Depresi
Preceptor :
Hj. Gemah Naripah dr., SpKJ, M.KES
Presentan :
Seviana Annissa
R. Ahmad Rizal Ekaputra
IDENTITAS PASIEN
Identitas Pasien :
Nama : Ny. A
Usia : 41 tahun
Alamat : Rancaekek
Pekerjaan : Pedagang
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan :15 Desember 2015
KELUHAN UTAMA
PE (head to toe) :
Kulit : Tidak Ada Kelainan
Kepala : Tidak Ada Kelainan
Mata : Tidak Ada Kelainan
Hidung : Tidak Ada Kelainan
Telinga : Tidak dilakukan pemeriksaan
Mulut dan tenggorokan : Tidak Ada Kelainan
Leher
JVP : Tidak dilakukan pemeriksaan
KGB : Tidak dilakukan pemeriksaan
Thoraks
Paru - Paru : Tidak dilakukan pemeriksaan
Jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Ekstremitas :
Akral Hangat, Oedem (-/-)
Keadaan neurologis :
Tidak dilakukan pemeriksaan
STATUS PSIKIATRI
Deskripsi Umum :
Orientasi
Tempat : Baik
Waktu : Baik
Orang : Baik
Perhatian : Baik
Persepsi : illusi (-), halusinasi visual (-), auditori
(-), gustatory (-), olfaktori (-), taktil (-)
Ingatan :
Immediate : Baik
Recent : Baik
Remote : Baik
Pikiran :
Bentuk pikiran :
Isi pikiran : delusi (-), obsesi (-), fobia (-)
Jalan pikiran: koheren
Penilaian
Norma sosial : Baik
Insight of illness : Baik
Emosi
Mood : Kecewa, depresif, dan sensitif
Afek : Murung
Dekorum :
Sopan santun : Baik
Cara berpakaian : Rapih, Bersih, Serasi
Kebersihan : Baik
DIAGNOSA MULTIAKSIAL
Aksis I : F32.1 Episode Depresi Sedang
DD : gangguan cemas menyeluruh
Aksis II : Tidak Ada
Aksis III : Tidak Ada
Aksis IV : Masalah dengan keluarga dan masalah
berkaitan dengan lingkungan sosial
Aksis V : GAF 70 – 61 Beberapa gejala ringan dan
menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum
masih baik.
Penatalaksanaan Depresi
Psikoterapi:
Terapi Kognitif
Terapi Perilaku
Psikoterapi suportif
Psikoterapi psikodinamik
Farmakoterapi
Anti psikosis
Anti depresan
Prognosis
Sosio kultural Risiko meningkat pada riwayat keluarga peminum alkohol, depresi, kehilangan orangtua
pada usia sebalum 13 tahun
Risiko sedikit meningkat pada kelompok sosioekonomi rendah
Psikososial Biologi
Genetik
Biologi
Biogenic amines
Adanya disregulasi dari berbagai zat biogenic ammines seperti pada
metabolit Homovanillic acid (dari dopamine),
5-Hydroxyindoleacetic acid (dari serotonin) dan 3-methoxy-4-
hydroxyphenylglycol (dari norepinephrine) dalam darah, urin, cairan
serebrospinal pasien dengan gangguan mood.
Pengaturan neuroendokrin
Pada depresi terjadi penurunan pelepasan berbagai hormone, seperti
TSH, GH, FSH, LH, dan testosterone; sekresi nokturnal melatonin yang
menurun. Disertai fungsi imun yang menurun pada depresi dan manik.
Kelainan Tidur
Gangguan tidur seperti insomnia, terbangun berulang kali,
dan hipersomnia. Pada EEG tidur pada banyak orang yang
mengalami depresi menunjukan kelainan.
Regulasi neuroimun
adanya kelainan imunologis pada pasien depresi dan pada
orang yang berduka cita atas kehilangan sanak saudara,
pasangan atau teman dekat.
Neuroanatomi
melibatkan patologis di sistem limbik, hipotalamus, dan
ganglia basalis.
Disfungsi pada hipotalamus perubahan tidur, nafsu makan,
dan perilaku seksual pasien dengan depresi.
postur membungkuk, perlambatan motorik, dan gangguan
kognitif minor gangguan ganglia basalis.
Psikososial
Genetik
Psikoanalitik
Kehilangan orang yang dikasihi tidak dapat
diterima. Data genetic
Freud menggambarkan adanya ambivalensi suatu faktor penting
internal terhadap objek yang dikasihi dapat didalam
mengakibatkan timbulnya bentuk kesedihan perkembangan
yang patologis jika objek tersebut hilang gangguan mood
atau diangggap tidak ada depresi berat adalah genetik. Salah
dengan perasaan bersalah dan tidak satu orangtua yang
berharga dan ide bunuh diri.
memiliki major
Kognisi depressive disorder
Pandangan tentang diri sendiri yang akan mewariskan
negative kepada anaknya
Interpretasi negative tentang hal yang sebesar 10-13%.
terjadi
Pandangan masa depan yang buruk
“ Stressful life events “
Sering mendahului episode awal dari
gangguan mood.
Subtipe dari sindrom depresi dengan
depresi
Depresi tipikal
dikarakteristikan dengan penurunan tidur, energi dan sutau variasi diurnal
dari mood yang mana depresi memburuk seiring dengan perkembangan
hari.
Depresi atipikal
dikarakteristikan dengan peningkatan tidur dan energi, suatu gaya
kepribadian dari penolakan sensitivitas, dan memelihara reaktivitas mood
(kemampuan untuk merasakan lebih baik).
Depresi psychotic
dikarakteristikan dengan adanya delusi atau halusinasi selama kriteria
depresi umum.
Depresi melankolik
dikarakteristikan dengan gambaran depresi tipikal tetapi ditandai dengan
anhedonia (kurang tertarik pada semua aktivitas), ketidakmampuan
merasakan suatu kejadian lebih baik, merasa lebih terdepresi pada pagi
hari dan merasa lebih baik seiring dengan perkembangan hari
Subtipe dari kondisi
depresi unipolar:
Dysthimia
gejaladepresi sedang (sekurangnya dua kriteria
neurovegetative DSM-IV,tetapi tidak lebih dari
empat) terjadi untuk suatu periode sekurangnya
2 tahun dalam masa dewasa atau 1 tahun dalam
masa remaja.
Gangguan depresi berat
terdiri dari depresi berat dalam ketidakadaan
mania atau hipomania dan mempunyai tiga variasi;
single episode (yang mana terjadi 50%),
recurrent (50% lainnya), dan chronic (didasarkan
apakah episode selama satu tahun atau lebih).
Kalsifikasi
berdasarkan Potter 2004 :
Depresi reaktif atau sekunder
Merupakan bantuk depresi yang paling sering. Depresi ini terjadi akibat adanya stimulus
berupa kesedihan, penyakit, dan lain-lain.
Depresi endogen
Gangguan biokimia yang terjadi secara genetik, manifestasi kelainan ini berupa
ketidakmampuan untuk mengekspresikan kesenangan dan ketidakmampuan dalam menghadapi
masalah-masalah hidup.
Gejala Fisik
Gangguan pola tidur (sulit tidur, terlalu banyak atau
terlalu sedikit)
Menurunnya tingkat aktivitas.
Menurunnya efisiensi kerja.
Menurunnya produktivitas kerja.
Mudah merasa letih dan sakit.
Gejala Psikis
Kehilangan percaya diri
Sangat sensitif
Merasa tidak berguna
Persaan bersalah
Merasa terbebani
Gejala Sosial
biasanya dipandang sebagai gejala dari depresi yang paling khas; dan sekurang-kurangnya dua dari ini,
• ditambah sekurang-kurangnya dua gejala lain (untuk F32.-) harus ada untuk menegakkan diagnosis
pasti.
• Individu yang mengalami episode depresif ringan biasanya resah tentang gejalanya dan agak sukar
baginya untuk meneruskan pekerjaan biasa dan kegiatan sosial, namun mungkin ia tidak akan berhenti
• Sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala paling khas yang
ditentukan untuk episode depresif ringan (F32.0),
• ditambah sekurang-kurangnya tiga (dan sebaiknya empat) gejala lainnya.
Beberapa gejala mungkin tampil amat menyolok, namun ini tidak esensial
apabila secara keseluruhan ada cukup banyak variasi gejalanya.
• Lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu.
• Individu dengan episode depresif taraf sedang biasanya menhadapi kesulitan
nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.
EPISODE DEPRESI BERAT
• Semua tiga gejala khas yang ditentukan untuk episode depresif ringarn dan
sedang (F32.0,F32.1) harus ada,
• ditambah sekurang-kurangnya empat gejala lainnya, dan beberapa di
antaranya harus berintensitas berat.
• Namun, apabila gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi) menyolok,
maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
geja!anya secara terinci. Dalam hal demikian, penentuan menyeluruh dalam
sub kategori episode berat masih dapat dibenarkan.
• Episode depresif biasanya berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan
tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka mungkin
dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu.
• Selama episode depresif berat, sangat tidak mungkin penderita akan mampu
meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali
pada taraf yang sangat terbatas.
EPISODE DEPRESI BERAT DENGAN GELAJA
PSIKOTIK
• Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut di
atas,
• disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Wahamnya biasanya
memeperlihatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam, dan pasien dapat merasa bertangungjawab atas hal itu.
Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina
atau menuduh atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor
yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi
dapat ditenyukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan suasana perasaan
(mood).
Informasi yang penting untuk menentukan ialah:
• (1) apakah pasien psikotik,
• (2) apakah pasien telah minum obat atau alkohol, dan
• (3) adakah gangguan medik yang ditemukan.
Bila gejala psikotik timbul, benzodiazepin dapat
digunakan, tetapi antipsikotika perlu
dipertimbangkan. contoh, haloperidol (Haldol) 2-5 mg
per oral atau IM, flufenazin (Prolixin, Anatensol) 2-5
mg per oral atau IM, atau tiotiksen (Navane) 2-5 mg
per oral atau IM, semua diberikan tiap 4 jam
seperlunya.
Bila terdapat kondisi organik, pilihan obat
bergantung pada kondisi pasien. Antipsikotika
menurunkan ambang terhadap kejang, dan harus
digunakan dengan hati-hati pada pasien epilepsi.
Benzodiazepin meningkatkan ambang kejang juga,
tetapi juga mudah menyebabkan amnesia, masalah
kognitif lainnya, atau agitasi pada pasien yang
sebelumnya memang menderita delirium, bingung,
atau demensia.
Penegakan Diagnosis
Antidepresan
• Trisiklik
• Heterosiklik
• Selektive serotonin reuptake inhibitors (SSRI)
• Inhibitor monoamin oksidase (MAOI).
Antidepresan
imipramin , amitriptilin, doxepin, desipramin, nortriptilin,
protriptilin, klomipramin dan trimipramin
TCA bekerja dengan cara menginhibisi ambilan kembali norepinefrin
dan serotonin, dan juga α-adrenergik, histamin dan muskarinik
• Gangguan depresi berat bukan merupakan gangguan yang ringan. Keadaan ini
cenderung merupakan gangguan kronik, dan pasien cenderung relaps. Pasien yang
dirawat di rumah sakit untuk episode pertama gangguan depresi berat memiliki
kemungkinan 50% pulih di dalam tahun pertama.