Anda di halaman 1dari 14

PENELITIAN CROS SECTIONAL

(STUDI POTONG LINTANG


)
Kelompok 3 :

1. Siti Chomaerah 6411415102


2. Brigita Eni Y 6411415104
3. Muhamad Alvian 6411415107
4. Ria Almiati 6411415125
Studi potong lintang (cross sectional)

1. Cross sectional (studi potong lintang) Adalah studi


epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi,
maupun hubungan penyakit dan paparan dengan cara
mengamati status paparan, penyakit, atau karakteristik
terkait kesehatan lainnya, secara serentak pada individu-
individu dari suatu populasi pada satu saat.
2. Tujuannya untuk memperoleh gambaran pola penyakit dan
determinan-determinannya pada populasi sasaran dan
memperkirakan adanya hubungan sebab akibat pada
penyakit-penyakit dengan perubahan yang jelas.
21/12/9

Skema Studi Potong-Lintang

Populasi

Pencuplikan (random, fixed exposure,


atau fixed disease)

Terpapar, Tak Tak Terpapar,


Terpapar, Tak Terpapar,
berpenyakit Berpenyakit
berpenyakit Tak Berpenyakit
(E+D-) (E-D+)
(E+D+) (E-D-)
Jenis – Jenis Cross Sectional

1. Deskriptif Cross Sectional


Deskriptif cross sectional meneliti
prevalensi penyakit, atau paparan, ataupun
kedua-duanya pada suatu populasi tertentu.
2. Analitik Cross Sectional
Analitik crossectional mengumpulkan data prevalensi
paparan dan penyakit untuk tujuan perbandingan perbedaan-
perbedaan penyakit antara kelompok tak terpapar, dalam
rangka meneliti hubungan antara paparan dan penyakit.
Membandingkan proporsi orang-orang terpapar yang
mengalami penyakit (a/(a+b) dengan proporsi orang-orang
tak terpapar yang mengalami penyakit (c/(c+d))
21/12/9

Contoh :
Penyajian tabel prevalensi Penyakit Jantung Koroner (PJK) di antara kelompok
terpapar (orang-orang yang tidak aktif jasmani) dan kelompok tidak
terpapar(individu-individu aktif jasmani)
PJK + PJK- Total
Tidak aktif 50 (a) 200 (b) 250 (a+b)
Aktif 50 (c) 700 (d) 750 (c+d)
Total 100 900 1000

P1 = a/ (a+b) = 50/250 = 20% adalah proporsi PJK di antara orang-


orang yang tidak aktif.
P2 = c/ (c+d) = 50/750 = 6,7% adalah proporsi PJK di antara orang-
orang yang aktif.
21/12/9

PEMILIHAN SAMPEL

Studi potong lintang dapat juga menggunakan teknik pencuplikan


random compleks, misalnya :
1)Pencuplikan random berstrata (stratified random sampling)
2)Pencuplikan random kluster (cluster random sampling)

Pencuplikan random berstrata dimulai dengan pembagian populasi


menurut strata, lalu pencuplikan sampel random dari masing-masing strata.
Pencuplikan random kluster dimulai dengan penentuan kluster
sebagai unit pencuplikan, lalu mencuplik kluster-kluster tersebut secara
random. Teknik pencuplikan random kompleks lebih efisien dari pada
pencuplikan random sederhana.
Ciri-ciri studi potong lintang

1.      Semua pengukuran variabel (dependen dan independen) yang diteliti


dilakukan pada waktu yang sama
2.      Tidak ada periode follow-up
3.      Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan prevalensi penyakit tertentu
4.      Pada penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding
5.      Hubungan sebab- akibat hanya merupakan perkiraan saja
6.      Penelitian ini dapat menghasilkan hipotesis
7.      Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian analitik
Tujuan Studi Cross Sectional

1. Untuk mengetahui masalah kesehatan masyarakat di


suatu daerah
2. Untuk mengetahui prevalensi penyakit tertentu  di
suatu daerah
3. Untuk memperoleh hipotesis spesifik yang akan diuji
melalui penelitian analitis
3. Dapat memberikan gambaran tentang arah dan
sasran penelitian selanjutnya.
4. Hasil pengamatan potong lintang dapat
menjadi dasar keterangan (baseline
information) untuk merancang penelitian
kohor serta memudahkan untuk memilih
(identifikasi) kasus maupun kontrol dalam
penelitian kasus kontrol.
Keuntungan studi potong lintang

1. Dengan biaya relative kecil dan waktu yang cepat dapat memperkirakan
adanya hubungan sebab akibat dan perhitungan risiko relative yang dapat
digunakan sebagai hipotesa awal penelitian analitik/ekperimen.
2. Dapat menggunakan data dari rumah sakit (hospital based) maupun
lapangan (community based)
3. Dapat digunakan untuk membandingkan besarnya risiko terpapar oleh
factor yang dianggap sebagai penyebab penyakit dengan kelompok yang
tidak terpapar, dan hasilnya dapat menyusun perencanaaan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.
Kekurangan studi potonglintang

1. Tidak tepat dugunakan untuk menganalisis hubungan kausal


paparan dan penyakit
2. Tidak dapat memantau perubahan yang terjadi dengan berjalannya
waktu karenapengamatan pada subyek studi hanya dilakukan satu
kali dalam penelitian
3. Sulit untuk melakukan komparabilitas kedua kelompok yang
dibandingkan karena tidak diketahui apakah insiden terjadi
sebelum atau sesudah terpajan
4. Sulit untuk mengadakan penelitian pada populasi yang lebih besar
5. Tidak dirancang untuk penelitian analitik
6. Kemungkina terdapat subyek studi yang terlalu sedikit dalam salah
satu kelompok
Bagan rancangan penelitian dengan desain
studi potong lintang (crossectional)

Menentukan subyek penelitian

Hasil analisis

Menentukan faktor
risiko atau paparan
Melakukan
Hasil
pengamatan/penguku
pengamatan/p
Menentukan status ran bersamaan/sekali
engukuran
penyakit waktu
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai