Anda di halaman 1dari 41

Referensi : “Prinsip-prinsip Kimia Modern”

Penulis : Oxtoby, Gillis, Nachtrieb


 Eksperimen kinetik mengukur laju
berdasarkan perubahan konsentrasi zat
yang mengambil bagian dari reaksi kimia
dari waktu ke waktu
 Karena reaksinya berjalan sangat cepat,
dibutuhkan metode khusus pengukuran
konsentrasi pada rentang waktu tertentu
 Metodenya menggunakan penyerapan
panjang gelombang cahaya
 perubahan konsentrasi
Laju reaksi rerata =
perubahan waktu
 [NO]t+∆t – [NO]t d[NO]
Laju sesaat = limit ∆t→0 = ∆t
= dt
 Laju sesaat pada saat awal (t = 0) disebut laju awal
reaksi. Lihat gambar 13.3
 Laju reaksi merupakan laju yang diperoleh dari
perubahan konsentrasi produk dibagi dengan
koefisien spesies tersebut dalam persamaan kimia
yang balans
aA + bB cC + dD
1 d[A] 1 d[B] 1 d[C] 1 d[D]
laju = - =- = =
a dt b dt c dt d dt
 Perhitungan pada reaksi spontan
 Magnitudo reaksi dari kiri ke kanan,
sampai terbentuknya produk
 Laju ke kiri diabaikan karena umumnya
reaksi dimulai dari reaktan murni, sehingga
konsentrasi reaktan jauh lebih tinggi
dibandingkan produknya (t = 0)
 Hubungan antara laju reaksi dan konsentrasi
disebut rumus laju atau hukum laju
 Tetapan laju tidak bergantung pada
konsentrasi, tetapi pada suhu
aA produk
 Untuk reaksi dengan reaktan tunggal, laju
berbanding lurus dengan konsentrasi reaktan
tersebut dipangkatkan
 Laju = k[A]n
 Pangkat yang diberikan pada konsentrasi
disebut orde reaksi untuk reaktan yang
bersangkutan.
 orde reaksi keseluruhan merupakan jumlah
pangkat semua spesies yang muncul dalam
persamaan laju untuk suatu reaksi
 Orde reaksi tidak selalu harus berupa
bilangan bulat; pangkat pecahan kadang
dijumpai
 Orde reaksi merupakan hasil dari eksperimen
dan tidak dapat diperkirakan dari bentuk
persamaan kimianya
 Beberapa proses termasuk orde nol untuk
jangkauan konsentrasi tertentu. Karena [A]0 =
1, maka laju reaksinya tidak bergantung pada
konsentrasi
 Laju = k (kinetika orde nol)
 Banyak laju bergantung pada konsentrasi dua
atau lebih unsur kimia yang berbeda. Hukum
lajunya dapat ditulis
1 d[A] m n
laju = - = k[A] [B]
a dt
 Orde reaksi keseluruhan = m+n+……….
 Hukum laju terintegrasi merupakan salah
satu menentukan perubahan konsentrasi
 Hukum laju terintegrasi menyatakan
konsentrasi suatu unsur langsung sebagai
fungsi unsur waktu.
 Untuk hukum laju tertentu yang sederhana,
hukum laju terintegrasinya dapat diperoleh
 Contoh orde reaksi pertama dan kedua
 Rumus laju reaksi orde pertama
dc
= - kc
dt
 Perhitungan jumlah konsentrasi pada
waktu tertentu
ln c = ln c0 – kt
c = c0e-kt
 Perhitungan waktu paruh
ln 2 0,6931
t½ = =
k k
 k memiliki dimensi detik-1 dan waktu paruh
memiliki dimensi detik
 Grafik antara ln c vs waktu menghasilkan
garis yang lurus. Lerengnya = -k dan c0
perpotongan dengan sumbu x
 Perhitungan laju
dc 2
= - 2kc
dt
 Perhitungan konsentrasi pada waktu t
1 1
= + 2 kt
c c0
 Jika 1/c dan t dibuat grafik, maka
lerengnya adalah 2k dan perpotongan
dengan sumbu x merupakan 1/c0
 Konsep waktu paruh kurang berguna untuk
reaksi orde kedua.
1
t1/2 =
2kc0
 Kebanyakan reaksi tersusun atas banyak
langkah
 Setiap langkah disebut reaksi elementer
 Diakibatkan oleh tumbukan atom, ion atau
molekul
 Laju reaksi elementer berbanding langsung
dengan hasil kali konsentrasi unsur-unsur yang
bereaksi, masing-masing dipangkatkan koefisien
dalam persamaan elementer yang balans
 Reaksi uni molekuler
N 2O 5 NO2 + NO3
laju = k [N2O5]
 Reaksi bimolekuler
NO(g) + O3(g) NO2(g) + O2(g)
Laju = k [NO] [O3]
 Frekuensi tumbukan molekul NO dengan
molekul ozon berbanding lurus dengan
konsentrasi ozon
 Reaksi termolekuler sangat jarang terjadi,
dimana tiga molekul bertumbukan secara
bersamaan kemungkinan terjadinya
tumbukan frekuensinya sangat kecil
 Reaksi elementer yang melibatkan empat
atau lebih belum diketahui.
 Mekanisme reaksi merupakan perincian
serangkaian reaksi elementer, dengan laju yang
digabungkan untuk menghasilkan reaksi
keseluruhan
 Laju reaksi digunakan untuk untuk memilih
mekanisme yang dapat diterima
NO2 + NO2 NO3 + NO (lambat)
NO3 + CO NO2 + CO2 (cepat)
2 NO2 + NO3 + CO NO3 + NO + NO2 + CO2
NO2 + CO NO + CO2
 Zat antara (intermediate), disini NO3, ialah
unsur kimia yang terbentuk dan
dikonsumsi dalam reaksi tetapi tidak
muncul dalam persamaan kimia balans
secara keseluruhan
 Zat antara berumur pendek sehingga
sukar dideteksi secara langsung
 Hubungan Laju dan kesetimbangan kimia
berupa hasil kali tetapan laju ke kanan untuk
reaksi elementer dibagi dengan hasil kali
tetapan laju untuk reaksi kebalikan selalu
sama dengan tetapan kesetimbangan reaksi
keseluruhan
k1
NO + NO N2O2
k-1
k2
N2O2 + H2 N 2O + H 2O
k-2
k3
N 2O + H 2 N 2 + H 2O
k-3
k1 [NO]2 = k-1 [N2O2]
k2 [N2O2] [H2] = k-2 [N2O] [H2O]
k3 [N2O] [H2] = k-3 [N2] [H2O]
k1
K1 =
k-1
k2
K2 =
k-2
k3
K3 =
k-3
k1k2k3
K = K1K2K3 =
k-1k-2k-3
 Laju reaksi elementer ditentukan oleh laju
reaksi yang paling lambat
 Disebut sebagai langkah penentu laju
 Mekanisme yang langkah penentu laju
terjadi setelah satu atau beberapa langkah
sering dicirikan oleh orde reaksi lebih dari
2, oleh reaksi nonintegral, atau oleh
ketergantungan pada kebalikan
konsentrasisalah satu unsur yang
mengambil bagian dalam reaksi itu
2 NO + O2 2NO2
Laju = kobs [NO]2 [O2]
 Persamaan diatas diturunkan dari
NO + NO N2O2 kesetimbangan cepat
N2O2 + O2 2 NO2 lambat
 Maka laju = k2 [N2O2] [O2] karena k2 < k1
 Karena [N2O2] = K1 [NO]2 maka
laju = k2K1[NO]2[O2]
 Sehingga hubungan kobs = k2K1
 Reaksi rantai merupakan reaksi yang
berlangsung lewat serangkaian langkah
elementer, beberapa di antaranya terjadi
beruleng-ulang.
 Terdiri atas 3 tahapan
1. inisiasi, yang menghasilkan dua atau lebih zat
antara reaktif
2. Perambatan, yang membentuk produk tetapi
zat antara reaktif teus terbentuk
3. Terminasi, yang menggabungkan dua zat
antara menghasilkanproduk stabil
1. CH4 + F2 CH3 + HF + F
2. CH3 + F2 CH3F + F
2. CH4 + F CH3 + HF
3. CH3 + F + M CH3F + M
CH4 + F2 CH3F + HF
 Teori kinetika gas dapat digunakan untuk
memperkirakan frekuensi benturan dalam gas,
antara satu molekul dan molekul lainnya
 Berdasarkan eksperimen, laju reaksi meningkat
tajam dengan naiknya suhu
 Svante Arrhenius menyarakan bahwa tetapan
laju bervariasi secara eksponensial dengan
kebalikan dari suhu. Persamaannya
k = A e-Ea/RT
Ea
ln k = ln A –
RT
 Arrhenius percaya bahwa agar molekul
bereaksi setelah benturan, molekul itu
harus menjadi “teraktivasi” dan parameter
Ea (Energi aktivasi).
 Macelin menunjukkan bahwa meskipun
molekul membuat banyak benturan, tidak
semua benturannya reaktif. Hanya
benturan yang melebihi energi kritislah
yang menghasilkan reaksi
 Katalis adalah zat yang mengambil bagian
dalam reaksi kimia dan mempercepatnya,
tetapi ia sendiri tidak mengalami perubahan
kimia yang permanen
 Katalis tidak muncul dalam persamaan kimia
 Katalis mempengaruhi laju reaksi,
memodifikasi dan mempercepat lintasan yang
ada, atau membuat lintasan yang sama sekali
baru bagi kelangsungan reaksi
 Katalis terbagi 2 jenis
 Katalis homogen, jika fasa katalis sama
dengan fasa reaktan
 Katalis heterogen, katalis berada dalam
fasa yang berbeda. Contohnya produksi
asam sulfat (aq) yang melibatkan
vanadium oksida (s), atau platina pada
pembentukan C2H6
 Katalis mempercepat laju reaksi dengan
menurunkan Ea dengan memberikan
kompleks teraktifkan baru dengan energi
potensial yang lebih rendah
 Katalis tidak menimbulkan efek pada
termodinamika reaksi keseluruhan
 Inhibitor >< Katalis
 Inhitor memperlambat laju reaksi, dengan
menaikkan Ea
 Inhibitor juga penting dalam industri karena
kemampuannya dalam mengurangi laju
reaksi sampingan yang tidak diinginkan
sehingga produk yang diinginkan terbentuk
lebih banyak
 Reaksi kimia organik dilaksanakan oleh enzim
yang berfungisi sebagai katalis
 Enzim adalah molekul protein besar yang
dengan strukturnya mampu melakukan reaksi
spesifik
 Satu atau lebih substrat (molekul reaktan)
melekat pada daerah aktif enzim. Daerah akrif
merupakan daerah pada permukaan enzim yang
struktur dan sifat kimianya menyebabkan
substrat tertentu dapat melekat padanya lalu
transformasi kimia dapat dikerjakan
 Kinetika katalisis enzim lewat mekanisme
reaksi
k1
E + S k-1
ES
k2
ES E +P
 k-1 + k2
Km =
k1
 Km = Tetapan Michaelis Menten
[E]0 [S]
[ES] =
[S] + Km
 Laju pembentukan produk
d[P] k2[E]0 [S]
= k2 [ES] =
dt [S] + Km
 Bentuk sederhana persamaan diperoleh
dengan mengambil kebalikan dari kedua
ruas persamaan Michaelis Menten
menghasilkan
1 1 Km
= +
d[P]dt k2 [E]0 k2 [E]0[S]
 Grafik 1/d[P]dt vs [S] akan mempermudah
perhitungan Km dan [E]0
 Tugas Kinetika Kimia
 Hal 445 – 449
 Nomor 3, 4, 5, 7, 13, 15,
17, 19, 21, 45, 46

Anda mungkin juga menyukai