Anda di halaman 1dari 36

CASE REPORT

Richard Anderson Darmawan


406172088
Pembimbing : dr. Husdal, Sp.BS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI – BOGOR
PERIODE 23 OKTOBER – 30 DESEMBER 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
Identitas Pasien
• Nama : Ny. U
• Tempat/Tanggal lahir : 28 Agustus 1961
• Alamat : Padurenan
• Pekerjaan : Ibu rumah tangga
• Status Perkawinan : Menikah
• Suku Bangsa : Sunda
• Umur : 57 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Agama : Islam

• Tanggal masuk rumah sakit : 23 November 2018


ANAMNESIS

Diperoleh dari alloanamnesa pada tanggal 23 November pukul 07.00

Keluhan utama : Penurunan kesadaran sejak 5 hari SMRS


Keluhan tambahan : Lemas separuh badan sebelah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang

• Pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 5 hari SMRS.

Awalnya pasien mengeluh sering sakit kepala sejak 3 bulan yang lalu. Sakit

kepala dirasakan terutama sebelah kanan, terus menerus, dan semakin lama

semakin memberat. Keluhan disertai dengan lemas separuh badan sebelah kiri

dan bicara pelo sejak 1 minggu yang lalu.

• Keluhan seperti demam, mual, muntah menyembur, dan kejang disangkal


Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien rujukan dari RSUD Cibinong dengan SOL
• Pasien pernah mengalami jatuh
• Riwayat HT (+) & DM (+)  tidak terkontrol
• Riwayat darah tinggi, jantung, paru, dan liver disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
• Keluhan serupa : disangkal
• Jantung : disangkal
• Stroke : disangkal
• Diabetes mellitus : disangkal
• Hipertensi : disangkal
• Asma : disangkal
• Alergi : disangkal
• Kanker : disangkal
Riwayat Kebiasaan & Asupan Nutrisi
• Sebelum sakit pasien makan seperti biasa 3 kali sehari lauk bervariasi.
Setelah sakit pasien makan 2 kali sehari, setengah porsi.

• Merokok (-)
• Alkohol (-)
• Jarang berolah raga (+)
PEMERIKSAAN FISIK
DILAKUKAN PADA TANGGAL : 23 NOVEMBER 2018 PUKUL 7.30
Pemeriksaan Fisik
• Kesan Umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Apatis GCS 12 (E3V4M5)
• Suhu : 36,5oC
• Tekanan darah : 150/90 mmHg
• Heart Rate : 80x/menit
• Pernapasan : 22x/menit, teratur
Kepala:
Normosefali, simetris kanan-kiri Abdomen
I : Datar, Bowel movement tidak terlihat
A: Bising usus (+)
P: Tympani seluruh kuadran abdomen
Mata: P: Supel pada seluruh lapang abdomen, Nyeri tekan (-), Defans (-) .
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor
(3mm) refleks pupil cahaya langsung (+/+), refleks pupil cahaya
tidak langsung (+/+) Ekstremitas :
Akral hangat, Pallor (-), deformitas (-)
Pulmo :
I : Bentuk dada normal, simetris kanan kiri Neurologis :
P : NT (-), focal fremitus sama kuat kanan kiri Kaku kuduk (-), brudzinski 1 (-), brudzinski 2 (-), brudzinski 3 (-),
P : Sonor pada seluruh lapang paru brudzinski 4 (-), laseque (-), kernig (-)
A : Vesikuler (+/+), Rh (+/+), Wh (+/+) Refleks fisiologis : bisep (++/++), trisep (++/++), patella (++/++)
Refleks patologis : babinski (-),chaddock (-), oppenheim (-),
Cor : schuffer (-)
I : IC tidak tampak
P : IC tidak teraba
P : Pekak, batas jantung kesan normal
A : S1/S2 normal, regular, murmur (-), gallop (-)
01/10/2018, 18.34
Darah Rutin
Pemeriksaan Lab Hemoglobin
13,3 13,2-17,3
g/dL

Hematokrit %
38,2 45-52

Leukosit 9,3 4-11 10^3/µL


Trombosit 249 150-440 10^3/µL
Kimia
GD Sewaktu mg/dL
248* 80-120

Ureum 52,9 10,0-50,0 mg/dl


Kreatinin 0,96 0,60-1,30 mg/dl
SGOT 12 0-50 U/L
SGPT 16 0-50 U/L
Na, K, Cl
Natrium 143 135-145 mEq/L
Kalium 4,3 3,5-5,3 mEq/L
Clorida 108 95-106 mg/dL
Pemeriksaan Radiologi
RESUME
• Anamnesa :
• Telah diperiksa seorang pasien perempuan berusia 57 tahun dengan keluhan
penurunan kesadaran sejak 5 hari SMRS. Awalnya cephalgia sejak 3 bulan yang lalu
yang dirasakan semakin lama semakin memberat. Keluhan disertai dengan
hemiparese sinistra dan bicara pelo sejak 1 minggu yang lalu.
• Pada pemeriksaan fisik, Apatis (GCS : 12), Hipertensi (TD : 150/90). Status
neurologikus didapatkan meningeal sign (-)
• Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan adanya
hiperglikemia (248mg/dL) dan hasil radiologi terdapat SOL a/r temporal
dextra
DIAGNOSIS KERJA

1. SOL ec meningioma
convexity
2. HT
3. DM tipe II
Clinical Reasoning Rencana diagnostik
• SOL ec meningioma convexity • MRI
• Sakit kepala
• Hemiparese sinistra • Angiography
• CT scan : SOL a/r temporal dextra
• DM tipe II
• Riwayat DM tipe II tidak
terkontrol
• GDS : 248 mg/dL
• HT
• Riwayat hipertensi tidak
terkontrol
• TD : 150/90 mmHg
Terapi Farmakologis
Meropenem 3x1gr
Metilprednisolon 2x1 amp
Citicolin 2x500
Paracetamol 3x 500 mg
Omeprazole 1x 40mg
Mecobalamin 3x 500 mg
Neurobion 1x1 amp
Levofloxacin 1x750 mg
Levemir 1x24 unit
Novorapid 3x24 unit
Tatalaksana non medikamentosa
• Craniotomy tumor removal
Prognosis
• Ad vitam : Dubia ad bonam
• Ad functionam : Dubia ad malam
• Ad sanationam : Dubia ad malam
PEMBAHASAN
Convexity Meningiomas
Convexity Meningiomas
• Dural attachment
• Terdapat di hemispheres tanpa invasi ke dura dari sinus venosus
• Subclassified  precoronal, coronal, postcoronal, paracentral, parietal,
occipital, and temporal
• Sering ditemukan secara tidak sengaja dan kejang
Epidemiology
• Meningiomas are the most common primary brain and central nervous
system tumor (incidence rate, 6.29 per 100,000 persons)

sphenoid wing
and middle
convexity cranial fossa posterior fossa
(19% to 34%) (17% to 25%) (9% to 15%) clivus (<1%).

parasagittal anterior skull cerebellar


locations base (10%) convexity
(18% to 25%) (5%)
Etiology
• Trauma
• Viruses  Inoue-Melnick virus (IMV)
• Irradiation  radiation-induced meningioma
• Other associations  gliomas, abscesses, and aneurysms
Pathophysiology
• Meningioma’s cell berasal dari arachnoid cap
cell.
• Villi arachnoid menonjol ke sinus venosus
• Endeotelium vena berhubungan dengan seluruh
villi arachnoid kecuali pada sel cap arachnoid
• Granulasi yang terjadi dibungkus oleh kapsula
fibrosa
• Nearly 50% invade the sinus, 50% get
secondary attachment to the falx and 25% are
bilateral.
• Falcine meningioma arises from the falx cerebri
or inferior sagittal sinus and may rarely invade the
SSS
Pathophysiology

Peningkatan TIK
Gejala klinis

Massa Gangguan
menyebabkan elektrofisiologi
direk efek ke
struktur neural
Diagnostic
• Imaging
• Plain radiographs  hyperostosis, increased vascular markings, and
calcification
• CT  isodense to slightly hyperdense compared with contiguous brain
parenchyma, calcification
• MRI
• Angiography  only if embolization is contemplated
• Somatostatin receptor scintigraphy  indium 111  differentiating contrast
uptake from residual tumor and that from nonspecific hyperperfusion
Treatment
• Observation
• Surgery
• Radiation therapy
• Medical Management
Observation
• MRI
• Pemeriksaan MRI setiap 3 bulan kecuali pada tumor yang bertumbuh
cepat
• Jika stabil selama 5 tahun  biannual schedule
• Jika simptomatik dan tumor bertumbuh cepat  surgical resection
• Pengecualian :
• Tuberculum sellae meningiomas  develop visual deterioration rapidly, even
with small tumors
• Young patients  grow more rapidly in these individuals, and they are at risk
for a prolonged period
Treatment
Simpson grading system
Modified from Kobayashi K, Okudera H, Tanaka Y.
Surgical considerations on skull base meningioma
Surgery
Indications Contraindications
• Kelainan neurologik yang • Tumor kecil tanpa edema
berhubungan dengan tumor
• Asimptomatik tumor
• Hiperostosis, ulkus pada kulit 
kosmetik atau mengurangi resiko • Tumor pada usia > 70 tahun
infeksi
• Meningiomas yg berhubungan
dengan signifikan peritumoral
edema  potensi epilepsi
• Tumor dekat dengan korteks
sensorimotor
Complications Surgery
• Defisit neurologik (2%)
• Infeksi pada luka (5%)
• Kebocoran CSF (1%)
• Postoperative hematoma (5%)
• Seizure (1%)
• Embolisme udara (1%) dan perdarahan
Radiation therapy
• Untuk kontrol
• Incompletely resected meningiomas
• Rekurensi rate setelah 15 tahun dengan subtotal reseksi dan terapi
radiasi (75%) dan rate komplikasinya 56%
• Terapi radiasi digunakan pada:
• Setelah operasi malignant meningioma
• Reseksi inkomplit meningioma dan mempunyai resiko rekurensi
• Pasien dengan rekurensi dan resiko operasi terlalu besar
Medical Management
• Treatment hormonal
• Bromocriptine (dopamine antagonist)  inhibit sel meningioma
secara in vitro
• Mifepristone/ gestrinone (antiprogesterone agent)  progesterone-
and cortisol-blocking activities
• Hydroxyurea, interferon alfa-2b (antineoplastic drugs)
• Trapidil (antagonistic PDGF)  inhibit epidermal growth factor
(proliferasi sel meningioma)
• Bevacizumab (VEGF inhibitor)
Daftar Pustaka
• Youmans and Winn Neurological Surgery; seventh edition. Elsevier.
2017.

Anda mungkin juga menyukai