø TTV Perdarahan hebat

TD: 90/70 mmHg  


Diagnosa
1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya
cairan (perdarahan) yang berlebihan
2. Gangguan perfusi jaringan pada janin sehubungan dengan
adanya perdarahan
Intervensi
Kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan
(perdarahan) yang berlebihan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam
volume cairan adekuat

1. BHSP
2. Observasi TTV
3. Catat intek dan out put
4. Kaji dan catat jumlah dan bentuk pendarahan yang hilang.
5. Anjurkan pasien bedtres total/ tidak beraktivitas
6. Anjurkan banyak minum
7. Kaji adanya syok, warna membrane mukosa dan kulit.
8. Monitor pergerakan uterus, janin dan kelembutan abdomen dengan
menggunakan USG maupun manual/ dengan menggunakan tangan.
9. Hindari pemeriksaan rectal/ vagina (menggunakan speculum yang
terlalu dalam serta pemeriksaan VT).
10. Monitor intake/output, kaji berat jenis urin tiap jam.
11. Kolaborasi dengan tim lab untuk pemeriksaan darah lengkap
12. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan intra vena,
plasma, darah utuh (transfuse darah)
Intervensi
Gangguan perfusi jaringan pada janin sehubungan dengan
adanya perdarahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam
perfusi jaringan adekuat.

1. Mengobservasi TTV
2. Kaji dan catat denyut jantung janin, catat takikardi/ bradikardi,
catat perubahan aktivitas janin (hipoaktivitas/ hiperaktivitas).
3. Catat perdarahan ibu dan kontraksi uterus, umur kehamilan dan
tinggi fundus.
4. Anjurkan bedtrs dengan posisi lateral kiri.
5. Kolaborasi pemberian suplemenoksigen pada ibu.
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian pergantian cairan
yang hilang.
7. kolaborasi dalam pemeriksaan USG
Kesimpulan
Pada kasus dapat dikaitkan pada konsep penyakit yaitu klien mengatakan bahwa
banyak darah yang keluar dari vaginanya tapi tidak merasakan nyeri. Ini sesuai
dengan gejala/ gambaran klinis pada konsep dasar dimana gejala yang paling
menonjol yaitu terjadi pendarahan yang banyak pada ibu hamil namun tidak
merasakan nyeri.
Pada kasus diatas jga menyebutkan dalam pengkajian bahwa ny A berumur 37 th,
dan ny A jga mengatakan bahwa ia tidak mempunyai riwayat penyakit tertentu
dalam keluarga, serta dari riwayat kehamilan sebelumnya, klien tidak pernah
mengalami plasenta previa namun pernah melakukan SC. Dalam kasus ini, factor
resiko yang menyebabkan klien mengalami plasenta previa adalah umur dan
riwayat secsio cesarean. Apabila usia ibu hamil >35tahun, maka akan
meningkatkan resiko plasenta previa karena kondisi badannya serta
kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra
uterine. Pada wanita yang pernah menjalani operasi sesar sebelumnya. Salah satu
faktor resiko plasenta previa disini yaitu riwayat sc, dimana saat kehamilan yang
sebelumnya menjalani operasi sesar, maka bagian dinding uterus telah diinsisi
maka untuk kehamilan selanjutnya tidak menutup kemungkinan plasenta
menempel dibagian bawah uterus.

Anda mungkin juga menyukai