Anda di halaman 1dari 56

ANTROPOMETRI

 MERRYANA ADRIANI
 2012
Brozk 1956 pengukuran tubuh dan nutrisi manusia

Jellife (1965) Pengukuran variasi dimensi tubuh dan komposisi

kotor tubuh manusia yang berbeda menurut kelompok umur dan

tingkat nutrisi.

Sekarang : pengukuran anthropometri secara luas digunakan

dalam penilaian ststus gizi pada tingkat individu dan populasi.


Pada tingkat individu di negara berpenghasilan rendah, secara luas

anthropometri berguna ketika terjadi keteidakseimbangan antara asupan energi

dan protein.

Pada tingkat populasi, anthropometri berperan penting dalam

menetapkan target intervensi melalui skrening, penilaian respon

intervensi, identifikasi kekurangan gizi dan pemantauan gizi.


 Di negara maju, anthropometri dipakai untuk

kepentingan klinis dalam mendiagnosa kegagalan

tumbuh kembang dan kelebihan berat badan pada anak.


 Adalah suatu pengukuran dari bermacam-macam
ukuran fisik dan komposisi tubuh pada berbagai
kelompok umur dan tingkat gizinya
 Ukuran fisik : Tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB),
Lingkar Kepala, Lingkar Lengan Atas (LILA)
 Komposisi tubuh : Tebal Lemak, Fat Mass, Fat Free
Mass
 Berbagai kelompok umur : standar berbeda untuk
tingkat umur tertentu misal: untuk balita lain dengan
untuk dewasa
 Tingkat gizi : status gizi baik, status gizi kurang,
status gizi buruk, status gizi lebih
 Pengukuran antropometri dibagi menjadi 2 macam :

1. Penilaian ukuran tubuh

2. Pengukuran komposisi tubuh


 Pengukuran komposisi tubuh dikelompokkan

menjadi 2 macam pengukuran yaitu :

1. Pengukuran massa lemak tubuh

2. Pengukuran massa bebas lemak tubuh


 Pengukuran fisik dapat digunakan :
 untuk mengidentifikasikan apakah penderita
kekurangan energi saja / protein saja / energi dan
protein atau tidak
 untuk memonitor apakah ada perubahan setelah
dilakukan intevensi / therapi gizi
 Pengukuran Tinggi Badan
 Dilakukan pada anak dan orang dewasa yang dapat
berdiri
 Pengukuran Panjang Badan
 Untuk bayi atau anak < 2 tahun
 Pengukuran Lingkar Kepala
 Untuk mengukur pertumbuhan otak
 Pengukuran Berat Badan
 Dilakukan pada bayi dengan timbangan bayi
 Dilakukan untuk anak dan orang dewasa yang dapat
berdiri dengan menggunakan “beam balance scale”
 Pengukuran Panjang Lutut
 Untuk mereka yang tidak bisa beridiri atau mengalami
kelainan pertumbuhan tulang belakang untuk
memperkirakan Tinggi Badannya
 Hasil pengukuran fisik dinyatakan
dalam bentuk parameter antara lain
: Berat Badan (BB) dalam kg, Tinggi
Badan ( TB ) dalam m, Panjang
Badan (PB) dalam cm, Panjang
Lutut (PL) dalam cm, Lingkar
Kepala (LK) dalam cm
 BERAT BADAN ADALAH :
 SENSITIFITAS PARAMETER BERAT BADAN
 Sensitif terhadap perubahan karena penyakit

 SPESIFIKASI PARAMETER BERAT BADAN


 Spesifik
 Timbangan adalah alat ukur untuk
menentukan berat atau massa obyek.
 Timbangan digunakan dalam aplikasi industri
dan komersial.
 Skala medis khusus dan skala kamar mandi
digunakan untuk mengukur berat badan
manusia
 SENSITIFITAS ALAT UKUR BERAT BADAN
 Kelompok Umur

 SPESIFIKASI ALAT UKUR BERAT BADAN


 Tergantung pada faktor lingkungan dan
genetik. Tinggi badan manusia beragam
menurut pengukuran antropometri. Kelainan
variasi tinggi badan (sekitar 20%
penyimpangan dari rata-rata) menyebabkan
seseorang mengalami gigantisme atau
dwarfisme, bila tak lebih dari variasi tersebut
masih bisa dikatakan normal.
 Pertumbuhan rata-rata untuk setiap jenis kelamin
dalam populasi berbeda secara bermakna, di mana
pria dewasa rata-rata lebih tinggi daripada wanita
dewasa. Selain itu, tinggi badan manusia juga
berbeda menurut kelompok etnis
 Pertumbuhan tinggi badan biasanya berhenti
ketika lempeng pertumbuhan (lempeng efifisis) di
ujung tulang menutup. Penutupan ini terjadi
sekitar usia 16 tahun pada wanita atau 18 tahun
pada pria. Tetapi, kadang-kadang pada sebagian
orang, baru menutup pada usia sekitar 20-21 tahun
 Namun ada beberapa informasi yang
menyebutkan tinggi badan khususnya pada
tulang rawan intervertebralis dan efifisis masih
dapat bertumbuh pada usia diatas 25 tahun
 Rumus untuk menghitung Panjang Lutut disebut
RUMUS CHUMLEA bila Tinggi Badan tidak dapat
diukur karena ostoporosis, sakit dsb :
 Pria TB (cm)=(2,02 x PL (cm)) – ( 0,04 x umur (thn))
+ 64,19
 Wanita TB (cm)=(1,83 x PL (cm)) – ( 0,24 x Umur
(thn))+ 84,88
 SENSITIFITAS PARAMETER TINGGI BADAN

 SPESIFIKASI PARAMETER TINGGI BADAN


 microtoise staturmeter alat ukur tinggi badan 200
cm
 adalah alat yang digantung di tembok setinggi 200
cm atau 2 meter dari lantai.
 tata cara pengukuran : merapat tegak di tembok
dan berada tepat di bawah stature-meter.
 Seorang asisten atau temannya akan menarik
staturmeter hingga pas ubun-ubun kepala,
 dan membaca hasil pengukuran pada jendela
micro-toise yaitu berupa angka dalam satuan
centimeter.
 SENSITIFITAS ALAT UKUR TINGGI BADAN
 sensitif
 SPESIFIKASI ALAT UKUR TINGGI BADAN
 Spesifik unutk mengukur tinggi badan
 Dapat digunakan untuk menilai status gizi protein-
energi pada masa 2 tahun pertama kehidupan.
 Pada keadaan kurang gizi kronik pada masa awal
kehidupan atau terjadinya gangguan perkembangan
janin semasa dalam kandungan akan mengakibatkan
menurunnya jumlah sel otak dan pada akhirnya akan
berpengaruh pada lingkar kepala.
 Di atas usia 2 tahun, pengukuran lingkar kepala tidak
lagi bermanfaat karena perkembangannya sangat
lambat.
 Ukuran rata-rata lingkar kepala bayi ketika lahir
adalah 34-35 cm.
 Lingkar kepala ini akan bertambah 2 cm per
bulan pada usia 0-3 bulan.
 usia 4-6 bulan akan bertambah 1 cm per bulan,
 usia 6-12 bulan pertambahannya 0,5 cm per
bulan.
 Jika ukuran lingkar kepala bayi lebih kecil
daripada ukuran normalnya, maka disebut
kelainan mikrosefali.
 Sebaliknya, bila ukuran lingkaran kepala si bayi
lebih besar daripada ukuran normalnya, dikatakan
kelainan makrosefali.
 Biasanya kelainan mikrosefali dan makrosefali
dibawa sejak lahi
 Namun ada juga kasus-kasus mikrosefali atau
makrosefali yang familial atau normal
 SENSITIFITAS PARAMETER LINGKAR KEPALA
 Indikator ini tidaklah terlalu sensitif untuk menilai status gizi,
selain itu banyak faktor lain yang
 mempengaruhinya seperti penyakit, genetik, dan adat tertentu .
 Cukup sensitif untuk anak usia 2 tahun

 SPESIFIKASI PARAMETER LINGKAR KEPALA


 Spesifik unutk menentukan lingkar kepala anak usia 2
tahun
 Cara: melingkarkan alat ukur berupa pita seperti yang
digunakan oleh tukang jahit di kepala bayi, tepat di
atas alis dan telinga bayi
 lingkar kepala ini wajib dilakukan secara rutin pada
bayi kurang dari usia 2 tahun. Ukuran lingkar kepala
ini penting karena berkaitan dengan volume otak
 Lingkar kepala berkaitan erat dengan volume otak,
artinya kalau lingkaran kepala anak dalam usia
tertentu kurang dari nilai yang normal, kemungkinan
volume otak kurang dari cukup.
 Sedangkanberbagai gerakan yang ada merupakan
kombinasi dari kemampuan otak dan organ gerak
yangbersangkutan
 SENSITIFITAS ALAT UKUR LINGKAR
KEPALA
 -

 SPESIFIKASI ALAT UKUR LINGKAR


KEPALA
 -
 Pada masa pertumbuhan bayi dan balita,
berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel,
serta jaringan intraseluler pada tubuh bayi dan
balita. dengan kata lain ukuran-ukuran
tubuhnya akan membesar, misalnya ditandai
dengan meningkatnya berat dan tinggi badan,
ukuran lingkar kepala, lingkar lengan atas,
menguatnya tulang dan membesarnya otot,
dan bertambahnya organ tubuh lain seperti
rambut, kuku, gigi, dan sebagainya
 Salah satu cara untuk mengetahui baik atau tidaknya
pertumbuhan anak, adalah dengan menukur lingkar lengan
atasnya.
 berdasarkan standar Walanski,perkembangan ukuran lingkar
lengan atas bayi dan balita berdasarkan umur terbilang normal
pada ukuran berikut:
 6- 8 bulan 14.75 cm
 9-11 bulan 15.10 cm
 1 tahun 16.00 cm
 2 tahun 16.25 cm
 3 tahun 16.50 cm
 4 tahun 16.75 cm
 5 tahun 17.00 cm
 Lingkaran lengan atas adalah suatu cara untuk
menghitung skala gizi wanita usia subur, baik
ibu hamil maupun calon ibu untuk
mengidentifikasi wanita yang mempunyai
resiko melahirkan bayi berat badan rendah
(BBLR
 SENSITIFITAS PARAMETER LINGKAR
LENGAN ATAS
 Tidak sensitif

 SPESIFIKASI PARAMETER LINGKAR


LENGAN ATAS
 Tidak spesifik ,
 alat ukur
 SENSITIFITAS ALAT UKUR LINGKAR
LENGAN ATAS
 -

 SPESIFIKASI ALAT UKUR LINGKAR


LENGAN ATAS
 -
 Berdasarkan pengukuran tersebut maka ada
beberapa indikator yang dapat digunakan, bisa satu
atau dua indeks atau dalam bentuk rasio

 Indeks : BB/U, TB/U, BB/TB


 Rasio : BB/TB²
Indeks antropometri diperoleh melalui kombinasi

pengukuran.

Indeks BB/U, jumlah triseps dan lipatan kulit

subscapular, rasio lingkar pinggang-panggul. Indeks

sangat penting dalam penafsiran pengukuran.


Kombinasi lipatan kulit triseps dan LILA bisa

digunakan untuk mengestimasi area lengan tengah atas

dan lemak lengan tengah atas, dimana masing-masing

bisa mengestimasi massa otot dan kandungan lemak

tubuh.
Sedangkan kombinasi lain seperti Indeks Massa Tubuh

(BB/TB2) dan rasio lingkar pinggang-panggul

digunakan dalam studi populasi sebagai indikator

kegemukan dan massa lemak dalam perut.


 Khususnya pertimbangan sensitifitas, spesifisitas,
dan nilai prediktif dari indeks antropometri
 Indeks sensitif menunjukkan perubahan besar
selama kekurangan gizi dan setelah intervensi gizi
serta secara tepat mengidentifikasi individu yang
bebar-benar kekurangan gizi
 Konsekuensinya adalah, indeks antropometri
dengan sensitifitas tinggi seharusnya digunakan
untuk sistem penilaian gizi yang melibatkan
skreening, pengawasan atau sebuah intervensi (Ruel
et al., 1995).
 Indeks antropometri dengan spesifikasi tinggi digunakan untuk

mengidentifikasi orang sehat secara tepat, maka dengan demikian

menghindari intervensi gizi yang tidak dibutuhkan.

 Baik sensitifitas dan spesifisitas sebuah indeks antropometri adalah

bervariasi menurut usia, cutoff point yang digunakan, dan keparahan serta

prevalensi masalah gizi dalam populasi.

 Semua faktor ini harus dipertimbangkan ketika menentukan suatu indeks

antropometri.
 Standar Lokal :
 Kartu Menujut Sehat (KMS) yang merupakan
modifikasi dari standar WHO

 Standar Internasional
 Standar NCHS
 Direkomendasikan oleh WHO untuk menjadi standar
internasional, standar ini sudah mencerminkan
populasi sampel dari beberapa negara menurut umur
dan jenis kelamin
 Standar Harvard
 NCHS lebih teliti dibanding dengan Harvard,
populasi yang digunakan lebih sedikit (dari 2 negara
bagian di Amerika Serikat : Boston dan Iowa)

 Standar WHO
 Merupakan modifikasi dari standar NCHS
 Digunakan untuk negara yang belum mempunyai
standar
 Dibedakan menurut umur dan jenis kelamin
 Hanya untuk balita saja umur 0 – 5 tahun
 Klasifikasi digunakan untuk menentukan tingkat
status gizi

 Pemilihan klasifikasi tergantung pada tujuan


penelitian, parameter dan indeks yang digunakan
pada pengukuran fisik.
 Klasifikasi Gomez
 Menggunakan indeks BB/U
 Standar Harvard
 Untuk menentukan tingkat status gizi
 Status gizi normal bila BB/U > 90%
 Malnutrisi ringan bila BB/U 76 - 90 %
 Malnutrisi sedang bila BB/U 61 – 75 %
 Malnutrisi berat bila BB/U ≤ 60%
 Klasifikasi Wellcome
 Menggunakan indeks BB/U dengan standar Harvard
 Membedakan apakah malnutrisi ini marasmus ataukah
kwashiorkhor dengan melihat adanya oedema atau
tidak
 Kwashiorkor bila BB/U 60 – 80 % dan ada oedema
 Marasmus bila BB/U < 60% dan tidak ada oedema
 Marasmic Kwashiorkor bila BB/U < 60% dan ada
oedema
 Under Weight bila BB/U 60 – 80% dan tidak ada oedema
 Klasifikasi Waterlow
 Menggunakan indeks TB/U dan BB/TB
 Menggunakan standar Harvard
 Untuk membedakan wasting dan stunting
 Wasting bila TB/U > 90% dan BB/TB < 80%
 Stunting bila TB/U < 90% dan BB/TB > 80%
 Stunting dan Wasting bila TB/U < 90% dan BB/TB <
80%
 Normal bila TB/U > 90% dan BB/TB > 80%
 IMT = Berat Badan (kg) / Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan
(m)

 Klasifikasi :
 Kurus
 Kekurangan Berat Badan Tingkat Berat bila IMT < 17,0
 Kekurangan Berat Badan Tingkat Ringan bila IMT antara 17,0
– 18,5
 Normal bila IMT antara 18,5 – 25,0
 Gemuk
 Kelebihan Berat Badan Tingkat Ringan bila IMT antara > 25,0
– 27,0
 Kelebihan Berat Badan Tingkat Berat bila IMT > 27,0
 Pengukuran komposisi tubuh ini ada kaitannya
dengan pengukuran lemak/timbunan lemak dan
bagian lain yang tidak ada lemak (otot)
 Pengukuran komposisi lemak ini penting untuk
mengetahui apakah individu menderita malnutrisi /
tidak
 Pengukuran ini banyak dilakukan di Rumah Sakit
untuk mengetahui pasien menderita malnutrisi akut
atau malnutrisi kronis
 Selain itu juga untuk memonitor perubahan fisik
akibat terapi nutrisi pada waktu yang lama
 Sedangkan di masyarakat untuk mengetahui
efektifitas dari program gizi
 1. Pengukuran Skinfold Thickness

 Triceps skinfold
 Biceps skinfold
 Subscapular skinfold
 Suprailiaca skinfold
 Midaxillary skinfold

 2. Pengukuran Lingkar Lengan Atas


 1. Hitung umur dalam tahun dan berat badan dalam kg
 2. Ukur skinfold thickness (tebal lemak dibawah kulit)
 dalam mm pada tempat biceps, triceps, subscapular
 dan suprailiac
 3. Jumlahkan tebal lemak dari keempat skinfold thickness
 4. Ukur nilai logaritma dari keempat penjumlahan
skinfold
 thicness
 Menghitung body density (D dalam g / cc)
 Untuk laki-laki:
 17-19 D=1.1620 -0.0630 x (logΣ)
 20-29D=1.1631-0.0632 x (logΣ)
 30-39D=1.1422-0.0544 x (logΣ)
 40-49D=1.1620-0.0700 x (logΣ)
 50+ D=1.1715-0.0779 x (logΣ)
 Untuk perempuan :
 17-19 D=1.1549 -0.0678 x (logΣ)
 20-29D=1.1599-0.0717 x (logΣ)
 30-39D=1.1423-0.0632 x (logΣ)
 40-49D=1.1333-0.0612 x (logΣ)
 50+ D=1.1339-0.0645 x (logΣ)
 Fat mass (kg) = Berat Badan (kg) x 4,95/D – 4,5

 Fat Free Mass (kg) = Berat Badan (kg) – fat mass(kg)

Anda mungkin juga menyukai