Anda di halaman 1dari 24

TUTORIAL KLINIK

“IMPETIGO”
Ria Arisandi
Noviyanti Hasibuan
Nurulia Astri

Perceptor :
dr. Yulisna, Sp.K.K.

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN KULIT DAN


KELAMIN
RSUD DR. H. ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
Definisi
 Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang
menyerang lapisan epidermis kulit.
 Impetigo biasanya juga mengikuti trauma
superficial dengan robekan kulit dan paling sering
merupakan penyakit penyerta (secondary infection)
dari pediculosis, skabies, infeksi jamur dan pada
insect bites.
Etiologi
 Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus aureus,
Streptococcus beta hemolitikus grup A
(Streptococcus pyogenes) atau keduanya yang
sangat menular.
 Staphylococcus merupakan patogen primer pada
impetigo krustosa dan ecthyma.
Klasifikasi
 Impetigo dibagi menjadi 2 jenis, yaitu impetigo
yang ditandai dengan keropeng (impetigo
krustosa), dan impetigo yang ditandai dengan
benjolan berisi cairan (impetigo bulosa).
 Sebanyak 70% impetigo adalah bentuk keropeng.
Impetigo Krustosa
 Impetigo krustosa disebut juga Impetigo kontangiosa,
impetigo vulgaris, impetigo tillbury Fox.
 Disebabkan oleh Streptococcus ß-haemolyticus grup
A, bisa juga campuran antara Streptococcus dan
staphylococcus aureus.
 Impetigo krustosa merupakan infeksi kulit bakteri yang
paling sering dijumpai pada anak, terutama anak
yang tinggal di iklim panas dan lembab serta orang
dewasa bisa terkena.
 Impetigo jenis ini ditandai dengan keropeng,
sebagian besar terdapat pada anak usia 2-5
tahun, karena sistem imun anak yang belum
berkembang sempurna.
 Frekuensi sama antara pria dan wanita.
 Infeksi mudah meluas secara inokulasi melalui
tangan, handuk, atau baju.
 Impetigo ini biasanya mengenai daerah-daerah
tubuh yang tidak tertutup, biasanya pada muka,
khususnya disekitar lubang hidung dan mulut
(karena dianggap sumber infeksi dari dari daerah
tersebut), kulit kepada dan ekstremitas. Tapi
apabila mengenai bayi, dapat terjadi di seluruh
bagian tubuh
Impetigo Bulosa
 Impetigo bulosa disebut juga Impetigo
vesikobulosa atau cacar monyet.
 Impetigo jenis ini ditandai dengan benjolan berisi
cairan, sering ditemui pada bayi baru lahir, namun
juga bisa ditemui pada anak dan dewasa.
 Kelainan kulit berupa benjolan kecil yang dengan
cepat membesar menjadi benjolan besar berisi
cairan (bula).
 Impetigo bulosa disebabkan oleh Staphylococcus
aureus tipe 71, sebanyak 20% dari impetigo
bulosa disebabkan oleh bakteri resisten terhadap
antibiotik (methicilin-resistant S. aureus) yang
lebih sulit diobati.
 Dapat menyerang semua umur namun lebih banyak
pada anak-anak. Frekuensinya sama pada pria
dan wanita.
 Tempat predileksi terdapat pada wajah, aksila,
dada, punggung, dan tangan.
Patogenesis
 Impetigo krustosa
Impetigo Bulosa
Gejala klinis
Impetigo krustosa
 Keluhan utama adalah rasa gatal.

 Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang

cepat memecah sehingga jika penderita datang


berobat yang terlihat ialah krusta tebal berwarna
kuning seperti madu.
Impetigo bulosa
 Keluhan utama berupa lepuh yang timbul akut
pada kulit sehat.
 Ukurannya bervariasi dari milier hingga lentikuler.
Impetigo bulosa sering muncul bersama miliaria
 Kelainan kulit berupa eritema, bula dan bula
hipopion
Terapi
 Impetigo krustosa
Jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salep
antibiotik. Kalau banyak diberikan pula antibiotik
sistemik. Pengobatan topikal maupun sistemik
sebaiknya dilakukan selama 5-7 hari.
 Impetigo Bulosa
Jika terdapat hanya beberapa vesikel/bula
dipecahkan lalu diberi salep antibiotic atau cairan
antiseptik. Kalau banyak diberi antibiotic sistemik.
Faktor predisposisi dicari, jika karena banyak
keringat, ventilasi diperbaiki.
Konseling
 Menjaga kebersihan tubuh dengan mandi teratur
dengan sabun mandi dan pakaian, handuk, sprei
sering ganti dan dicuci air panas serta dipakai
sendiri.
 Menjaga kebersihan lingkungan
 Mencegah kontak langsung maupun tidak langsung
dengan penderita
 Perbaiki keadaan umum
 Menghilangkan faktor-faktor predisposisi
Kasus

Pasien anak laki-laki, usia 3 tahun, seorang anak datang ke


poliklinik kulit Rumah Sakit Abdoel Moeloek (RSAM) diantar oleh
ibunya dengan keluhan gatalgatal dan timbul gelembung berisi
cairan hampir di seluruh tubuh sejak 3 hari yang lalu.

Awalnya keluhan timbul di perut yang lama kelamaan menjalar ke


daerah punggung, tangan, kaki dan wajah. Keluhan berupa
kemerahan yang terasa gatal dan agak perih lalu lama kelamaan
menjadi gelembung berisi cairan, sebagian gelembung pecah dan
mengering hingga berwarna kehitaman.
Kasus
Pasien tidak berani mandi karena takut gelembungnya akan
pecah. Pasien juga tinggal dirumah yang belum beralaskan
keramik dan masih berlantai tanah, pasien jarang menggunakan
sandal, kebiasaan mencuci tangan kurang, kebiasaan pasien
senang bermain di tanah.

Pasien mengaku tidak memiliki riwayat penyakit yang sama


sebelumnya dan keluarga pasien tidak ada yang mengalami
keluhan serupa. Sebelumnya pasien sempat berobat ke puskesmas
dan mendapat obat namun tidak ada perubahan hingga akhirnya
pasien berobat ke poliklinik kulit RSAM
Pemeriksaan fisik
 keadaan umum tampak sakit sedang
 kesadaran compos mentis
 tekanan darah : 130/90 mmHg
 Nadi : 82 x/menit
 Pernafasan : 20 x/menit
 Suhu : 37,20C
 Berat badan :11 kg
 Status generalis dalam batas normal.
Status dermatologis
• makula eritem • bula hipopion • ekskoriasi
multiple multiple ukuran multiple ukuran
berukuran numularis numularis
lentikular
sampai numular
Regio thoraks Regio brakhii
Regio abdomen anterior et dekstra et
sinistra sinistra

• Regio cruris
dekstra et
sinistra

Regio cruris
dekstra et
sinistra
DAFTAR PUSTAKA
 Beheshti. 2007. Impetigo, a brief review. Fasa-Iran: Fasa Medical School. pp 23-36, 277- 283
 Brooks, Geo F. 2008. Mikrobiologi kedokteran ed.23. Jakarta: EGC Buck. 2007. Ratapamulin: A new option
of impetigo. Virginia USA: University of Virginia Children’s Hospital. pp 403-479
 Cole C, Gazewood J. 2007. Diagnosis and treatment of impetigo. American Family Physician. pp 250-252
 Departemen kesehatan kulit dan kelamin.2008. Atlas Penyakit kulit dan kelamin. Surabaya: FK UNAIR.
hlm.27-29
 Djuanda. 2005. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hlm
35-36
 Djuanda. 2011. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hlm
45-46
 Northern Kentucky Health Department. 2005. Impetigo. Kentucky: Epidemiology Services, Northern
Kentucky Health Department. pp 138-149
 Provider synergies. 2007. Impetigo agents, topical review. Ohio: Intellectual Property Department Provider
Synergies LLC. pp 276-277
 Suswati, E. 2003.Efek hambatan triklosan 2% terhadap pertumbuhan methicillin resistant staphylococcus
aureus (MRSA) (Tesis). Jember: Fakultas Kedokteran Universitas Jember. hlm 43-44
 Tanu, Ian. 2007. Farmakologi dan terapi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hlm 24-25

Anda mungkin juga menyukai