Anda di halaman 1dari 48

PRESENTASI KASUS

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK

Oleh:
Stella Arzsa Sarahnaz
1820221128

Pembimbing :
dr. Wisuda Moniqa S, Sp.P, M.Kes

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019
IDENTITAS PASIEN

 Nama :Tn. S
 Umur :80 tahun
 Jenis kelamin :Laki-Laki
 Agama :Islam
 Pekerjaan :Sudah tidak bekerja
 Alamat :Sida Makmur RT 02/05
Karangjati – Susuka Kab.
Banjarnegara, Jawa Tengah.
 Tanggal Masuk : Jumat, 08 Februari 2019
 Tanggal Anamnesis : Kamis, 14 Februari 2019
 No. CM :00954910
ANAMNESIS

 Keluhan Utama : Sesak napas


 Keluhan Tambahan : Batuk
 Riwayat Penyakit Sekarang :
 Sesak napas dirasakan sejak lama namun memberat
sejak 3 hari SMRS
 Sesak + lemas sulit berdiri
 Buang napas  ngik – ngik
 Batuk kering sejak lama, batuk + nyeri di perut
 Cepat lelah dan sesak ketika berjalan
 Mual saat makan
 Muntah (-)
 Pusing.
 Pernah menjalani operasi empedu dan usus sekitar 2 tahun yang lalu ,
operasi katarak
 Gangguan di lambung.
 Saat ini sedang menjalani kontrol ke poli Urologi  BAK yang sering,
namun sedikit dan bercabang serta sakit (anyang-anyangan).
 BAB (-) sejak +- 1 minggu yang lalu
 Flatus (+)
 Sulit tidur saat malam hari karena keadaan yang dialami sekarang
 Perut pasien sering terasa nyeri pada malam hari.
 penurunan napsu makan (-)
 Penurunan BB (-)
 Riwayat trauma pada dada atau dada terbentur (-)
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat keluhan serupa : disangkal
 Riwayat maag : disangkal
 Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
 Riwayat kolesterol : disangkal
 Riwayat kencing manis : disangkal
 Riwayat penyakit ginjal : disangkal
 Riwayat batu saluran kencing : disangkal
 Riwayat asam urat : disangkal
 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat operasi : tidak disangkal (batu empedu serta
usus 2 tahun yang lalu, dan operasi
katarak)
 Riwayat Penyakit Keluarga :
 Riwayat penyakit serupa : disangkal
 Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
 Riwayat kencing manis : disangkal
 Riwayat asam urat : disangkal
 Riwayat penyakit ginjal : disangkal
 Riwayat kanker keluarga : disangkal
 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat Sosial Ekonomi
 Community
- Tinggal di desa, lingkungan tidak terlalu padat penduduk.
- Hubungan pasien - tetangga dan keluarga dekat baik.
- Tinggal serumah dengan isteri, anak dan beberapa cucunya. - -
Tetangga sekitar pasien tidak ada keluhan seperti pasien.
 Occupational
- Pernah bekerja di sebuah pabrik baja selama 3 tahun.
- Lingkungan kerja berdebu + banyak mobil proyek yang berukuran besar
 lingkungan semakin berdebu.
- Rekan kerja banyak perokok aktif.
 Personal Habit
- Merokok selama 2 tahun, 2 bungkus/hari
- Riwayat kebiasaan membakar sampah(-)
- Pernahmengonsumsi alcohol beer, 1x saat pasien masih muda (1963).
 Drugs and Diet
- Memiliki kebiasaan meminum kopi dan minuman berenergi
- Jarang minum air putih
- Menu makan : nasi, lauk-pauk, sayur-mayur, dan terkadang buah.
Makan 3x sehari.
PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis
 Keadaan umum : Sedang.
 Kesadaran : Compos mentis.
 Vital sign :
T : 170/80 mmHg
N : 74 x/mnt
RR : 24 x/mnt
S : 36.8 °C
 Antropometri :
BB : 75 kg
TB : 160 cm
IMT : 29,29 kg/mm2
2. Status Lokalis
 Kulit : Warna kulit sawo matang, ikterik (-)
 Kepala :Mesochepal, rambut hitam namun sudah beruban,
distribusi merata, tidak mudah dicabut.
 Mata : Conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil bulat,
Isokor, diameter 3 mm, reflek cahaya (+/+).
 Telinga : Simetris, serumen (-/-) dalam batas normal.
 Hidung : Defomitas -/-, NCH -/-, discharge -/-
 Mulut : Sianosis -/-
 Leher : Trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak
membesar, kelenjar tiroid tidak membesar, tekanan
vena jugularis tidak meningkat.
 Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC VI linea
midclavicula sinistra dan kuat angkat
Perkusi : Batas kanan atas: SIC II LPSD,
Batas kiri atas : SIC II LPSS,
Batas kanan bawah : SIC IV LPSD 1 jari lateral,
Batas kiri bawah : SIC VI , 2 jari lateral LMCS
Auskultasi : S1>S2 reguler, Gallop (-),
Murmur (-)
 Paru-paru :
Inspeksi : hemithoraks dextra = sinistra, ketinggalan gerak (-/-),
retraksi intercostae (-/-), jejas (-/-)
Palpasi : vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : sonor
Auskultasi : SD vesikuler (+/+), RBK (+/+), RBH (-/-), wheezing
(+/+), crackles (+/+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Darah 8/2/19 RSMS


 Hemoglobin : 12,6 g/dl (L) Normal : 13,2-17,3 gr/dl
 Leukosit : 7960 /uL Normal : 3800-10600 /uL
 Hematokrit : 37 % (L) Normal : 40 %-52 %
 Eritrosit : 4,8 10^6/uL Normal : 4,4-5,9 juta/ uL
 Trombosit : 211.000 /uL Normal : 150.000-440.000/uL
 MCV : 77,0 fL (L) Normal : 80-100 fL
 MCH : 26,1 pg Normal : 26-34 pg
 MCHC : 33,9 % Normal : 32-36 gr/dl
 RDW : 14,6 % (H) Normal : 11,5-14,5
 MPV : 10,5 fL Normal : 9,4 -12,4
 Hitung Jenis
 Basofil : 0,3% Normal : 0-1 %
 Eosinofil : 2.6 % Normal : 2-4 %
 Batang : 0,6% (L) Normal : 2-5 %
 Segmen : 76,4% (H) Normal : 50-70 %
 Limfosit : 9,4% (L) Normal : 25-40 %
 Monosit : 10,7 % (H) Normal : 2-8 %
 Kimia Klinik
 4 Februari 2019
• SGOT : 46 U/L (H) Normal : 15-37
• SGPT : 20 U/L Normal : 16-63
• Ureum Darah : 28,00 mg/dL Normal : 14,98-38,52
• Kreatinin Darah : 1,40 mg/dL (H) Normal : 0,70-1,30
• Glukosa Sewaktu : 138 mg/dL Normal : <= 200
• Natrium : 144 mEq/L Normal : 134-146
• Kalium : 4,3 mEq/L Normal : 3,4-4,5
• Klorida : 103 mEq/L Normal : 96-108
 13 Februari 2019
• Albumin : 3,21 g/dL (L) Normal : 3,4-5,00
 Rontgen Thoraks RSMS 08/02/2019

Kesan :
- Mild cardiomegaly (LV) disertai elongation aorta dan kalsifikasi arkus aorta
- Suspect bronchitis
 USG Abdomen RSMS

Kesan :
- Simple cyst ginjal kiri (ukuran +/- 4,64 cm x 3,83 cm)
- Pembesaran prostat
- Ascites minimal
- Tak tampak kelainan lain pada organ-organ intraabdomen tersebut di atas secara sonografi
DIAGNOSA KERJA

 Diagnosis Utama : PPOK eksaserbasi akut, CHF


 Diagnosis Sekunder : Abdominal discomfort, BPH,
Ascites
PLANNING
1. O2 4 LPM NK
2. Nebu Combivent/6 jam
3. IVFD NaCl 0,9% 20 TPM
4. Inj. Furosemide 1 amp/12 jam
5. Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
6. Inj. Dexamethasone 1 amp/8
jam
7. PO Valsartan 1x 80 mg tab
8. PO salbutamol 3x2 mg tab
9. PO Acetyl Cysteine 200 mg 3 x 1
caps
10. PO MST Continuous 2x1 tab
11. PO Lactulax 3x1 cth
DEFINISI

 Adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh


hambatan aliran udara disaluran napas yang bersifat
progresif nonreversible atau reversible parsial.
 PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau
gabungan keduanya.
 Emfisema: suatu kelainan anatomis paru yang
ditandai oleh pelebaran rongga udara distal
bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.
 Bronkitis kronik: kelainan saluran napas yang ditandai
oleh batuk kronik berdahak min 3 bulan dalam
setahun, sekurang2nya 2 tahun berturut2, tidak
disebabkan penyakit lainnya.
EPIDEMIOLOGI

 Di Indonesia tidak ada data yang akurat.


 Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 asma,
bronkitis kronik dan emfisema  peringkat ke – 5
penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab
kesakitan utama.
 SKRT Depkes RI 1992  angka kematian karena asma,
bronkitis kronik dan emfisema  peringkat ke - 6 dari
10 penyebab tersering kematian.
FAKTOR RISIKO
1. Kebisaan merokok
dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan:
a. Riwayat merokok
aktif, pasif, atau bekas perokok.
b. Derajat berat merokok menurut Indeks Brinkman (lama merokok (tahun)
x jumlah batang rokok yang dihisap perhari):
Ringan: 0- 199
sedang: 200- 599
berat: ≥600
2. Riwayat terpajan polusi udara dilingkungan dan tempat kerja
3. Hipereaktivity bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
5. Defisiensi antitrypsin alfa-1 (jarang diindonesia)
PATOGENESIS
MANIFESTASI KLINIS

Gejala respiratori
 Batuk kronik
 Produksi sputum berlebih
 Sesak napas

Gejala umum
 Malaise
 Demam
 Nafsu makan menurun
 BB menurun
Gejala Keterangan
Sesak  Progresif (sesak bertambah berat
seiring berjalannya waktu)
 Bertambah berat dengan aktivitas
 Persisten (menetap sepanjang hari)
 Pasien mengeluhkan perlunya usaha
untuk bernapas
 Berat, sukar bernapas, terengah-engah

Batuk kronik Hilang timbul dan mungkin tidak


berdahak
Batuk kronik berdahak Setiap batuk kronik berdahak dapat
mengindikasikan PPOK
Riwayat terpajan faktor resiko  Asap rokok
 Debu
 Bahan kimia di tempat kerja
 Asap dapur
Derajat sesak napas
Menurut MRC Dyspnea Scale
Grade:
0. Jika aktivitas berat
1. Jika berjalan cepat pada lantai datar, atau jk berjalan di tempat
yang sedikit curam.
2. Jika berjalan bersama dg teman seusia dijalan yang datar,
selalu lebih lambat, atau jika berjalan sendirian dijalan yang
datar, sering beristirahat untuk mengambil napas.
3. Perlu istirahat untuk menarik napas setiap berjalan sejauh 30 m
(100 yard) pada jalan yang datar, atau setelah berjalan
beberapa menit.
4. Timbul sesak napas berat ketika bergerak untuk mengenakan
atau melepas pakaian
KLASIFIKASI
Berdasarkan Global Initiative For Chronic Obstructive Lung
Disease (GOLD) 2011, PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajat:
Derajat Gejala Klinis Spirometri
Derajat 0 (berisiko) memiliki 1/ > dr 3 gejala (batuk kronik, normal
sputum berlebih, dan dispneu).
Ada Riwayat paparan terhadap faktor
risiko.

Derajat I dengan atau tanpa (batuk, sputum). FEV1/FVC < 70 %,


(PPOK ringan) Sesak napas derajat 0 -1. FEV1 ≥ 80 %

Derajat II dengan atau tanpa (batuk, sputum). FEV1/FVC < 70 %; 50


(PPOK sedang) Sesak napas derajat 2 (timbul saat % < FEV1 < 80 %
aktivitas).
Derajat III Sesak napas derajat 3 dan 4. FEV1/FVC < 70 %; 30
(PPOK berat) Eksaserbasi lebih sering terjadi % < FEV1 < 50 %

Derajat IV Pasien derajat III dengan gagal napas FEV1/FVC < 70 %;


(PPOK sangat berat) kronik. Disertai komplikasi corpulmonal FEV1 < 30 % atau
atau gagal jantung kanan. <50 %
EKSASERBASI AKUT
Pada pasien PPOK , dalam keadaan sehari2 (ketika merasa tidak ada keluhan) pasien telah berada
dalam keadaan batuk, sputum berlebih, dan dispneu. Nah, pada eksaserbasi akut, ketiga gejala ini
bertambah. Eksaserbasi akut PPOK dapat disebabkan oleh infeksi system pernapasan, pengaruh polusi
lingkungan, gagal jantung, infeksi sistemik, atau emboli paru.

Ada 3 klasifikasi eksaserbasi akut PPOK :

Adanya salah 1 gejala utama:


Bertambahnya dispneu
Adanya 2 dari 3 gejala utama
Bertambahnya sputum purulen
Bertambahnya volume sputum dan disertai
salah satu dari:
-Infeksi sist pernapasan 5 hari terakhir
-Demam yg tdk dik. penyebabnya
-Bertambahnya suara mengi
-Bertambahnya gejala batuk Adanya 3 gejala utama
-Bertambahnya RR dan HR > 20 % dari
baseline
PENYEBAB EKSASERBASI AKUT
Penyebab eksaserbasi akut
A. Primer
Infeksi tracheobronkial (biasanya karena virus)
B. Sekunder
 Pneumonia
 HFR or L or aritmia
 Emboli paru
 Pneumothorax spontan
 Penggunaan oksigen yg tdk tepat
 Penggunaan obat2an (obat penenang, diuretic) yg tdk tepat
 Penyakit metabolic (DM, gg elektrolit)
 Nutrisi buruk
 Lingk memburuk/ polusi udara
 Aspirasi berulang
 Stadium akhir penyakit respirasi (kelelahan otot respirasi)
DIAGNOSIS (1)
A. gambaran klinis
a. anamnesis
-keluhan: batuk kronik, sputum berlebih, dan sesak napas.
-riwayat penyakit dan faktor predisposisi:
 riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa
gejala pernapasan
 riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
 riwayat penyakit emfisema pada keluarga
 terdapat factor predisposisi pada masa bayi/ anak, misalnya
BBLR, infeksi sal napas berulang, lingk asap rokok dan polusi
udara
 batuk berulang dg atau tanpa sputum
 sesak dg atau tanpa mengi
DIAGNOSIS (2)
b. pemeriksaan fisik
b. pemeriksaan fisik
-Palpasi:
-Inspeksi:
 Sela iga melebar
 Bentuk dada: barrel chest (dada
tong) rasio antero posterior dan  Fremitus melemah
transfersal 1:1 (normally 1:2) -Perkusi:
 Terdapat purse lips breathing (seperti  Hipersonor
orang meniup) mekanisme tubuh
-Auskultasi:
untuk mengeluarkan retensi CO2.
 Suara napas vesicular melemah
 Terlihat penggunaan dan hipertrofi
atau normal
otot bantu pernapasan
 Ekspirasi memanjang
 Penampilan pink puffer (gb khas
pada emfisema, penderita kurus, kulit  Bunyi jantung menjauh
kemerahan, dan pernapasan purse
 Terdapat ronkhi dan atau mengi
lips breathing ) atau blue bloatter
pada waktu bernapas biasa atau
pada ekspirasi paksa.
BLUE BLOATER PINK PUFFER
• FP : rokok, polusi udara • FP : genetic (def enzim alfa1-
• Kadar O2 ↓, terutama saat tdr malam antiprotease ( alfa1-antitripsin)) =
EMFISEMA PRIMER (PLE)
• Hipoksemia  Kronik : hiperkapnia
• Dyspnea tanpa batuk & produksi
• Sianosis sputum yg berarti.
• Dyspnea, batuk produktif • Analisis darah baik
• Bronkitis kronik  CLE • PaO2 dan PaCO2 = N
• Emfisema primer (PLE)
bronchitis kronik sekunder.
DIAGNOSIS (3)
B. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan rutin

Meliputi:

1. Faal paru

 Spirometri

Rasio FEV1 (Forced Expiratory Volume in 1 s) dan FVC (Forced Vital


Capacity)

Dalam bhs indonesia VEP1 (vol ekspirasi paksa dalam 1 detik) dan KVP
(kapasitas vol paksa).

FEV1 (Forced Expiratory Volume in 1 s): vol udara yang dapat dikeluarkan
scr paksa dalam 1 detik pertama setelah inspirasi penuh.

FVC (Forced Vital Capacity): vol max total udara yang dpt dihembuskan
setelah inspirasi penuh.

 Uji bronkodilator
DIAGNOSIS (4)

2. Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
3. Radiologi
 Foto thorax PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan
penyakit paru lain
 pada emfisema terlihat:
hiperinflasi, hiperlusen, ruang retrosternal melebar,
diafragma melebar, jantung menggantung (jantung
pendulum / tear drop/ eye drop appearance).
 Pada bronchitis kronik terlihat:
Normal, corakan bronkovaskular bertambah pada 21 %
kasus.
DIAGNOSIS (5)

b. Pemeriksaan khusus (tidak rutin)


 Faal paru
 Uji latih kardiopulmonar
 Uji provokasi bronkus
 Uji coba kortikosteroid
 Analisa gas darah
 Radiologi
 EKG
 Echocardiografi
 Bakteriologi
 Kadar antitrypsin alfa-1
TATALAKSANA (1)

 Tujuan:
mengurangi gejala
Mencegah eksaserbasi berulang
Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
Meningkatkan kualitas hidup penderita
TATALAKSANA (2)

Meliputi terapi: farmakologis dan non farmakologis


A. Farmakologis
 Bronkodilator:
anticholinergic
agonis beta 2
 Antiinflamasi: NSAID, KS
 Antibiotic
 Antioksidan
 Mukolitik
 Antitusif
TATALAKSANA (3)

B. Non farmakologis
 Terapi oksigen
 Ventilasi mekanik
 Edukasi
 Asupan nutrisi yang baik
FARMAKOLOGI
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan dengan
klasifikasi derajat berat penyakit , Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak
dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat
lepas lambat ( slow release ) atau obat berefek panjang .
Macam –macam bronkodilator :

a. Golongan antikolinergik
Digunakan pada derjat ringan sampai berat dan dapat mengurangi sekresi mukus (maksimal 4
kali sehari )

b. Golongan antagonis beta -2


bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak , peningkatan jumlah pemakaian dapat
sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi
eksaserbasi akut dan bentuk injeksi subkutan atau drip untk mengatasi eksaserbasi berat.

c. Golongan antikolinergik dan angonis beta -2


kombinasi kedua golongan obat akan memperkuat efek broknodilatasi karena obat kedua itu
mempunyai tempat kerja yang berbeda dan penggunaan obat kombinasi lebih sederhana dan
mudah di gunakan .

d. Golongan xantin
dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan jangaka panjang terutama pada derajat
berat dan sedang .bentuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak ( pelega napas )
,bentuk strip atau suntikan untuk mengatasi eksaserbasi akut contoh : aminofiin
b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena, berfungsi
menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk
inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu
terdapat perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.

C. Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :
- Lini I : amoksisilin
makrolid
- Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat
sefalosporin
kuinolon
makrolid baru

d. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N- asetilsistein.
Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai
pemberian yang rutin.

e. Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan
eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi
eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin
Terapi oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan
kerusakan sel dan jaringan.dan Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang
sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan
sel baik di otot maupun organ.

Manfaat oksigen :
Suplemen oksigen akan mengurangi vasokontriksi kapiler paru
Mengurangi beban jantung kanan
Mengurangi iskemia otot jantung kanan
Memperbaiki penyerapan oksigen
suplemen oksigen yang berlebihan bisa menyebabkan hiperkapnia (perubahan
keseimbangan ventilasi –perfusi ) dan bisa menyebab kan penekanan ventilatory
drive hipoksik.

Mancam terapi oksigen :


-Pemberian oksigen jangka panjang
- Pemberian oksigen pada waktu aktiviti
- Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak
- Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal napas
Ventilansi mekanis
Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik (ventilator )
yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara
memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan
nafas buatan . ( Brunner dan Suddarth, 2002)
Ventilansi mekanis pada ppok digunakan dengan ;
eksaserbasi dengan gagal napas akut
Ppok derajat berat dengan gagal napas kronik
Indikasi :
i. Sesak napas berat dengan menggunakan muskulus respirasi
tambahan dan pengerakan abdominal paradoksal
ii. Frekuensi napas >35 kali per menit
iii. Hipoksemia (pao2<40mmhg)
iv. Asidosis (ph <7,25)
v. Hiperkapnia
vi. Henti napas ( komplikasi ke jantung )
vii. Samnolen
Rehabilitasi ppok
tujuan program rehabilitasi :
Meningkatkan toleransi terhadap latihan
Memperbaikii kualitas hidup pasien ppok
Indikasi ( pasien yang telah mendapatkan pengobatan optimal
yang disertai :)
oSimptom pernapasan berat
oBeberapa kali masuk UGD
oKualitas hidup yang menurun
Program
a. Latihan fisis
-untuk meningkatkan kemampuan otot pernapsan
-endurance exercise contoh : jalan ,jogging,bersepeda
b. Latihan pernapasan
- Teknik pernapsan diafragma
- Teknik pursed –lips breathing
Nutrisi ppok
Malnutrisi sering terjadi paada ppok karena bertambahnya kebutuhan energi
akibat kerjanya muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia dan
hiperkania yang menyebabkan terjadi hipermetabolisme .

Malnutri dapat dievaluasi dengan :


-penurunan BB
-kadar albumin darah
-antropometri
-Pengukuran kekuatan otot ( MVV,tekanan diafragma ,kekuatan otot
pipi

Gangguan keseimbangan elektrolit sering terjadi pada ppok karena


kurangnya fungsi muskulus respirasi sebagai akibat sekunder dari gangguan
ventiilansi.gangguan elektrolik yng terjadi adalah :
-Hiposfosfatemi
-Hiperkalemi
-Hipokalsemi
-Hipomanagsemi
Gangguan ini dapat mengurangi fungsi diafragma ,dianjurkan pemberian
nutrisi yang seimbang yakni porsi kecil dengan waktu pemberian yg sering .

Anda mungkin juga menyukai