Anda di halaman 1dari 81

KELOMPOK 4

DARA GEBRINA RIZKI KHAIRINA


JIHAN HAURA MUHAMMAD DWIKI REZA
RICHY DARA PERDANA CUT VANI
MUHAMMAD AL FARISI IRFANUL AULIA
MULTAZAM
JIHAN NABILA  
YULINAR MAULIDA

Tutor: dr. Cut Khairunnisa,M.Kes


Najwa, berusia 17 tahun di bawa ibunya ke dokter keluarga dengan
keluhan nyeri menelan sejak satu minggu yang lalu. Selain itu Najwa juga
mengalami batuk berdahak dan diikuti oleh suara serak. Pada pemeriksaan
rhinoskopi posterior terdapat PND (Post Nasal Drip). Pada pemeriksaan
orofaring ditemukan tonsil membesar ukuran T2 - T3, hiperemis, kripti melebar
dan terdapat detritus. Dinding posterior faring hiperemis dengan permukaan
yang granuler.
Dokter memberi terapi dengan antibiotika, mukolitik dan analgetik dan
menganjurkan pasien untuk kontrol setelah obat habis. Dokter juga menjelaskan
apabila tidak ada perbaikan maka pasien akan dirujuk ke rumah sakit untuk
pemeriksaan dan penatalaksanaan selanjutnya. Salwa bertanya apakah ini
karena Amandel? Orang tua Salwa juga bertanya tentang adiknya yang berusia
2 tahun yang sering membiru saat menangis, kesulitan makan dan keluar cairan
dari hidungnya, dan sudah didiagnosis dengan atresia koana.
Bagaimana menerangkan apa yang dialami Salwa dan adiknya?
 Rhinoskopi: pemeriksaan pada rongga hidung dari belakang
dengan menggunakan kaca nasofaring
 PND (Post Nasal Drip): suatu akumulasi dari sekret yang terdapat
di dinding belakang faring
 Gang. Neoplastik: pertumbuhan yang abnormal
 Hiperemis: kemerahan pada mukosa laring yang disebabkan oleh
adanya inflamasi
 Kripti: cekungan dari muara saluran limfoid di tonsil
 Detritus: kumpulan leukosit, bakteri mati dan epitel yang terlepas
 Tonsilitis: radang pada amandel
 Atresia koana: suatu kelainan perkembangan dari kegagalan
hubungan antara cavum nasi di bagian posterior
1. Apakah ada hubungn usia dan jk dengan keluhan yg dialami Najwa?
Jawab: Kemungkinan Najwa mengalami Tonsilitis. Tonsilitis yang disebabkan oleh
bakteri (spesies streptokokus) umumnya terjadi pada anak usia 5 sampai 15 tahun,
sedangkan tonsilitis yang dikarenakan virus lebih sering terjadi pada usia yang lebih
muda. Sebab, pada usia tersebut, amandel mengalami penurunan kekebalan
sehingga memudahkan virus dan bakteri masuk dan menimbulkan infeksi pada
amandel.
Jk: Terjadi pada laki” maupun Pr

2. Mengapa terjadi keluhan nyeri saat menelan sejak seminggu yg lalu?


Jawab: Karena epitel mukosa dan jaringan limfoid pada faring terkikis hal ini yg
menimbulkn sakit/ nyeri menelan.

3. Mengapa Najwa mengalami batuk berdahak dan suara serak?


Jawab:
Batuk berdahak: dipicu oleh adanya PND yg menumpuk di dinding tenggorokan
Suara serak: Terjadi akibat pembesaran Tonsil dan juga sekret” yg menyumbat
jalannya suara
4. Apa yg menyebabkan Najwa mengalami hiperemis faring?
Jawab: Terjadi karena pelebaran pembuluh darah di sekitar faring sebagai
respon terhadap inflamasi akibat infeksi lokal pada faring atau penyebaran
infeksi dari daerah di sekitarnya.

5. Berapa ukuran Tonsil normal?


Jawab: Ukuran Tonsil Normal T1: Batas medial tonsil melewati pilar anterior
sampai ¼ jarak pilar anterior
Tonsil normal berwarna merah muda

6. Selain gejala di skenario, gejala apa yg mungkin muncul?


Jawab: Pilek yg berkepanjangan, Demam, Nyeri otot, Dan penurunan nafsu
makan

7. Apa perbedaan rhinoskopi ant dan post?


Jawab:
- Rhinoskopi Ant: Pakai spekulum hidung dari hidung untuk melihat konka
nasi inferior, vestibulum, meatus inf dan media, dan konka media
- Rhinoskopi Post: Pakai kaca nasofaring dan spatula lidah dari mulut untuk
melihat Koana, septum nasi, konka nasalis media dan superior, ada PND
atau tidak, adaa massa tumor atau tidak, fossa rossenmuller, muara tuba
eustachii, adenoid
8. Apa saja penyebab PND?
Jawab: Rhinitis, Sinusitis, Reaksi alergi, serta karena perubahan cuaca

9. Apa pengaruh pemberian antibiotik, mukolitik, dan analgetik?


Jawab: Antibiotik: Untuk membunuh bakteri
Mukolitik: Mengurangi kekentalan sekret
Analgetik: Untuk mengurangi rasa nyeri

10. Bagaimana interpretasi px rhinoskopi dan orofaring?


Jawab:
a. Pada pemeriksaan rhinoskopi posterior:
- Didapatkan PND yaitu lendir berlebihan yg dihasilkan mukosa hidung dan
menumpuk di bag blkg tenggorokan
b. Pada pemeriksaan orofaring
- Tonsil melebar T2- T3
- Hiperemis
- Kripti melebar
- Detritus

11. Apa tatalaksana dan px apa yg dapat dilakukan untuk Najwa?


Jawab: Pemeriksaan kultur , pemeriksaan darah rutin dan tonsilektomi
12. Apa yg menyebabkan Atresia Koana?
Jawab: Pada masa embriologi dalam pembentukan hidung, pada
dua lapisan membran yg terdiri dari Nasal dan oral epitel terjadi
ruptur sehingga merubah bentuk koana yg kemudian menjadi
atresia koana
Serta karena adanya kgagalan mutasi kromosom

13. Apa tatalaksana dan px yg dapat diberikan pada adiknya


Najwa?
Jawab: Mempertahankan jalan nafas dan Pembedahan
Najwa, 17 tahun Hasil pemeriksaan:
•PND
•Tonsil T2-T3
Adeknya:
Keluhan: •Hiperemis
• biru saat menangis
• Nyeri menelan •Kripta melebar
• Cairan keluar dari
• Batuk berdahak •Detritus
hidung
• Suara serak

Atresia koana
Pemeriksaan penunjang:
• Apusan tenggorokan
Mempertahankan
• Cek darah lengkap
jalan nafas

Diagnosis: tonsilofaringitis
Pembedahan DD: laringitis

Tatalaksana

Farmakologi Non farmakologi


1. Kelainan yang di dapat pada saluran nafas atas:
o Infeksi
Pemeriksaan fisik
dan Penunjang
o Non infeksi
2. Tatalaksana pada saluran nafas atas:
o Farmakologi
o Non farmakologi
3. Kelainan kongenital pada saluran nafas atas:
o Atresia koana
4. Tatalaksana kelainan kongenital pada saluran nafas atas:
o Farmakologi
o Non farmakologi
LO 1

 
KELAINAN SALURAN
NAFAS ATAS  INFEKSI
Tonsilitis
Faringitis
Laringitis
Cincin Waldeyer

Definisi :
Peradangan pada tonsil palatina
yang merupakn bagian dri
cincin Waldeyer
Tonsil Normal
Ukuran Tonsil
Ukuran tonsil dibagi menjadi:
T0: Post tonsilektomi
T1: Tonsil masih terbatas dalam fossa tonsilaris
T2: Sudah melewati pilar anterior, belum melewati garis paramedian (pilar posterior)
T3: Sudah melewati garis paramedian, belum
melewati garis median
T4: Sudah melewati garis median
Tonsilitis
Akut

ada permukaan tampak tonsil membengkak dan hiperemis. Permukaannya


terkadang diliputi eksudat berwarna putih kekuningan.
Penyebab tersering tonsilitis akut viral adalah virus Epstein Barr dan Haemophilus
influenzae serta virus Coxschakie.
Tonsilitis
Virus
Epstein-Barr

Tonsilitis akibat infeksi Epstein-Barr. Terdapat pembesaran tonsil yang ditutupi


eksudat putih keabu-abuan.
Tonsilitis
Virus
Coxshackie

Tonsilitis virus Coxschakie  pada permukaan tonsil, faring posterior dan palatum
tampak vesikel ulseratif yang sangat nyeri. Biasanya
Terjadi pada usia di bawah 16 tahun.
Tonsilitis
Bakteri
Tonsilitis bakteri Group A β
Streptococcus (GABS)
Kriteria untuk GABS:
• Demam melebihi 38 °C
• Tidak terdapat batuk
• Terdapat eksudat pada tonsil
• Nyeri tekan pada limfadenopati
servikal anterior

Nilai
• 0 atau 1: bukan infeksi GBAS
• 2: membutuhkan pemeriksaan tambahan, meliputi rapid
antigen test
• 3-4: pemberian antibiotik
Tonsilitis
Folikularis

Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaan diliputi eksudat berbentuk bercak


putih yang mengisi kripta tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdiri dari
leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang
tersangkut.
Tonsilitis
Lakunaris

Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi


lakuna (lekukan) pada permukaan tonsil
Tonsilitis Difteri
Tonsilitis Jamur (Candidiasis)
Tonsilitis Sifilis
Tonsilitis Mononukleosis
Tonsilitis Mononukleosis
Tonsilitis Kronis
Kissing Tonsil with OSAS
Penatalaksanaan
Terapi Medikamentosa
Penatalaksanaan
Tonsilektomi
Penatalaksanaan
Teknik Tonsilektomi
Faringitis
Faringitis Normal
Faringitis Akut
Faringitis Kronis
Faringitis Jamur (Candidiasis)
Faringitis Sifilis
Faringitis Gonorea
Penatalaksanaan
Terapi Medikamentosa
Laringitis
Struktur Normal Laring
Laringitis Akut
Laringitis Akut
Laringitis
Kronis
Laringitis
Jamur
Kronis
Laringitis Kronis Atrofi (Laringitis Sika)
Laringitis Kronis Hipertrofi
Laringitis Kronis Hipertrofi Difus
Laringitis Tuberkulosa
Laringitis Tuberkulosis
Penatalaksanaan
Terapi Medikamentosa
Rhinitis Alergi : Adalah penyakit inflamasi yang
disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang
sebelumya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama
serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi
paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut.
Sedangkan menurut WHO ARIA ( Allergic Rhinitis and
its Impact on asthma) tahun 2001, Rhinitis Alergi adalah
kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa
gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen
yang di perantarai oleh IgE.
Klasifikasi rhinitis alergi berdasarkan sifat berlangsungnya,
menurut rekomendasi dari WHO tahun 2000 :
a. Intermiten (kadang-kadang) bila gejala kurang dari 4
hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.
b. Persisten (menetap) bila gejala lebih dari 4 hari /minggu dan
atau lebih dari 4 minggu.

Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rhinitis


alergi dibagi menjadi :
a. Ringan : bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan
aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja, dan hal-
hal lain yg mengganggu.
b. Sedang atau berat bila bila terdapat satu atau lebih dari
gangguan tersebut di atas.
Etiologi : Peningkatan kadar Ige terhadap alergen tertentu
menyebabkan degranulasi sel mast yang berlebihan . Degranulasi sel
mast melepaskan mediator inflamasi ( sebagai contoh : histamin) dan
sitokin yang menimbulkan reaksi inflamasi lokal.

Epidemiologi : sering terjadi pada anak-anak.

Manifestasi Klinis :
1. Gejala yang mendukung diagnosis rhinitis alergi ( 2 atau lebih gejala
>1 jam hampir setiap hari). Rinorea berair, bersin paroksismal .
Obstruksi nasal, hidung gatal dan konjungtivitis (mata berair, gatal atau
bengkak)
2. Alergic shiners (lingkaran hitam di sekitar mata dan berhubungan
dengan vasodilatasi atau kongesti nasal.
3. Nasal /allergic crease : garis horizontal di dorsum hidung yang
disebabkan oleh gesekan berulang ke atas pada ujung hidung oleh
telapak tangan ( allergic salute)
4. Pemeriksaan hidung dengan spekulum hidung .
5. Pemeriksaan mata : Injeksi dan pembengkakan konjungtiva palpebra
dengan produksi air mata berlebihan.
Tatalaksana :
Non farmakologi : Hindari faktor pencetus.
Farmakoterapi :
a. Antihistamin ( diphenhydramine, chlorpheniramine,
ceterizine, loratadine)
b. Kortikosteroid ( dianjurkan jika antihistamin tidak efektif
lagi)
c. Nasal dekongestan
d. Imunoterapi.
LO 2

 
Karakteristik:

Antibiotik  Penicilin, Amoksisilin, Eritromisin


Analgetik/Antipiretik  Paracetamol, Ibuprofen
Antihistamin  CTM
Mukolitik  Ambroxol
Kortikosteroid  Dexamethason
Tonsilektomi  dilakukan jika terjadi infeksi yang berulang
atau kronik, gejala sumbatan serta curiga adanya
keganasan.

Indikasinya:
1. Sumbatan  hiperplasia tonsil dengan sumbatan jalan
nafas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan bicara.
2. Infeksi  infeksi telinga tengah berulang, rhinitis &
sinusitis yang kronis, abses peritonsiler, abses kelenjar
limfe leher berulang, tonsilitis kronis dengan nafas bau, dll.
3. Kecurigaan adanya tumor jinak atau ganas
 Perbanyak Istirahat, Bedrest, Tirah baring
 Makanan lunak yang bergizi
 Minum air hangat yang banyak
 Pemberian cairan yang adekuat
 Diet ringan
 Obat kumur/kumur-kumur dengan cairan hangat
LO 3

 
Atresia koana adalah tertutupnya satu ataukedua
posterior kavum nasi oleh membranabnormal atau tulang.
Hal ini terjadi akibatkegagalan embriologik dari
membranbukonasal untuk membelah sebelumkelahiran.
Kelainan ini dapat terjadibersamaan dengan kelainan
congenital lainnyayaitu koloboma, kelainan jantung,
retardasimental, kelainan pertumbuhan dan Charge
syndrome
Etiologi
Penyebab pasti dari atresia koana masihbelum
diketahui, namun banyak dugaandaripada ahli yang berteori
tentang terjadinyaatresia koana. Yakni pada masa
embriologidalam pembentukan hidung, pada dua
lapisanmembrane yang terdiri atas nasal dan oralepitel
terjadi ruptur dan merubah bentukkoana yang kemudian
menjadi atresia koana
Manifestasi klinik
Tidak ada gejala & jarang menimbulkan
gawat nafas & biasanya di ketahui
Atresia koana belakangan karena sekret hidung terus
unilateral menerus atau hidungtersumbat pada satu
sisi

Segera terlihat gejala gangguan


pernafasan sepertinafas yang tersendat-
Atresia koana bilateral sendat tidak teratur, tampak biru jika
bibir tertutup atau sewaktu di beri
minum dan akan merah kembali jika
bibir terbuka atau sedang menangis
Kegagalan membrane
buccophar yngeal dari
hochstetter yang ruptur
Bagian medial yang
Membran tumbuh keluar dari vertikal
buccopharyngeal yan dan horizontal tulang
g persisten palatine

Abnormal mesodermal
Misdirection dari PATOFISIOLOGI
yang adhesi pada
aliran mesodermal
area koana
akibat faktor lokal
Penatalaksanaan
 Puting Mc Govern
 Trakeostomi
 Tindakan bedah- Transnasal- Transpalatal
 Pemasangan stent
Definisi
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul
dari dukungan tulang rawan berkurang dari saluran udara
yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan). tulang
rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama
ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah
dahak dan sekresi mnejadi terperangkap. Biasanya banyak
menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun. (Children’s
National Health System,2016)
Etiologi
Bronchomalacia paling sering terjadi pada saat lahir
(kongenital) dan mungkin berhubungan dengan kondisi
lain. Saat ini, tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak
terbentuk dengan baik.

Klasifikasi
1. Bronkomalasia primer
a) Disebabkan oleh defisiensi pada cincin kartilago
b) Diklasifikasikan sebagai kongenital
2. Bronkomalasia sekunder
a) Merupakan kelainan didapat (bukan kongenital)
b) Disebabkan oleh kompresi ekstrinsik (luar), dapat dari
pelebaran pembuluh-pembuluh darah, cincin vascular,
atau kista bronkogenik.
Patofisiologi
Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung
dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan (trakea),
yang terbagi menjadi dua cabang (kanan dan bronkus kiri) yang masing-
masing paru-paru.Trakea dan bronkus terbuat dari cincin tidak lengkap
dari tulang rawan dan jika tulang rawan ini lemah tidak dapat mendukung
jalan napas. Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara
bisa didapatkan dari tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil,
berbentuk aneh, tidak kaku cukup, atau tidak membentuk sama sekali
maka trakea dapat menutup ke dalam dirinya sendiri. Hal ini lebih
mungkin terjadi saat mengembuskan napas dan menangis. Hal ini dapat
menyebabkan mengi, batuk, sesak napas, dan / atau napas cepat.
Biasanya tulang rawan berkembang dengan sendirinya dari waktu ke
waktu sehingga tracheomalacia tidak lagi masalah. Sementara lebih
umum pada bayi, tracheomalacia tidak terjadi pada orang dewasa. Ketika
masalah yang sama terjadi di saluran napas kecil disebut bronkus itu
disebut bronchomalacia. Saluran udara dari paru-paru yang sempit atau
runtuh saat mengembuskan napas karena pelunakan dinding saluran
napas.
Manifestasi Klinis
1. Batuk dengan suara brassy atau barking
2. Sesak nafas
3. Ditemukan suara wheezing(mengi)
4. Infeksi pada saluran nafas bawah berulang
5. Kelelahan
6. Apnea

Komplikasi
1. Pneumonia
2. Bronkitis
3. Olychondritis
4. Asma
Pemeriksaan Penunjang
1. Bronkoskopi
2. CT Scan dada
3. MRI dada

Penatalaksanaan Medis
1. Time Invasif minimal, bersamaan dengan pemberian
tekanan udara positif yang kontinu.
2. Tekanan udara positif kontinu
3. Trakheotomi Prosedur pembedahan pada leher untuk
membuka/ membuat saluran udara langsung melalui
sebuah insisi di trakhe (the windpipe)
LO 4

 
 Menjaga Pernafasan melalui mulut dengan memasukkan
saluran udara plastik kedalam mulut bayi
 Pemasangan mc govern
 Trakeostomi
 Tindakan bedah secara transnasal atau transpalatal
 Istirahat yang cukup
 Berkumur dengan air hangat
 Minum air yang cukup
 Jaga kelembaban ruangan dalam rumah
 Menghindari asap rokok dan asap lainnya
 

Anda mungkin juga menyukai