Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SEMINAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“Hukum Jual Beli Online Menurut Pandangan Islam”


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah SPAI
Dosen pengampu: Dr. Jaenuri, S. Ag., M. Pd.

Disusun oleh:
Alfin Agusman Noor 1500400
Faqih Fakhrudin 1500812
Ilza Fauzan Ramadhan 1500538

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017

16
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil’aalamiin, puji dan syukur penulis panjatkan


kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah Seminar Pendidikan Agama Islam mengenai Hukum Jual
Beli Online menurut pandangan islam ini dengan baik. Shalawat beserta salam
semoga selalu terlimpah curahkan kepada baginda junjungan alam, Rasulullah
SAW.
Makalah ini mengulas tentang hukum jual beli online menurut pandangan
Islam. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini karena kesempurnaan hanyalah milik dzat Alloh SWT. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
menyempurnakan makalah ini di kemudian hari.

Bandung, 8 Desember 2017

Penulis

16
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I. Pendahuluan ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................ 2
BAB II. Pembahasan .................................................................................... 3
2.1 Pengertian Jual Beli ................................................................... 3
2.2 Landasan Hukum Jual Beli ......................................................... 3
2.3 Rukun dan Pelaksanaan Jual Beli …………………………….. 4
2.4 Syarat Jual-beli ……………………………………………….. 5
2.5 Hukum Jual Beli ……………………………………………… 5
2.6 Macam – macam Jual Beli ……………………………………. 6
2.7 Kekurangan dan Kelebihan Jual Beli Online ………………….. 6
2.8 Jual beli yang di larang dalam Islam ………………………….. 9
2.9 Jual Beli Dengan Akad Salam Secara Online (E-Commerce) .. 11
2.10 Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Secara Online …. 12
BAB III. Penutup ........................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan .............................................................................. 15
3.2 Saran ....................................................................................... 15
Daftar Pustaka ............................................................................................ 16

16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbisnis merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam.
Bahkan, Rasulullah SAW sendiri pun telah menyatakan bahwa 9 dari 10 pintu
rezeki adalah melalui pintu berdagang (al-hadits). Artinya, melalui jalan
perdagangan inilah, pintu-pintu rezeki akan dapat dibuka sehingga karunia Allah
terpancar daripadanya. Jual beli merupakan sesuatu yang diperbolehkan (QS 2 :
275), dengan catatan selama dilakukan dengan benar sesuai dengan tuntunan ajaran
Islam.
Dalil di atas dimaksudkan untuk transaksi offline. Sekarang bagaimana
dengan transaksi online di akhirzaman ini? Kalau kita bicara tentang bisnis online,
banyak sekali macam dan jenisnya. Namun demikian secara garis besar bisa di
artikan sebagai jual beli barang dan jasa melalui media elektronik, khususnya
melalui internet atau secara online.
Salah satu contoh adalah penjualan produk secara online melalui internet
seperti yang dilakukan Amazon.com, Clickbank.com, Kutubuku.com, Kompas
Cyber Media, dll. Dalam bisnis ini, dukungan dan pelayanan terhadap konsumen
menggunakan website, e-mail sebagai alat bantu, mengirimkan kontrak melalui
mail dan sebagainya.
Mungkin ada definisi lain untuk bisnis online, ada istilah e-commerce.
Tetapi yang pasti, setiap kali orang berbicara tentang e-commerce, mereka
memahaminya sebagai bisnis yang berhubungan dengan internet, Dan dewasa ini,
kita tak dapat mengelak bahwa fenomena jual beli online telah tumbuh dan
menjamur ditengah-tengah kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari penjualan
pakaian jadi, sepatu, tas, buku, dll. Lantas bagaimanakah hukum jual beli online
dalam perspektif Islam? Dan bagaimanakah jual beli online yang
diperbolehkan (halal) dalam perspektif Islam? Jawaban-jawaban atas pertanyaan
tersebut akan kami ulas satu persatu dalam makalah ini sehingga nantinya
memunculkan suatu kesimpulan yang tepat dan dapat diterima oleh para pembaca
dengan bahasa yang mudah dipahami. Sehingga pengetahuan pembaca akan hukum
jual beli online dalam perspektif Islam lebih jelas.

16
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hukum jual beli secara online menurut syariat agama Islam?
2. Langkah-langkah apa saja yang dapat kita lakukan agar jual beli secara online
dikatakan halal dan sah menurut syariat agama Islam?
1.3 Tujuan
1. Memberikan informasi kepada pembaca agar mengetahui hukum jual beli secara
online menurut syariat agama Islam.
2. Memperoleh pengetahuan tentang bagaimana jual beli secara online yang
diperbolehkan dalam perspektif Islam.
3. Menambah keimanan dan keilmuan kita mengenai syariat-syariat agama Islam,
khususnya dalam bidang jual beli.

16
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Jual Beli
Jual beli menurut bahasa artinya menukar sesuatu dengan sesuatu, sedang
menurut syara’ artinya menukar harta dengan harta menurut cara-cara tertentu
(‘aqad).
Jual beli secara lughawi adalah saling menukar. Jual beli dalam bahasa Arab
dikenal dengan istilah al-bay’. Secara terminology jual beli adalah suatu transaksi
yang dilakukan oleh pihak penjual dengan pihak pembeli terhadap sesuatu barang
dengan harga yang disepakatinya. Menurut syari’at islam jual beli adalah
pertukaran harta atas dasar saling merelakan atau memindahkan hak milik dengan
ganti yang dapat dibenarkan.
Jual-beli atau bay’u adalah suatu kegiatan tukar-menukar barang dengan
barang yang lain dengan cara tertentu baik dilakukan dengan menggunakan akad
maupun tidak menggunakan akad. Intinya, antara penjual dan pembeli telah
mengetahui masing-masing bahwa transaksi jual-beli telah berlangsung dengan
sempurna.
2.2 Landasan Hukum Jual Beli
Landasan Syara’: Jual beli di syariatkan berdasarkan Al-Qur’an, Sunnah,
dan Ijma’. Yakni:
2.2.1 Berdasarkan Al-Qur’an diantaranya:

‫َو أ َ َح ل‬ ‫ّللا ه‬ ‫الْ ب َ يْ َع‬


‫الر ب َ ا َو َح ر َم‬
Artinya: “ Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (Al- Baqarah :
275)
‫َللاُ لَ ُكمْ قِيَا ًما‬
ّْ ‫ل‬ َْ َ‫سفَ َها َءتُؤتُوا أَم َوالَ ُك ُْم الّتِي َجع‬
ُّ ‫َوال ال‬
Artinya: “ dan janganlah kamu berikan hartamu itu kepada orang yang
bodoh dan harta itu dijadikan Allah untukmu sebagai pokok penghidupan”. (An-
Nisa:5).

Artinya:

16
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu,
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (An-Nisa: 29).
2.2.2 Berdasarkan Sunnah
Rasulullah Saw. Bersabda:
“dari Rifa’ah bin Rafi’ ra.: bahwasannya Nabi Saw. Ditanya: pencarian
apakah yang paling baik? Beliau menjawab: “Ialah orang yang bekerja dengan
tangannya dan tiap-tiap jual beli yang bersih”. (H.R Al-Bazzar dan disahkan
Hakim).

Rasulullah Saw, bersabda:


“sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka sama suka (saling meridhoi)
(HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Majah).
2.2.3 Bardasarkan Ijma’
Ulama telah sepakat bahwa jual-beli diperbolehkan dengan alasan bahwa
manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang
lain. Namun demikian, bantuan atau harta milik orang lain yang dibutuhkannya itu,
harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.
2.3 Rukun dan Pelaksanaan Jual Beli
Dalam menetapkan rukun jual-beli, diantara para ulama terjadi perbedaan
pendapat. Menurut Ulama Hanafiyah, rukun jual-beli adalah ijab dan qabul yang
menunjukkanpertukaran barang secara rida, baik dengan ucapan maupun
perbuatan.
Adapun rukun jual-beli menurut Jumhur Ulama ada empat, yaitu:
1. Bai’ (penjual)
2. Mustari (pembeli)
3. Shighat (ijab dan qabul)
4. Ma’qud ‘alaih (benda atau barang).

2.4 Syarat Jual-beli

16
Transaksi jual-beli baru dinyatakan terjadi apabila terpenuhi tiga syarat jual-beli,
yaitu:
1. Adanya dua pihak yang melakukan transaksi jual-beli
2. Adanya sesuatu atau barang yang dipindahtangankan dari penjual kepada pembeli
3. Adanya kalimat yang menyatakan terjadinya transaksi jual-beli (sighat ijab qabul).
Syarat yang harus dipenuhi oleh penjual dan pembeli adalah:
1. Agar tidak terjai penipuan, maka keduanya harus berakal sehat dan dapat
membedakan (memilih).
2. Dengan kehendaknya sendiri, keduanya saling merelakan, bukan karena terpaksa.
3. Dewasa atau baligh.
Syarat benda dan uang yang diperjual belikan sebagai berikut:
1. Bersih atau suci barangnya
Tidak syah menjual barang yang najis seperti anjing, babi, khomar dan lain-lain
yang najis.
2. Ada manfaatnya: jual beli yang ada manfaatnya sah, sedangkan yang tidak ada
manfaatnya tidak sah, seperti jual beli lalat, nyamuk, dan sebagainya.
3. Dapat dikuasai: tidak sah menjual barang yang sedang lari, misalnya jual beli kuda
yang sedang lari yang belum diketahui kapan dapat ditangkap lagi, atau barang
yang sudah hilang atau barang yang sulit mendapatkannya.
4. Milik sendiri: tidak sah menjual barang orang lain dengan tidak seizinnya, atau
barang yang hanya baru akan dimilikinya atau baru akan menjadi miliknya.
5. Mestilah diketahui kadar barang atau benda dan harga itu, begitu juga jenis dan
sifatnya. Jual beli benda yang disebutkan sifatnya saja dalam janji (tanggungan),
maka hukumnya boleh.
2.5 Hukum Jual Beli
Secara asalnya, jua-beli itu merupakan hal yang hukumnya mubah atau
dibolehkan. Sebagaimana ungkapan Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah : dasarnya
hukum jual-beli itu seluruhnya adalah mubah, yaitu apabila dengan keridhaan dari
kedua-belah pihak. Kecuali apabila jual-beli itu dilarang oleh Rasulullah SAW.
Atau yang maknanya termasuk yang dilarang beliau SAW.

2.6 Macam – macam Jual Beli

16
Menurut para jumhur ulama jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi, di
lihat dari segi hukumnya, jual beli ada dua macam yaitu :
2.6.1 Jual beli yang sah,adalah jual beli yang telah memenuhi ketentuan syara’, baik
rukun maupun syaratnya, syarat jual beli antara lain :
a. Barangnya suci
b. Bermanfaat
c. Milik penjual (dikuasainya )
d. Bisa di serahkan
e. Di ketahui keadaannya
2.6.2 Jual beli yang batal, adalah jual beli yang tidak memenuhi salah satu syarat dan
rukun sehingga jual beli menjadi rusak (fasid). Dengan kata lain, menurut jumhur
ulama, rusak dan batal memiliki arti yang sama. Adapun ulama hanafiyah
membagi hukum dan sifat jual beli menjadi sah, batal, dan rusak.
2.7 Kekurangan dan Kelebihan jual beli online
Salah satu manfaat internet adalah untuk melakukan transaksi jual beli.
Dengan adanya internet, semua orang dengan mudah mengakses informasi
diseluruh penjuru dunia untuk mencari apa yang dia inginkan termasuk apabila
ingin membeli sesuatu.Adanya mesin pencari atau search engine
seperti Google,Yahoo, Bing membuat jembatan antara penyedia (penjual) dan
pencari (pembeli) menjadi sangat mudah dan simple. Selain itu sangat banyak
website atau forum jual-beli ternama dengan pagerank tinggi di negeri ini yang
patut diacungi jempol karena popularitasnya membuat banyak seller mendapatkan
laba yang tidak sedikit.
Namun semua fasilitas ini pasti memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus kita
perhatikan sebelum kita terjun dalam bisnis online ini, apa saja point-point
pentingnya :
2.7.1 Kelebihan
a. Mudah dan Gratis
Jelas sekali 2 hal ini adalah point terpenting kenapa banyak pengusaha yang
mulai terjun ke dunia online ini. Sangat berbeda dengan berjualan secara nyata
(offline) yang mengharuskan kita memiliki modal besar untuk membuat ruko,
mencari tempat trategis dan membayar banyak media cetak untuk menarik pembeli.

16
Dengan forum atau website jual beli tersebut kita dapat mengiklankan produk kita
secara gratis dan sangat mudah. Hanya perlu membuat akun dan produk kita siap
dipasarkan keseluruh indonesia.
b. Cangkupannya Luas
Namanya juga online, pastilah informasi apapun yang kita taruh disitu akan
dibroadcast keseluruh indonesia bahkan ke seluruh dunia. Hal ini sangatlah
bermanfaat untuk para pengusaha karena kita hanya memberikan foto, katerangan
tentang produk kita dan kontak yang bisa dihubungi sehingga pengunjung yang
mampir akan tertarik dengan barang yang kita miliki dan segera menghubungi kita
untuk bertanya atau langsung memesan.
c. Resiko Kecil
Low risk atau resiko kecil dalam hal proses produksi. Dalam berjualan
secara offline, kita perlu membuat banyak item produk kita untuk menarik
pelanggan yang berkunjung, namun hal itu tidak harus cocok dipraktekkan di dunia
online. Banyak sekali pengusaha yang hanya memperlihatkan produk contoh
mereka dengan bentuk foto sehingga barang baru akan dibuat setelah ada
pemesanan (pre-order). Tentu ini sangat menguntungkan karena sangat rendahnya
kerugian yang didapat pengusaha dengan sistem ini tanpa merugikan pembeli pula
d. Tidak Terikat oleh Tempat dan Waktu
Keterbatasan tempat dan waktu adalah salah satu masalah besar yang sering
muncul dalam sistem jual beli, Baik itu penjual maupun pembeli. Tempat memjadi
masalah dalam sistem jual beli karena terkadang tempat yang dijadikan lokasi
transaksi terkadang jauh dari tempat tempat pembeli. Waktu juga menjadi masalah
karena masing masing orang memiliki kesibukan yang berbeda beda sehingga
mereka tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan perbelanjaan. Dalam sistem
jual beli online ke dua masah diatas dapat teratasi.
e. Menghemat Tenaga
Sistem jual beli seperti yang kita lihat dipasar pada umumnya sangat
membutuhkan tenaga, baik pembeli maupun penjual. Barang dagangan yang
dipindahkan dari prodosen ke pengejer sangat membutuhkan tenaga sehingga juga
menambah pengeluaran.
2.7.2 Kekurangan

16
a. 24 Jam Kerja
Dunia online adalah dunia yang tidak pernah tidur, selama server website
atau forum jual-beli yang kita masukkan produk kita masih up (hidup), maka selama
itu pula costumer akan melihat dan menghubungi si penjual walaupun itu tengah
larut malam. Meskipun kita dapat menunggunya sampai pagi (menunggu penjual
bangun dari tidur), tapi hal ini jelas membuat antusiasme pembeli menjadi menurun
akan produk kita. Banyak pengusaha yang telah terbiasa dengan ini sehingga
mereka memberikan keterangan Fast Respond untuk setiap SMS / Telephon yang
masuk.
b. Pembeli adalah Raja Otoriter
Point ini bukan untuk dijadikan secara harfiah, maksudnya adalah kita
sebagai penjual online harus memberikan fasilitas semudah dan senyaman mungkin
bagi calon pembeli agar terjadi proses jual beli. Baik dalam hal kemudahan
konfirmasi pembayaran, tempat pembayaran bahkan proses negosiasi yang kadang
sangat alot jika kita berjualan via online. Kita harus siapkan mental untuk calon
buyer yang menawar dengan ahrga sangat sadisdan menyediakan mereka banyak
rekening dari berbagai bank agar mereka tidak merasa direpotkan dengan proses
jual beli ini.
c. Resiko Terjadi Penipuan
Karena semuanya bersifat maya, modal awal untuk menjadi pengusaha
online adalah kepercayaan. Tanpa kepercayaan, pembeli tidak akan mau
memberikan uang kita untuk ditransfer terlebih dahulu baru menunggu barang
tersebut kita kirim. Dengan keperayaan kita dapat memperoleh banyak pembeli dari
berbagai daerah karena nama kita telah dikenal. Namun tetap saja via online sangat
marak terjadi penipuan yang merugikan penjual ataupun pembeli, bahkan pernah
terjadi kerugian hingga ratusan juta dalam bisnis online. Untuk kita kita perlu
berhati-hati, jika perlu kita percaya pada jasa pihak ketiga seperti Rekber yang telah
terkenal untuk menjadi pihak ketiga dalam transaksi jual-beli.
Jadi dapat di simpulkan bahwa kelebihan dan kekurangan jual beli online adalah:
kelebihannya yaitu: Dapat mempermudah; Tidak membutuhkan waktu lama; Dapat
menghemat biaya. Di sisi lain, kelebihan yang mendasar yang ada pada transaksi
online ini adalah si pembeli dan penjual sama-sama memiliki tingkat kejujuran dan

16
kepercayaan yang tinggi sehingga keduanya tidak pernah merasa dirugikan. Selaim
itu Adapun kekurangannya adalah bahwa jual beli online ini memberikan ruang
untuk melakukan penipuan sehingga merugikan orang lain.
2.8 Jual beli yang di larang dalam Islam
Jual beli yang dilarang dalam islam sangatlah banyak menurut jumhur
ulama. Berkenaan dengan jual beli yang di larang dalam Islam, Wahbah Al-Juhalili
meringkasnya sebagai berikut :
2.8.1 Terlarang Sebab Ahliah (Ahli Akad )
Ulama telah sepakat bahwa jual beli dikategorikan sahih apabila dilakukan
oleh orang yang baligh, berakal, dan dapat memilih, dan mampu ber-tasharruf
secara bebas dan baik. Mereka yang di pandang tidak sah jual belinya adalah berikut
ini :
1) Jual beli orang gila
Ulama fiqih sepakat bahwa jual beli orang gila tidak sah. Begitu pula sejenisnya,
seperti orang mabuk, sakalor, dan lain-lain.
2) Jual beli anak kecil
Menurut ulama fiqih jual beli anak kecil di pandang tidak sah, kecuali dalam
perkara – perkara yang ringan atau sepele. Menurut ulama Syafi’iyah, jual beli anak
mimayyiz yang belum baligh, tidak sah sebab tidak ada ahliyah.
Adapun menurut ulama Malikiyyah, Hanafiyyah, dan Hanabilah, jual beli
anak-anak kecil dianggap sah jika diizinkan walinya. Mereka antara lain beralasan,
salah satu cara untuk melatih kedewasaan adalah dengan cara memberikan
keleluasaan untuk jual beli, juga pengamalan atas firman Allah, yang artinya:ْ

“dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.
Kemudian jika menurut pendapat mereka telah cerdas (pandai memelihara harta),
maka serahkanlah kepada mereka hartanya. (Q.S. An-Nisa’ :6)
3) Jual beli orang buta
Jual beli orang buta di kategorikan sahih munurut jumhur ulama jika barang yang
dibelinya diberi sifat ( diterangkan sifat-sifatnya ). Menurut Safi’iyah, jual beli
orang buta tidak sah sebab ia tidak dapat membedakan barang yang jelek dan yang
baik.

16
4) Jual beli terpaksa
Menurut ulama Safi’iyah dan Hanabilah, jual beli ini tidak sah , sebab tidak ada
keridaan ketika akad.
5) Jual beli fudhul
Adalah jual beli milik orang tanpa seizinnya. Munurut Hanafiyah dan Malikiyah,
jual beli di tangguhkan sampai ada izin pemilik. Menurut Safi’iyah dan Hanabilah,
jual beli fudhul tidak sah.
6) Jual beli orang yang terhalang
Maksudnya adalah terhalang karena kebodohan, bangkrut ataupun sakit.
2.8.2 Terlarang Sebab Ma’qud Alaih ( barang jualan )
Secara umum, ma’qud alaih adalah harta yang di jadikan alat pertukaran
olah orang yang akad, yang biasa di sebut mabi’ (barang jualan) dan harga.
1) Jual-beli benda yang tidak ada atau di khawatirkan tidak ada
2) Jual-beli barang yang tidak dapat di serahkan
3) Jual-beli gharar ataui di sebut juga dengan jual beli yang tidak jelas (majhul)
4) Jual-beli barang yang najis dan yang terkena najis.
5) Jual-beli barang yang tidak ada ditempat akad (ghaib), tidak dapat dilihat.
2.8.3 Terlarang sebab syara’
1) Jual-beli riba
2) Jual-beli barang yang najis
Barang yang diperjual belikan harus suci dan bermanfaat untuk manusia.
Tidak boleh (haram) berjual beli barang yang najis atau tidak bermanfaat seperti:
arak, bangkai, babi, anjing, berhala, dan lain-lain.
Nabi saw. Bersabda ;
‫ْ(رواهْالشيغان‬.ْ‫ْواألَصن َِام‬ َ ‫ا ِّنْاْهللَْتعالىْ َح ّرمْبَي َعْالخَم ِر‬
َ ‫ْوال َميت َ ِة‬
َ ‫ْوال ِخن ِزي ِر‬
Artinya : “ Nabi bersabda : Allah ta’ala melarang jual beli arak, bangkai, babi,
anjing, dan berhala.”(bukhari dan muslim)
3) Jual-beli dengan uang dari barang yang diharamkan
4) Jual-beli barang dari hasil pencegatan barang
5) Jual-beli waktu ibadah sholat jum’at, berdasarkan Q.S. Al Jumu’ah ayat 9, yaitu:
Artinya :

16
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli[1475].
yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
6) Jual-beli anggur untuk dijadikan khamar
7) Jual-beli induk tanpa anaknya yang masih kecil
8) Jual-beli barang yang sedang dibeli oleh orang lain
9) Jual-beli memakai syarat.
2.9 Jual Beli Dengan Akad Salam Secara Online (E-Commerce)
Transaksi secara online merupakan transakasi pesanan dalam model bisnis
era global yang non face, dengan hanya melakukan transfer data lewat maya (data
intercange) via internet, yang mana kedua belah pihak, antara originator dan adresse
(penjual dan pembeli), atau menembus batas system pemasaran dan Bisnis-Online
dengan menggunakan Sentral shop, Sentral Shop merupakan sebuah Rancangan
Web Ecommerce smart dan sekaligus sebagai Bussiness Intelligent yang sangat
stabil untuk diguakan dalam memulai, menjalankan, mengembangkan, dan
mengontrol Bisnis.
Perkembangan teknologi inilah yang bisa memudahkan transaksi jarak jauh,
dimana manusia bisa dapat berinteraksi secara singkat walaupun tanpa face to face,
akan tetapi didalam bisnis adalah yang terpenting memberikan informasi dan
mencari keuntungan.
Adapun mengenai definisi mengenai E-Commerce secara umumnya adalah
dengan merujuk pada semua bentuk transaksikomersial, yang menyangkut
organisasi dan transmisi data yang digeneralisasikan dalam bentuk teks, suara, dan
gambar secara lengkap. Sedangkan pihak-pihak yang terlibat sebagaiman yang
telah diungkapkan dalam akad salam diatas, mungkin tidak beda jauh, hanya saja
persyaratan tempat yang berbeda.
Jual beli secara online ini sejenis dengan jual beli salam (pesanan). Kata
salam ataupun salaf memiliki makna satu, yaitu “pesanan”. Adapun secara
terminologi ialah menjual suatu barang yang telah ditetapkan dengan sifat dalam
suatu tanggungan.
Akad salam itu pada hakikatnya adalah jual-beli dengan hutang. Tapi
bedanya, yang dihutang bukan uang pembayarannya, melainkan barangnya.

16
Sedangkan uang pembayarannya justru diserahkan tunai. Jadi akad salam ini
kebalikan dari kredit. Kalau jual-beli kredit, barangnya diserahkan terlebih dahulu
dan uang pembayarannya jadi hutang. Sedangkan akad salam, uangnya diserahkan
terlebih dahulu sedangkan barangnya belum diserahkan dan menjadi hutang.
Akad salam di tetapkan kebolehannya di dalam Al-Qur’an, As-Sunnah dan
Ijma’. Dalil Al-Qur’an yang memperbolehkan akad salam terdapat dalam surah Al-
Baqarah (2) ayat 282 :
‫األصلفيالمعاملةاإلباحةحتىيداللدليللعلىتحرمه‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya”.
Adapun dalil As-Sunnah, dalil dengan salam ini di sebutkan dalam hadist
riwayat Ibnu Abbas RA. berkata bahwa ketika Nabi SAW baru tiba di Madinah,
orang-orang madinah biasa meminjamkan buah kurma satu tahun dan dua tahun.
Maka Nabi SAW bersabda : “Siapa yang meminjamkan buah kurma maka harus
meminjamkan dengan timbangan yang tertentu dan sampai pada masa yang
tertentu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Sedangkan dalil ijma’, Ibnu Al-Munzir menyebutkan bahwa semua orang
yang kami kenal sebagai ahli ilmu telah bersepakat bahwa akad salam itu
merupakan akad yang dibolehkan.
Dalam transaksi salam ini diperlukan syarat-syarat ijab qabul, Pernyataan
dalam ijab qabul ini bisa disampaikan secara lisan, tulisan (surat menyurat, isyarat
yang dapat memberi pengertian yang jelas), hingga perbuatan atau kebiasaan dalam
melakukan ijab qabul. Adapun syarat-syaratnya adalah:
1. Dilakukan dalam satu tempo.
2. Antara ijab dan qabul sejalan.
3. Menggunakan kata assalam atau assalaf.
4. Tidak ada khiyar syarat (hak bagi pemesan untuk menerima pesanan atau tidak).
2.10 Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Secara Online
Sebagaimana keterangan dan penjelasan mengenai dasar hokum hingga
persyaratan transaksi salam dalam hukum islam, kalau dilihat secara sepintas
mungkin mengarah pada ketidak dibolehkannya transaksi secara online (E-

16
commerce), disebabkan ketidak jelasan tempat dan tidak hadirnya kedua pihak yang
terlibat dalam tempat.
Tetapi kalau kita mencoba menelaah kembali dengan mencoba
mengkolaborasikan antara ungkapan al-Qur’an, hadits dan ijmma’, dengan sebuah
landasan :
“Pada awalnya semua Muamalah diperbolehkan sehingga ada dalil yang
menunjukkan keharamannya”.
Dengan melihat keterangan diatas, maka hal tersebut bisa dijadikan sebagai
pemula dan pembuka cenel keterlibatan hukum Islam terhadap permasalahan
kontemporer. Karena dalam Al-Qur’an permasalahan transaksi online masih
bersifat global, selanjutnya hanya mengarahkan kepada peluncuran teks hadits yang
dikolaborasikan dalam permasalahan sekarang dengan menarik sebuah
pengkiyasan.
Sebagaimana ungkapan Abdullah bin Mas’ud : Bahwa apa yang telah
dipandang baik oleh muslim maka baiklah dihadapan Allah, akan tetapi sebaliknya.
Dan yang paling penting adalah kejujuran, keadilan, dan kejelasan dengan
memberikan data secara lengkap, dan tidak ada niatan untuk menipu atau
merugikan orang lain, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 282
diatas.
Langkah-langkah yang dapat kita tempuh agar jual beli secara online ini di
perbolehkan, halal, dan sah menurut syari’at Islam diantaranya :
1. Produk yang di jual maupun yang di beli Halal.
Kewajiban menjaga hukum halal-haram dalam objek perniagaan tetap
berlaku, termasuk dalam perniagaan secara online, mengingat Islam
mengharamkan hasil perniagaan barang atau layanan jasa yang haram, sebagaimana
ditegaskan dalam hadis: “Sesungguhnya bila Allah telah mengharamkan atas suatu
kaum untuk memakan sesuatu, pasti Ia mengharamkan pula hasil penjualannya.”
(HR Ahmad, dan lainnya).
Boleh jadi ketika berniaga secara online, rasa sungkan atau segan kepada orang lain
sirna atau berkurang. Namun kita pasti menyadari bahwa Allah ‘Azza wa Jalla tetap
mencatat halal atau haram perniagaan kita.
2. Kejelasan status.

16
Di antara poin penting yang harus kita perhatikan dalam setiap perniagaan
adalah kejelasan status. Apakah sebagai pemilik, atau paling kurang sebagai
perwakilan dari pemilik barang, sehingga berwenang menjual barang. Ataukah kita
hanya menawaran jasa pengadaan barang, dan atas jasa ini kita mensyaratkan
imbalan tertentu. Ataukah sekedar seorang pedagang yang tidak memiliki barang
namun bisa mendatangkan barang yang kita tawarkan.
3. Kesesuaian harga dengan kualitas barang.
Dalam jual beli online, kerap kali kita jumpai banyak pembeli merasa
kecewa setelah melihat pakaian yang telah dibeli secara online. Entah itu kualitas
barangnya, ataukah ukuran yang ternyata tidak pas dengan yang dikehendaki.
Sebelum hal ini terjadi kembali pada kita, patutnya kita mempertimbangkan apakah
harga yang ditawarkan telah sesuai dengan kualitas barang yang akan dibeli.
Sebaiknya juga kita meminta foto real dari keadaan barang yang akan dijual.
4. Kejujuran dalam jual beli online
Berniaga secara online, walaupun memiliki banyak keunggulan dan
kemudahan, namun bukan berarti tanpa masalah. Berbagai masalah dapat saja
muncul pada perniagaan secara online. Terutama masalah yang berkaitan dengan
tingkat amanah kedua belah pihak.
Bisa jadi ada orang yang melakukan pembelian atau pemesanan. Namun
setelah barang kita kirim kepadanya, ia tidak melakukan pembayaran atau tidak
melunasi sisa pembayarannya. Bila kita sebagai pembeli, bisa jadi setelah kita
melakukan pembayaran, atau paling kurang mengirim uang muka, ternyata penjual
berkhianat, dan tidak mengirimkan barang. Bisa jadi barang yang dikirim ternyata
tidak sesuai dengan apa yang ia gambarkan di situsnya atau tidak sesuai dengan
yang kita inginkan. kita bisa bayangkan betapa susah dan repotnya bila mengalami
kejadian seperti itu. Karena itu, walaupun kejujuran ditekankan dalam setiap
perniagaan, pada perniagan secara online tentu lebih ditekankan lagi.

BAB III

16
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bisnis online sama seperti bisnis offline. Ada yang halal ada yang haram,
ada yang legal ada yang ilegal. Hukum dasar bisnis online sama seperti akad jual
beli dan akad as-salam, ini diperbolehkan dalam Islam. Adapun keharaman bisnis
online karena beberapa sebab :
1. Sistemnya haram, seperti money gambling. Judi itu haram baik di darat maupun di
udara (online).
2. Barang/jasa yang menjadi objek transaksi adalah barang yang diharamkan, seperti
narkoba, video porno, online sex, pelanggaran hak cipta, situs-situs yang bisa
membawa pengunjung ke dalam perzinaan.
3. Karena melanggar perjanjian (TOS) atau mengandung unsur penipuan.
4. Tidak membawa kemanfaatan tapi justru mengakibatkan kemudharatan.
Sebagaima telah disebutkan diatas, hukum asal mu’amalah adalah al-
ibaahah (boleh) selama tidak ada dalil yang melarangnya. Namun demikian, bukan
berarti tidak ada rambu-rambu yang mengaturnya.
Transaksi online diperbolehkan menurut Islam selama tidak mengandung
unsur-unsur yang dapat merusaknya seperti riba, kezhaliman, penipuan,
kecurangan dan yang sejenisnya serta memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat
didalam jual belinya.
Hal yang perlu juga diperhatikan oleh konsumen dalam bertransaksi adalah
memastikan bahwa barang/jasa yang akan dibelinya sesuai dengan yang disifatkan
oleh si penjual sehingga tidak menimbulkan perselisihan di kemudian hari.
3.2 Saran
Ketika kita terjun ke bisnis online, banyak sekali godaan dan tantangan
bagaimana kita harus berbisnis sesuai dengan koridor Islam. Maka dari itu kita
harus lebih berhati-hati. Jangan karena ingin mendapat uang yang banyak lalu
menghalalkan segala macam cara. Selama kita berbisnis online sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam dan bermanfaat bagi orang lain, insya Allah uang yang didapat
akan berkah.

Daftar Pustaka

16
 Asnawi, Haris Faulidi, Transaksi Bisnis E-Commerce Perspektif
Islam,(Yogyakarta : Laskar Press)
 Ibn Abidin, Ad-Dar Al-Muhtar, Hasan, Ali, Berbagai Macam Transaksi
Dalam Islam,
 Basyit, Ahmad Azhar, Asas-asas Hukum Mu’amalah. (Yogyakarta : UII
Pres,1990)
 Daud, Ali Mahmud, Hukum Islam Di Indonesia : Pengantar Hukum Islam
dan Tata Hukum Islam di Indonesia (Jakarta : PT Grafindo, 1993)
 Al-Omar, Fuad dan Abdel-haq, Mohammed. 1996. Islamic Bankinf.
Theory, Practise and Challenges. Karachi: Oxford University Press.
 http://muamalat-jual-beli-dalam-islam-pengertian-rukun-hukum-larangan-
dll.htm
 http://ebusinneson/Bisnis Online Information.Blog Hukum Bisnis online
dalam islam. htm

16

Anda mungkin juga menyukai