Anda di halaman 1dari 19

Peran apoteker di apotek

OLEH:
KELOPOK 13
1. INDRI ISTIQOMAH (1811012014)
2. SILVYA RIKIYANA (1811012016)
3. DWIRAHMASEPTI ARTA (1811012056)
4. KHAIRATUL HUSNIA (1811013020)
apoteker

 Apoteker merupakan bagian dari tenaga kesehatan


yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian sebagaimana
tercantum dalam PP No.51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian pasal 1 bahwa Pekerjaan
Kefarmasian adalah pembuatan termasuk
pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional.
Apa itu apotek?

 Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian


tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker
(PP No.51, 2009). Apoteker sebagai pelaku utama
pelayanan kefarmasian yang bertugas sebagai
pelaksana atau pemberi pelayanan kesehatan diberi
wewenang sesuai kompetensi pendidikan yang
diperolehnya, sehingga terkait erat dengan hak dan
kewajiban (Standar Kompetensi Apoteker Indonesia,
2011).
Pelayanan kefarmasian

pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan


langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Dalam menjalankan tugasnya
sebagai apoteker, apoteker dibantu oleh apoteker
pendamping dan/atau tenaga teknis kefarmasian yang
terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi dan
Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker (PP
No.51, 2009).
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang
membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan
Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga
Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
Tujuan pelayanan kefarmasian di apotek

berdasarkan Peraturan menkes RI N0mor 73 tahun


2016 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
bertujuan untuk:
 a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
 b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga
kefarmasian; dan
 c. melindungi pasien dan masyarakat dari
penggunaan Obat yang tidak rasional dalam rangka
keselamatan pasien (patient safety).
Apoteker Pengelola Apotek (APA)

 Apoteker Pengelola Apotek (APA)


Menurut Kepmenkes No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Apoteker adalah
sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah
mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di
Indonesia sebagai Apoteker. Setiap profesi harus disertifikasi
secara resmi oleh lembaga keprofesian untuk tujuan diakuinya
keahlian pekerjaan keprofesiannya dan proses ini sering dikenal
dengan kompetensi Apoteker. Kompetensi Apoteker menurut
International Pharmaceutical Federation (IPF) adalah
kemauan individu farmasis untuk melakukan praktek
kefarmasian sesuai syarat legal minimum yang berlaku serta
mematuhi standar profesi dan etik kefarmasian.
Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek
(APA)

 Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI


No.1332/Menkes/SK/X/2002
 a. Ijazah telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.
 b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai
Apoteker.
 c. Memiliki Surat Izin Kerja (SIK) atau surat penugasan
dari Menteri Kesehatan.
 d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental
untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker.
 e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak
menjadi Apoteker Pengelola di apotek lain.
– Peranan dan Fungsi Apoteker Pengelola
Apotek (APA)

 Peranan dan fungsi Apoteker Pengelola Apotek (APA) di


antaranya:
 a. Membuat visi dan misi.
 b. Membuat strategi, tujuan, sasaran, dan program kerja.
 c. Membuat dan menetapkan peraturan atau Standar
Prosedur Operasional (SPO) pada setiap fungsi kegiatan
di apotek.
 d. Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SPO
serta program kerja pada setiap fungsi kegiatan di
apotek.
 e. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan
menganalisis hasil kinerja operasional dan kinerja
keuangan apotek.
Wewenang dan tanggung jawab APA
diantaranya:

 Wewenang dan tanggung jawab APA diantaranya:


 a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan
 b. Menentukan sistem atau peraturan yang akan
digunakan
 c. Mengawasi pelaksanaan SPO dan program kerja
 d. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang
diperoleh.
Peranan apoteker di apotek

 Dari kompetensi serta peraturan


perundang-undangan yang telah
disebutkan sebelumnya, Apoteker di
apotek memiliki 3 (tiga) peranan,
terutama yang berkaitan langsung
dengan pasien, yaitu profesional,
manager, dan retailer.
A. Peranan Apoteker Sebagai Profesional

Adapun standar pelayanan kefarmasian di apotek telah


diatur melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/I X/2004.
Tujuan dari standar pelayanan ini adalah:
 1. Melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak
profesional.
 2. Melindungi profesi dari tuntutan masyarakat yang
tidak wajar.
 3. Pedoman dalam pengawasan praktek Apoteker.
 4. Pembinaan serta meningkatkan mutu pelayanan
farmasi di apotek.
 Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004, terutama pada BAB
III, bahwa pelayanan kefarmasian meliputi:
1. PELAYANAN RESEP
 a. Skrining Resep
 Apoteker melakukan skrining resep meliputi:
 1) Persyaratan Administratif :
 – Nama, SIP dan alamat dokter
 – Tanggal penulisan resep
 – Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
 – Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
 – Nama obat, potensi, dosis, dan jumlah yang minta
 – Cara pemakaian yang jelas
 – Informasi lainnya
 2) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis,
potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian.
 3) Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping,
interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan
lain lain). Jika ada keraguan terhadap resep
hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis
resep dengan memberikan pertimbangan dan
alternatif seperlunya bila perlu menggunakan
persetujuan setelah pemberitahuan.
 b. Penyiapan obat
 1) Peracikan
 Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam
melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat
serta penulisan etiket yang benar.
 2) Etiket
 Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
 3) Kemasan Obat yang Diserahkan
 Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.
 4) Penyerahan Obat
 Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan
resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien.
 5) Informasi Obat
 Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan
terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: dosis, efek farmakologi, cara pemakaian obat, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama
terapi.
 6) Konseling
 Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya,
sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau
penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya apoteker harus memberikan konseling secara
berkelanjutan.
 7) Monitoring Penggunaan Obat
 Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk
pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.
 2. Promosi dan Edukasi
 Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus
memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri
sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan
obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif
dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi
informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster,
penyuluhan, dan lain-lain.
 3. Pelayanan Residensial (Home Care)
 Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan
pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya
untuk kelompok lanjut usia dan pasien dengan pengobatan penyakit
kronis lainnya. Untuk aktivitas ini Apoteker harus membuat catatan
berupa catatan pengobatan (medication record).
B. Peranan Apoteker Sebagai Manager

 Manajemen secara formal diartikan sebagai


perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian, terhadap penggunaan sumber daya
untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen adalah
untuk :
 1. Mencapai tujuan.
 2. Menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan
yang saling bertentangan.
 3. Mencapai efisiensi dan efektivitas.
C. Peranan Apoteker Sebagai Retailer

 Apotek sebagai badan usaha retail, bertujuan untuk


menjual komoditinya, dalam hal ini obat dan alat
kesehatan, sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan
profit
 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan No. 992/Menkes/Per/X/1993, tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek Menteri Kesehatan, pasal 6, dinyatakan bahwa :
 1. Untuk mendapatkan izin Apotek, Apoteker atau Apoteker yang bekerjasama dengan pemilik
sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk
sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
 2. Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi
lainnya diluar sediaan farmasi.
 3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.
 Berdasarkan peraturan tersebut, terutama ayat 2 dan 3, membuka peluang bagi apotek untuk
melakukan kegiatan usaha di luar sediaan farmasi. Oleh karena begitu besarnya peluang, dan
kelonggaran regulasi yang ada, apotek memiliki keleluasan dalam menjalankan perannya
sebagai salah satu badan usaha retail.
 Oleh karena itu, Apoteker Pengelola Apotek seyogyanya menjalan peran memainkan
peranannya sebagai retailer, terutama bagi Apoteker Pengelola Apotek yang full management.
Kompetensi minimal mengenai marketing dan strateginya, akan menjadi nilai tambah bagi
Apoteker Pengelola Apotek, dalam memimpin suatu apotek. Pengaturan sarana dan prasarana
yang menunjang juga sangat menentukan keputusan pelanggan untuk membeli, seperti
pajangan yang menarik, layout apotek, merchandising, pelayanan yang hangat dan ramah, dan
lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai