Atresia koana
Pemeriksaan penunjang:
• Apusan tenggorokan
Mempertahankan
• Cek darah lengkap
jalan nafas
Diagnosis: tonsilofaringitis
Pembedahan DD: laringitis
Tatalaksana
KELAINAN SALURAN
NAFAS ATAS INFEKSI
Tonsilitis
Faringitis
Laringitis
Cincin Waldeyer
Definisi :
Peradangan pada tonsil palatina
yang merupakn bagian dri
cincin Waldeyer
Tonsil Normal
Ukuran Tonsil
Ukuran tonsil dibagi menjadi:
T0: Post tonsilektomi
T1: Tonsil masih terbatas dalam fossa tonsilaris
T2: Sudah melewati pilar anterior, belum melewati garis paramedian (pilar posterior)
T3: Sudah melewati garis paramedian, belum
melewati garis median
T4: Sudah melewati garis median
Tonsilitis
Akut
Tonsilitis virus Coxschakie pada permukaan tonsil, faring posterior dan palatum
tampak vesikel ulseratif yang sangat nyeri. Biasanya
Terjadi pada usia di bawah 16 tahun.
Tonsilitis
Bakteri
Tonsilitis bakteri Group A β
Streptococcus (GABS)
Kriteria untuk GABS:
• Demam melebihi 38 °C
• Tidak terdapat batuk
• Terdapat eksudat pada tonsil
• Nyeri tekan pada limfadenopati
servikal anterior
Nilai
• 0 atau 1: bukan infeksi GBAS
• 2: membutuhkan pemeriksaan tambahan, meliputi rapid
antigen test
• 3-4: pemberian antibiotik
Tonsilitis
Folikularis
Manifestasi Klinis :
1. Gejala yang mendukung diagnosis rhinitis alergi ( 2 atau lebih gejala
>1 jam hampir setiap hari). Rinorea berair, bersin paroksismal .
Obstruksi nasal, hidung gatal dan konjungtivitis (mata berair, gatal atau
bengkak)
2. Alergic shiners (lingkaran hitam di sekitar mata dan berhubungan
dengan vasodilatasi atau kongesti nasal.
3. Nasal /allergic crease : garis horizontal di dorsum hidung yang
disebabkan oleh gesekan berulang ke atas pada ujung hidung oleh
telapak tangan ( allergic salute)
4. Pemeriksaan hidung dengan spekulum hidung .
5. Pemeriksaan mata : Injeksi dan pembengkakan konjungtiva palpebra
dengan produksi air mata berlebihan.
Tatalaksana :
Non farmakologi : Hindari faktor pencetus.
Farmakoterapi :
a. Antihistamin ( diphenhydramine, chlorpheniramine,
ceterizine, loratadine)
b. Kortikosteroid ( dianjurkan jika antihistamin tidak efektif
lagi)
c. Nasal dekongestan
d. Imunoterapi.
LO 2
Karakteristik:
Indikasinya:
1. Sumbatan hiperplasia tonsil dengan sumbatan jalan
nafas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan bicara.
2. Infeksi infeksi telinga tengah berulang, rhinitis &
sinusitis yang kronis, abses peritonsiler, abses kelenjar
limfe leher berulang, tonsilitis kronis dengan nafas bau, dll.
3. Kecurigaan adanya tumor jinak atau ganas
Perbanyak Istirahat, Bedrest, Tirah baring
Makanan lunak yang bergizi
Minum air hangat yang banyak
Pemberian cairan yang adekuat
Diet ringan
Obat kumur/kumur-kumur dengan cairan hangat
LO 3
Atresia koana adalah tertutupnya satu ataukedua
posterior kavum nasi oleh membranabnormal atau tulang.
Hal ini terjadi akibatkegagalan embriologik dari
membranbukonasal untuk membelah sebelumkelahiran.
Kelainan ini dapat terjadibersamaan dengan kelainan
congenital lainnyayaitu koloboma, kelainan jantung,
retardasimental, kelainan pertumbuhan dan Charge
syndrome
Etiologi
Penyebab pasti dari atresia koana masihbelum
diketahui, namun banyak dugaandaripada ahli yang berteori
tentang terjadinyaatresia koana. Yakni pada masa
embriologidalam pembentukan hidung, pada dua
lapisanmembrane yang terdiri atas nasal dan oralepitel
terjadi ruptur dan merubah bentukkoana yang kemudian
menjadi atresia koana
Manifestasi klinik
Tidak ada gejala & jarang menimbulkan
gawat nafas & biasanya di ketahui
Atresia koana belakangan karena sekret hidung terus
unilateral menerus atau hidungtersumbat pada satu
sisi
Abnormal mesodermal
Misdirection dari PATOFISIOLOGI
yang adhesi pada
aliran mesodermal
area koana
akibat faktor lokal
Penatalaksanaan
Puting Mc Govern
Trakeostomi
Tindakan bedah- Transnasal- Transpalatal
Pemasangan stent
Definisi
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul
dari dukungan tulang rawan berkurang dari saluran udara
yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan). tulang
rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama
ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah
dahak dan sekresi mnejadi terperangkap. Biasanya banyak
menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun. (Children’s
National Health System,2016)
Etiologi
Bronchomalacia paling sering terjadi pada saat lahir
(kongenital) dan mungkin berhubungan dengan kondisi
lain. Saat ini, tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak
terbentuk dengan baik.
Klasifikasi
1. Bronkomalasia primer
a) Disebabkan oleh defisiensi pada cincin kartilago
b) Diklasifikasikan sebagai kongenital
2. Bronkomalasia sekunder
a) Merupakan kelainan didapat (bukan kongenital)
b) Disebabkan oleh kompresi ekstrinsik (luar), dapat dari
pelebaran pembuluh-pembuluh darah, cincin vascular,
atau kista bronkogenik.
Patofisiologi
Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung
dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan (trakea),
yang terbagi menjadi dua cabang (kanan dan bronkus kiri) yang masing-
masing paru-paru.Trakea dan bronkus terbuat dari cincin tidak lengkap
dari tulang rawan dan jika tulang rawan ini lemah tidak dapat mendukung
jalan napas. Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara
bisa didapatkan dari tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil,
berbentuk aneh, tidak kaku cukup, atau tidak membentuk sama sekali
maka trakea dapat menutup ke dalam dirinya sendiri. Hal ini lebih
mungkin terjadi saat mengembuskan napas dan menangis. Hal ini dapat
menyebabkan mengi, batuk, sesak napas, dan / atau napas cepat.
Biasanya tulang rawan berkembang dengan sendirinya dari waktu ke
waktu sehingga tracheomalacia tidak lagi masalah. Sementara lebih
umum pada bayi, tracheomalacia tidak terjadi pada orang dewasa. Ketika
masalah yang sama terjadi di saluran napas kecil disebut bronkus itu
disebut bronchomalacia. Saluran udara dari paru-paru yang sempit atau
runtuh saat mengembuskan napas karena pelunakan dinding saluran
napas.
Manifestasi Klinis
1. Batuk dengan suara brassy atau barking
2. Sesak nafas
3. Ditemukan suara wheezing(mengi)
4. Infeksi pada saluran nafas bawah berulang
5. Kelelahan
6. Apnea
Komplikasi
1. Pneumonia
2. Bronkitis
3. Olychondritis
4. Asma
Pemeriksaan Penunjang
1. Bronkoskopi
2. CT Scan dada
3. MRI dada
Penatalaksanaan Medis
1. Time Invasif minimal, bersamaan dengan pemberian
tekanan udara positif yang kontinu.
2. Tekanan udara positif kontinu
3. Trakheotomi Prosedur pembedahan pada leher untuk
membuka/ membuat saluran udara langsung melalui
sebuah insisi di trakhe (the windpipe)
LO 4
Menjaga Pernafasan melalui mulut dengan memasukkan
saluran udara plastik kedalam mulut bayi
Pemasangan mc govern
Trakeostomi
Tindakan bedah secara transnasal atau transpalatal
Istirahat yang cukup
Berkumur dengan air hangat
Minum air yang cukup
Jaga kelembaban ruangan dalam rumah
Menghindari asap rokok dan asap lainnya