Anda di halaman 1dari 20

EYD

BAHASA INDONESIA
Oleh
M. Zubad Nurul Yaqin, M.Pd
3 Pedoman EYD

1. Penulisan huruf
2. Penulisan kata
3. Tanda baca
1. Penulisan
Huruf kapital, untuk:
huruf
a. Awal kalimat.
b. Petikan langsung.
c. Hal keagamaan, kitab suci, nama tuhan (termasuk kata gantinya).
d. Nama diri dan gelar (kehormatan, keturunan, keagamaan yang diikuti
nama orang).
e. Nama bangsa, suku, dan bahasa.
f. Nama khas dan geografi.
g. Nama resmi badan, lembaga pemerintahan/kenegaraan, dan dokumen
resmi.
h. Kata utama dalam buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan.
i. Singkatan nama gelar dan sapaan.
Huruf miring, untuk:
a. Menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
karangan.
b. Menegaskan/mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok
kata.
c. Menulis istilah ilmiah/ungkapan asing, kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya.
2.Penulisan
kata
a. Kata dasar, ditulis sebagai satu kesatuan.
Dia tidak suka marah.

b. Kata turunan
- Imbuhan, ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
- Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mendahului atau mengikutinya kalau bentuk dasarnya
berupa kata gabung.
- Kalau bentuk dasarnya berupa kata gabung dan sekaligus
mendapat awalan dan akhiran, maka kata itu ditulis serangkai.
Contoh: mengedepankan.
- Kalau salah satu unsur kata hanya dipakai dalam kombinasi,
maka gabungan itu ditulis serangkai. Contoh: antarkota,
mahasantri, prasangka.
c. Kata ulang
Ditulis lengkap dengan menggunakan tanda gabung (-).

d. Gabungan kata
 Kata majemuk (termasuk istilah khusus) ditulis terpisah.

 Gabungan kata (termasuk istilah khusus) yang mungkin


menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk
menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh: alat pandang-dengar.

 Gabungan kata yang sudah dianggap satu kata ditulis serangkai.


Contoh: apabila, barangkali.
e. Kata ganti (ku, mu, nya) ditulis serangkai dengan kata yang mendahului atau
yang mengikuti.

f. Kata depan (di, ke, dari) ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali
yang sudah dianggap sebagai satu kesatuan, seperti: kepada dan daripada.

g. Kata sandang (si, sang) ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

h. Partikel
 lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
 pun ditulis terpisah dari kata yang mendahului, kecuali yang sudah
dianggap padu (adapun, bagaimanapun, maupun, biarpun, walaupun dsb).
 per yang berarti mula, demi, dan tiap ditulis terpisah
i. Angka dan lambang bilangan
 Digunakan untuk menyatakan lambang bilangan nomor.

 Digunakan untuk menyatakan: ukuran panjang (3 meter kain),


berat (10 kilogram), isi (2 liter), satuan waktu (pukul 12.30), dan
nilai uang (Rp. 10.000,00).

 Penulisan lambang bilangan dengan huruf, adalah: 11 (sebelas),


2/3 (dua pertiga), 112 (seratus dua belas), 1/10 (satu
persepuluh).

 Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara:


bab III, bab ke-3, bab ketiga

 Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran -an dilakukan


dengan cara: tahun 60-an (tahun enam puluhan)

 Di dalam dokumen resmi (akta dan kuitansi), bilangan perlu


ditulis dengan kata dan huruf sekaligus dalam teks. Contoh:
telah terima uang sebesar Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah)
3. Pemakaian tanda baca

a. Tanda titik (.)


- Mengakhiri kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

- Dibelakang angka/huruf dalam bagan, ikhtisar, atau daftar.

- Memisahkan jam, menit, dan detik

- Diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak diakhiri tanda (?), (!), dan
tempat terbit dalam daftar pustaka.
 Memisahkan bilangan ribuan/kelipatannya yang menunjukkan
jumlah.
Contoh: yang datang 24.200 orang.

 Tidak digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan/kelipatannya


yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh: Ia lahir 6 Juni 2007 di Malang.

 Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan


atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

 Tidak dipakai di belakang alamat pengirim, tanggal surat, atau


nama dan alamat penerima surat.
b. Tanda koma (,)
 Dipakai antara unsur-unsur dalam suatu perincian/pembilangan.

 Memisahkan kalimat setara, dimana kalimat setara berikutnya diawali


kata tetapi atau melainkan.

 Dipakai apabila anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

 Memisahkan anak kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk


kalimatnya.
Contoh: saya tidak akan datang, kalau hari hujan.

 Dipakai dibelakang ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat


pada awal kalimat,
c. Tanda titik koma (;)
 Dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara.
Contoh: matahari hampir terbenam; sinarnya yang kemerah-
merahan memantul di atas permukaan laut; indah sekali
pemandangan ketika itu.

 Memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk


sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: sore itu kami sekeluarga sibuk dengan pekerjaan kami
masing-masing. Ayah sedang membaca koran; ibu
menjahit baju; saya asyik membersihkan taman.
d. Tanda titik dua (:)
 Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Contoh: ketua: Ahmad Wijaya, dan seterusnya.

 Dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat
dalam kitab suci, di antara judul dan subjudul, serta nama kata dan
penerbit buku acuan.
Contoh: Tempo, I (1971), 34: 7, surat Yasin: 9, karangan Ali
Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah
terbit.
e. Tanda hubung (-)
 Dipakai merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan

huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan an-, singkatan berhuruf
kapital dengan imbuhan atau kata, dan nama jabatan rangkap.
Contoh: se-Indonesia, hadiah ke-2, tahun 50-an, Menteri-
Sekretaris Negara, sinar-X, hari-H, mem-PHK-kan, dsb.

 Dipakai merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa


asing. Contoh: di-smash.

f. Tanda pisah (– )
 Dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ”sampai ke” atau

”sampai dengan”.
Contoh: 1910–1945, tanggal 15–10 April 1970.
Catatan: tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung
tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
g. Tanda elipsis (...)
 Menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
hilang.

h. Tanda kurung ( )
 Dipakai mengapit tambahan keterangan/penjelasan.

Contoh: dalam buku KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) Bab II


pasal 10.
 Dipakai mengapit keterangan/penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan.
Contoh: buku roman Salah Asuhan (Sebuah Puncak Karya
Sastra Angkatan 20-an) dikarang oleh Abdul Muis

i. Tanda tanya (?)


 Dipakai pada akhir kalimat tanya.
j. Tanda seru (!)
Dipakai sesudah ungkapan/pernyataan berupa seruan/perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.

k. Tanda kurung siku ([...])


Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

l. Tanda petik (”...”)


Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
m. Tanda petik tuggal (’...’)
Mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh: Mastery Learning ’belajar tuntas’

n. Tanda garis miring (/)


Dipakai dalam nomor surat, nomor alamat, dan penandaan masa satu
tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh: No. 7/PK/1973, Jalan Kramat III/10, Tahun Anggaran
1985/1986

o. Tanda penyingkat atau apostrof (’)


Menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh: malam ’lah tiba (’lah = telah), 1 Januari ’88 (’88 = 1988)
Prinsip-prinsip umum pemakaian ejaan:

1. Tanda (?), (.), (;), (:), dan (!), ditulis rapat (tanpa spasi) dengan huruf akhir
dari kata yang mendahului.

2. Setelah tanda (?), (.), (;), (:), dan (!), harus ada satu spasi kosong.

3. Tanda petik ganda (”...”), petik tunggal (’...’) kurung () diketik rapat dengan
kata, frase, kalimat yang diapit.

4. Tanda hubung (-), tanda pisah (–), garis miring (/) diketik rapat dengan huruf
yang mendahului dan yang mengikutinya.
5. Tanda hitungan: (=), (+), (-), (x), (:), lebih kecil (<), lebih besar (>)
ditulis jarak 1 spasi dengan huruf yang mendahului dan yang
mengikutinya.

6. Penulisan jarak antarkata berspasi tunggal. Tepi kanan teks tidak


harus rata, oleh karena itu kata pada akhir baris tidak harus
dipotong. Jika mau menggunakan format rata kanan dan rata kiri,
maka harus dilakukan dengan cara memotong kata yang berada di
akhir baris.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai