Pendidikan Sistem Ganda
Pendidikan Sistem Ganda
HUKUM ISLAM
Alfin Agusman Noor 1500400
Ilza Fauzan Ramadhan 1500538
Faqih Fakhruddin 1500812
Pengertian Jual Beli
Jual beli menurut bahasa artinya menukar sesuatu dengan sesuatu, sedang menurut
syara’ artinya menukar harta dengan harta menurut cara-cara tertentu (‘aqad).
Jual beli secara lughawi adalah saling menukar. Jual beli dalam bahasa Arab dikenal
dengan istilah al-bay’. Secara terminology jual beli adalah suatu transaksi yang dilakukan
oleh pihak penjual dengan pihak pembeli terhadap sesuatu barang dengan harga yang
disepakatinya. Menurut syari’at islam jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling
merelakan atau memindahkan hak milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.
Jual-beli atau bay’u adalah suatu kegiatan tukar-menukar barang dengan barang yang
lain dengan cara tertentu baik dilakukan dengan menggunakan akad maupun tidak
menggunakan akad. Intinya, antara penjual dan pembeli telah mengetahui masing-
masing bahwa transaksi jual-beli telah berlangsung dengan sempurna.
Landasan Hukum Jual Beli
َْ َللا لَ هك
م قِيَا ًما َل َّ ه
ََ ج َع َالس َفهَا َءته ْؤتهوا أَ ْموَالَ هك ه
َ م الَّتِي ُّ وَال
Artinya: “ dan janganlah kamu berikan hartamu itu kepada orang yang bodoh dan harta
itu dijadikan Allah untukmu sebagai pokok penghidupan”. (An-Nisa:5).
Berdasarkan Sunnah :
Rasulullah Saw. Bersabda:
“dari Rifa’ah bin Rafi’ ra.: bahwasannya Nabi Saw. Ditanya: pencarian apakah
yangpaling baik? Beliau menjawab: “Ialah orang yang bekerja dengan tangannya dan
tiap-tiap jual beli yang bersih”. (H.R Al-Bazzar dan disahkan Hakim).
Rasulullah Saw, bersabda:
“sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka sama suka (saling meridhoi) (HR. Ibnu
Hibban dan Ibnu Majah).
Bardasarkan Ijma’:
Ulama telah sepakat bahwa jual-beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak
akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian,
bantuan atau harta milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang
lainnya yang sesuai.
Rukun Dan Pelaksanaan Jual Beli
Transaksi jual-beli baru dinyatakan terjadi apabila terpenuhi tiga syarat jual-
beli, yaitu:
1. Adanya dua pihak yang melakukan transaksi jual-beli
2. Adanya sesuatu atau barang yang dipindahtangankan dari penjual kepada pembeli
3. Adanya kalimat yang menyatakan terjadinya transaksi jual-beli (sighat ijab qabul).
Syarat yang harus dipenuhi oleh penjual dan pembeli adalah:
1. Adanya dua pihak yang melakukan transaksi jual-beli
2. Adanya sesuatu atau barang yang dipindahtangankan dari penjual kepada pembeli
3. Adanya kalimat yang menyatakan terjadinya transaksi jual-beli (sighat ijab qabul).
Secara asalnya, jua-beli itu merupakan hal yang hukumnya mubah atau dibolehkan.
Sebagaimana ungkapan Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah : dasarnya hukum jual-beli itu
seluruhnya adalah mubah, yaitu apabila dengan keridhaan dari kedua-belah pihak.
Kecuali apabila jual-beli itu dilarang oleh Rasulullah SAW. Atau yang maknanya termasuk
yang dilarang beliau SAW.
Macam – Macam Jual Beli
Menurut para jumhur ulama jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi, di lihat
dari segi hukumnya, jual beli ada dua macam yaitu :
1. Jual beli yang sah,adalah jual beli yang telah memenuhi ketentuan syara’, baik rukun maupun
syaratnya, syarat jual beli antara lain :
a. Barangnya suci
b. Bermanfaat
c. Milik penjual (dikuasainya )
d. Bisa di serahkan
e. Di ketahui keadaannya
2. Jual beli yang batal, adalah jual beli yang tidak memenuhi salah satu syarat dan rukun sehingga jual beli
menjadi rusak (fasid). Dengan kata lain, menurut jumhur ulama, rusak dan batal memiliki arti yang sama.
Adapun ulama hanafiyah membagi hukum dan sifat jual beli menjadi sah, batal, dan rusak.
Jual Beli Yang Dilarang Dalam Islam
Transaksi secara online merupakan transakasi pesanan dalam model bisnis era global yang non face,
dengan hanya melakukan transfer data lewat maya (data intercange) via internet, yang mana kedua
belah pihak, antara originator dan adresse (penjual dan pembeli), atau menembus batas system
pemasaran dan Bisnis-Online dengan menggunakan Sentral shop, Sentral Shop merupakan sebuah
Rancangan Web Ecommerce smart dan sekaligus sebagai Bussiness Intelligent yang sangat stabil untuk
diguakan dalam memulai, menjalankan, mengembangkan, dan mengontrol Bisnis.
Jual beli secara online ini sejenis dengan jual beli salam (pesanan). Kata salam ataupun salaf memiliki
makna satu, yaitu “pesanan”. Adapun secara terminologi ialah menjual suatu barang yang telah
ditetapkan dengan sifat dalam suatu tanggungan.
Akad salam itu pada hakikatnya adalah jual-beli dengan hutang. Tapi bedanya, yang dihutang bukan
uang pembayarannya, melainkan barangnya. Sedangkan uang pembayarannya justru diserahkan
tunai. Jadi akad salam ini kebalikan dari kredit. Kalau jual-beli kredit, barangnya diserahkan terlebih
dahulu dan uang pembayarannya jadi hutang. Sedangkan akad salam, uangnya diserahkan terlebih
dahulu sedangkan barangnya belum diserahkan dan menjadi hutang.
Akad salam di tetapkan kebolehannya di dalam Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijma’. Dalil Al-Qur’an yang
memperbolehkan akad salam terdapat dalam surah Al-Baqarah (2) ayat 282 :
األصلفيالمعاملةاإلباحةحتىيداللدليللعلىتحرمه
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya”.
Adapun dalil As-Sunnah, dalil dengan salam ini di sebutkan dalam hadist riwayat Ibnu Abbas RA.
berkata bahwa ketika Nabi SAW baru tiba di Madinah, orang-orang madinah biasa meminjamkan buah
kurma satu tahun dan dua tahun. Maka Nabi SAW bersabda : “Siapa yang meminjamkan buah kurma
maka harus meminjamkan dengan timbangan yang tertentu dan sampai pada masa yang
tertentu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Sedangkan dalil ijma’, Ibnu Al-Munzir menyebutkan bahwa semua orang yang kami kenal sebagai ahli
ilmu telah bersepakat bahwa akad salam itu merupakan akad yang dibolehkan.
Dalam transaksi salam ini diperlukan syarat-syarat ijab qabul, Pernyataan dalam ijab qabul ini bisa
disampaikan secara lisan, tulisan (surat menyurat, isyarat yang dapat memberi pengertian yang jelas),
hingga perbuatan atau kebiasaan dalam melakukan ijab qabul. Adapun syarat-syaratnya adalah:
1. Dilakukan dalam satu tempo.
2. Antara ijab dan qabul sejalan.
3. Menggunakan kata assalam atau assalaf.
4. Tidak ada khiyar syarat (hak bagi pemesan untuk menerima pesanan atau tidak).
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Secara
Online
Sebagaimana keterangan dan penjelasan mengenai dasar hukum hingga persyaratan transaksi salam
dalam hukum islam, kalau dilihat secara sepintas mungkin mengarah pada ketidak dibolehkannya transaksi
secara online (E-commerce), disebabkan ketidak jelasan tempat dan tidak hadirnya kedua pihak yang
terlibat dalam tempat. Tetapi kalau kita mencoba menelaah kembali dengan mencoba
mengkolaborasikan antara ungkapan al-Qur’an, hadits dan ijmma’, dengan sebuah landasan :
“Pada awalnya semua Muamalah diperbolehkan sehingga ada dalil yang menunjukkan keharamannya”.
Dengan melihat keterangan diatas, maka hal tersebut bisa dijadikan sebagai pemula dan pembuka cenel
keterlibatan hukum Islam terhadap permasalahan kontemporer. Karena dalam Al-Qur’an permasalahan
transaksi online masih bersifat global, selanjutnya hanya mengarahkan kepada peluncuran teks hadits yang
dikolaborasikan dalam permasalahan sekarang dengan menarik sebuah pengkiyasan. Sebagaimana
ungkapan Abdullah bin Mas’ud : Bahwa apa yang telah dipandang baik oleh muslim maka baiklah
dihadapan Allah, akan tetapi sebaliknya. Dan yang paling penting adalah kejujuran, keadilan, dan
kejelasan dengan memberikan data secara lengkap, dan tidak ada niatan untuk menipu atau merugikan
orang lain, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 282 diatas.
Langkah-langkah yang dapat kita tempuh agar jual beli secara online ini di
perbolehkan, halal, dan sah menurut syari’at Islam diantaranya :
1. Produk yang di jual maupun yang di beli Halal.
Kewajiban menjaga hukum halal-haram dalam objek perniagaan tetap berlaku, termasuk dalam
perniagaan secara online, mengingat Islam mengharamkan hasil perniagaan barang atau layanan jasa
yang haram, sebagaimana ditegaskan dalam hadis: “Sesungguhnya bila Allah telah mengharamkan atas
suatu kaum untuk memakan sesuatu, pasti Ia mengharamkan pula hasil penjualannya.” (HR Ahmad, dan
lainnya).
Boleh jadi ketika berniaga secara online, rasa sungkan atau segan kepada orang lain sirna atau berkurang.
Namun kita pasti menyadari bahwa Allah ‘Azza wa Jalla tetap mencatat halal atau haram perniagaan
kita.
2. Kejelasan status.
Di antara poin penting yang harus kita perhatikan dalam setiap perniagaan adalah kejelasan status.
Apakah sebagai pemilik, atau paling kurang sebagai perwakilan dari pemilik barang, sehingga berwenang
menjual barang. Ataukah kita hanya menawaran jasa pengadaan barang, dan atas jasa ini kita
mensyaratkan imbalan tertentu. Ataukah sekedar seorang pedagang yang tidak memiliki barang namun
bisa mendatangkan barang yang kita tawarkan.
3. Kesesuaian harga dengan kualitas barang.
Dalam jual beli online, kerap kali kita jumpai banyak pembeli merasa kecewa setelah melihat pakaian yang
telah dibeli secara online. Entah itu kualitas barangnya, ataukah ukuran yang ternyata tidak pas dengan
yang dikehendaki. Sebelum hal ini terjadi kembali pada kita, patutnya kita mempertimbangkan apakah
harga yang ditawarkan telah sesuai dengan kualitas barang yang akan dibeli. Sebaiknya juga kita
meminta foto real dari keadaan barang yang akan dijual.
4. Kejujuran dalam jual beli online
Berniaga secara online, walaupun memiliki banyak keunggulan dan kemudahan, namun bukan berarti
tanpa masalah. Berbagai masalah dapat saja muncul pada perniagaan secara online. Terutama masalah
yang berkaitan dengan tingkat amanah kedua belah pihak.
Bisa jadi ada orang yang melakukan pembelian atau pemesanan. Namun setelah barang kita kirim
kepadanya, ia tidak melakukan pembayaran atau tidak melunasi sisa pembayarannya. Bila kita sebagai
pembeli, bisa jadi setelah kita melakukan pembayaran, atau paling kurang mengirim uang muka, ternyata
penjual berkhianat, dan tidak mengirimkan barang. Bisa jadi barang yang dikirim ternyata tidak sesuai
dengan apa yang ia gambarkan di situsnya atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. kita bisa
bayangkan betapa susah dan repotnya bila mengalami kejadian seperti itu. Karena itu, walaupun kejujuran
ditekankan dalam setiap perniagaan, pada perniagan secara online tentu lebih ditekankan lagi.
KESIMPULAN
Bisnis online sama seperti bisnis offline. Ada yang halal ada yang haram, ada yang legal ada yang ilegal. Hukum
dasar bisnis online sama seperti akad jual beli dan akad as-salam, ini diperbolehkan dalam Islam. Adapun
keharaman bisnis online karena beberapa sebab :
1. Sistemnya haram, seperti money gambling. Judi itu haram baik di darat maupun di udara (online).
2. Barang/jasa yang menjadi objek transaksi adalah barang yang diharamkan, seperti narkoba, video porno,
online sex, pelanggaran hak cipta, situs-situs yang bisa membawa pengunjung ke dalam perzinaan.
3. Karena melanggar perjanjian (TOS) atau mengandung unsur penipuan.
4. Tidak membawa kemanfaatan tapi justru mengakibatkan kemudharatan.
Sebagaima telah disebutkan diatas, hukum asal mu’amalah adalah al-ibaahah (boleh) selama tidak ada dalil
yang melarangnya. Namun demikian, bukan berarti tidak ada rambu-rambu yang mengaturnya.
Transaksi online diperbolehkan menurut Islam selama tidak mengandung unsur-unsur yang dapat merusaknya
seperti riba, kezhaliman, penipuan, kecurangan dan yang sejenisnya serta memenuhi rukun-rukun dan syarat-
syarat didalam jual belinya.
Hal yang perlu juga diperhatikan oleh konsumen dalam bertransaksi adalah memastikan bahwa barang/jasa
yang akan dibelinya sesuai dengan yang disifatkan oleh si penjual sehingga tidak menimbulkan perselisihan di
kemudian hari.
pertanyaan