Anda di halaman 1dari 21

ASKEP CEDERA KEPALA

PANJI SATRIA NUGRAHA


RINI OKTAVIA RAMAWATI
PENGERTIAN

 Cedera kepala adalah trauma pada otak yang


disebabkan adanya kekuatan fisik dari luar
yang dapat menyebabkan terjadinya
penurunan kesadaran. Akibatnya dapat
menyebabkan gangguan kognitif, gangguan
tingkah laku, atau fungsi emosional. Gangguan
ini dapat bersifat sementara atau permanen,
menimbulkan kecacatan baik partial atau total
dan juga gangguan psikososial.
ETIOLOGI

 Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan


bermotor atau sepeda, dan mobil.
 Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan
ketergantungan.
 Cedera akibat kekerasan.
KLASIFIKASI
A. Berdasarkan mekanisme :
1. Cedera tembus (benda tajam)
Misalnya: pisau, peluru atau berasal dari
serpihan atau pecahan dari fraktur tengkorak.
Trauma benda tajam yang masuk kedalam
tubuh merupakan trauma yang dapat
menyebabkan cedera setempat atau
kerusakan terjadi terbatas dimana benda
tersebut merobek otak.
2. Cedera difus (cedera tumpul)
Misalnya : terkena pukulan atau benturan. Trauma
oleh benda tumpul dapat menimbulkan kerusakan
menyeluruh (difuse) karena kekuatan benturan.
Terjadi penyerapan kekuatan oleh lapisan
pelindung spt : rambut, kulit, kepala, tengkorak.
Pada trauma berat sisa energi diteruskan ke otak
dan menyebabkan kerusakan dan gangguan
sepanjang perjalanan pada jaringan otak sehingga
dipandang lebih berat.
B. Berdasarkan berat – ringannya cedera :
1. Cedera kepala ringan
GCS : 13-15, hilang kesadaran < 30 menit tapi
ada yang menyebut < 2 jam, tidak ada
penyerta seperti fraktur tengkorak, kontusio
atau hematoma. Frekuensi 55%.
2. Cedera kepala sedang
GCS : 9-12, hilang kesadaran atau amnesia
antara 30 menit- 24 jam ada juga yang menyebut
antara 2-5 jam, dapat mengalami fraktur
tengkorak, disorentasi ringan (bingung).
Frekuensinya 24%.
3. Cedera kepala berat
GCS : 3-8, hilang kesadaran > 24 jam, juga
meliputi kontusio cerebral, laserasi, atau
hematoma intrakranial. Frekuensi 21%.
MANIFESTASI KLINIS
 Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
 Kebingungan
 Iritabel
 Pucat
 Mual dan muntah
 Pusing kepala
 Terdapat hematoma
 Kecemasan
 Sukar untuk dibangunkan
 Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari
hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang
temporal.
 Peningkatan TD, penurunan frekuensi nadi, peningkatan pernafasan.
PATHOFISIOLOGI

Adanya cedera kepala dapat mengakibatkan gangguan


atau kerusakan struktur misalnya kerusakan pada
parenkim otak, kerusakan pembuluh darah,
perdarahan, edema dan gangguan biokimia otak seperti
penurunan adenosin tripospat dalam mitokondria,
perubahan permeabilitas vaskuler. Patofisiologi cedera
kepala dapat digolongkan menjadi 2 proses yaitu
cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder.
Cedera kepala primer merupakan suatu proses
biomekanik yang dapat terjadi secara langsung saat
kepala terbentur dan memberi dampak cedera jaringan
otak
 Pada cedera kepala sekunder terjadi akibat cedera
primer misalnya hipoksia, iskemia, dan perdarahan.
Perdarahan cerebral menimbulkan hematom, misalnya
pada epidural hematom yaitu berkumpulnya darah
antara lapisan periosteum tengkorak dengan durameter,
sub dural hematom diakibatkan berkumpulnya darah
pada ruang antara durameter dengan subarachnoid dan
intracerebral hematom adalah berkumpulnya darah
pada jaringan serebral. Kematian pada cedera kepala
banyak disebabkan karena hipotensi karena gangguan
pada autoregulasi. Ketika terjadi gangguan autoregulasi
akan menimbulkan hipoperfusi jaringan serebral dan
berakhir pada iskemia jaringan otak, karena otak
sangat sensitif terhadap oksigen dan glukosa.
KOMPLIKASI
 Perdarahan intra cranial
 Kejang
 Parese saraf cranial
 Meningitis atau abses otak
 Infeksi pada luka atau sepsis
 Edema cerebri
 Timbulnya edema pulmonum neurogenik, akibat
peninggian TIK
 Kebocoran cairan serobospinal
 Nyeri kepala setelah penderita sadar
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 CT-Scan (dengan atau tanpa kontras)
 MRI
 Cerebral Angiography
 Serial EEG
 X-Ray
 BAER
 PET
 CSF, Lumbal Punksi
 ABGs
 Kadar Elektrolit
 Screen Toxicologi
PENATALAKSANAAN MEDIS
 Observasi 24 jam
 Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan
terlebih dahulu.
 Makanan atau cairan, pada trauma ringan bila muntah-
muntah, hanya cairan infus dextrosa 5 %, amnifusin,
aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2
- 3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
 Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
 Pada anak diistirahatkan atau tirah baring.
 Terapi obat-obatan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CIDERA
KEPALA
PENGKAJIAN
 Identitas pasien : nama, usia, jenis kelamin,
suku bangsa, agama, penghasilan, pendidikan,
alamat
 Identitas penanggungjawab : nama, usia,
hubungan dg klien, penghasilan, alamat
RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan Utama
Biasanya terjadi penurunan kesadaran, nyeri kepala, adanya
lesi/luka dikepala
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien datang dengan keadaan penurunan
kesadaran, konvulsi, adanya akumulasi sekret pada saluran
pernafasan, lemah, paralisis, takipnea.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Biasanya klien memiliki riwayat jatuh.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada salah satu keluarga yang menderita penyakit
yang sama sebelumnya
 Pengkajian fisik : penampilan umum, tingkat
kesadaran, tanda-tanda vital, sistem respirasi,
kardiovaskuler, eliminasi, pencernaan,
neurologis, musculoskeletal
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan
depresi pada pusat napas di otak.
 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan sputum.
 Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan
edema otak, peningkatan TTIK
 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual dan muntah
 Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan
ketidakmampuan ADL & penurunan motorik
 Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan
dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.
INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan


depresi pada pusat napas di otak.
 Hitung pernapasan pasien dalam satu menit.

 Cek pemasangan tube

 Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi

 Perhatikan kelembaban dan suhu pasien

 Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit)

 Siapkan ambu bag tetap berada di dekat pasien


2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukan sputum.
 Observasi kecepatan, kedalaman, frekuensi,
irama, dan bunyi napas
 Atur posisi semi fowler (head up 30 – 45derajat)
 Jaga kepatenan Trakeal Tube
 Lakukan penghisapan lender dengan hati-hati
selama 10-15 detik. catat sifat, warna, dan bau
secret.
 Berikan O2 sesuai program
 Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam
 Monitor nilai AGD secara periodik
3. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan
dengan edema otak, peningkatan TIK
 Kaji tanda-tanda peningkatan TIK, peningkatan
TD, nadi lambat, pernafasan dalam dan lambat,
hipertermi, pupil dilatasi anisokor, RC -/-,
skesadaran bertambah buruk (GCS <15)
 Observasi TTV tiap jam
 Tinggikan kepala15-45 dalam posisi netral
 Monitor Intake-output tiap 8 jam sekali
 Lakukan kompres dingin bila suhu tinggi
(Hipertermi) dan batasi penggunaan selimut
 Berikan terapi sesuai program
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai