Anda di halaman 1dari 33

Disusun oleh :

 Kartika Yulinda17360330
 Rika Novitasari 17360359
 Sidqi Saiful Abrar 17360365
 Iin Indrayani 16360388

Pembimbing : dr. Surjit Singh


BAB I
PENDAHULUAN
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan
membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi
personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun
perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam
penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses
peradilan.
Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada
jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak , membusuk, hangus terbakar
dan kecelakaan masal, bencana alam, serta potongan tubuh manusia atau
kerangka.
IDENTIFIKASI MASSAL
Proses mengenal kembali jati diri korban,
akibat bencana massal.

BENCANA MASSAL

NATURAL DISASTER MAN MADE DISASTER


(FAKTOR ALAM) (FAKTOR MANUSIA)
Tsunami, gempa bumi dan Terjadi tidak direncanakan :
tanah longsor. Kecelakaan udara, laut, darat
dan kebakaran hutan.
Terjadi direncanakan :
Terorisme.
TRAGEDI GEMPA
(BENCANA ALAM)
DI PADANG
OKTOBER 2009
 Disaster Victim Identification (DVI)
adalah suatu definisi yang diberikan
sebagai sebuah prosedur untuk
mengidentifikasi korban mati akibat
bencana massal secara ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan dan mengacu
pada standar baku Interpol.
1. Melakukan koordinasi dengan tim medis dan aparat
keamanan untuk melakukan evakuasi korban meninggal dan
tempat kejadian.
2. Malakukan koordinasi dengan rumah sakit setempat atau
rumah sakit tempat rujukan korban meninggal.
3. Melakukan identifikasi terhadap korban meninggal dengan
sumberdaya yang ada.
4. Membuat kesimpulan sementara terhadap hasil pemeriksaan.
5. Melaporkan hasil identifikasi kepada badan pemerintahan
terkait.
Tahap – Tahap DVI (Disaster
Victim Identification)
Tahapan pengamankan TKP :
1. Membuat sektor atau zona pada TKP tiap luas area
5 x 5 m dan foto (dokumentasi) pada tiap sektor.
2. Memberikan tanda pada setiap sektor.
3. Mengamankan dan memberikan pertolongan pada
korban yang masih hidup.
4. Mengamankan (dengan memasukan dalam
kantong-kantong plastik serta memberikan label)
korban mati atau potongan tubuh mayat (orange)
dan barang-barang korban yang tercecer (putih).
Tahapan evakuasi dan transportasi :
1. Mengangkut korban hidup yang telah dilakukan
pertolongan utama di TKP ke RS/ pos yang
ditentukan.
2. Mengangkut kantung-kantung jenazah dan
barang-barang ke tempat pemeriksaan dan
penyimpanan (RS/ pos yang telah ditentukan).
FASE I (THE SCANE)
1. Menerima kantong-kantong dari unit TKP.
2. Registrasi ulang dan mengelompokkan kiriman
tersebut berdasarkan kantong : mayat utuh, tidak
utuh dan barang-barang korban.
3. Membuat foto pada mayat dan barang-barang.
4. Melakukan pemeriksaan dan mencatat ciri-ciri
5. korban sesuai dengan data pada Pink Formulir
yang tersedia.
6. Mengirimkan data yang telah diperoleh ke Unit
Pembanding Data (reconsiliasi).
Pink
Formulir
FASE II (POST MORTEM)
Pemeriksaan yang dilakukan, seperti :
1. Memeriksa dan mencatat sidik jari korban.
2. Memeriksa dan mencatat gigi-geligi korban.
3. Mengambil dan memeriksa DNA serta gol darah (bila
memungkinkan).
4. Memeriksa dan mencatat data identifikasi umum dan
khusus korban (jika perlu dengan bedah mayat/
autopsi).
5. Pengambilan darah (golongan darah) atau mengambil
data-data ke unit pembanding data (jika memerlukan
masukan untuk tindakan selanjutnya sebagai data
tambahan).
Data-data Post Mortem tubuh jenazah :
FASE II POSTMORTEM
FASE II
POSTMORTEM
1. Mengumpulkan data-data korban semasa hidup
dari keluarga/ kenalan korban, spt : foto, data
gigi pribadi, sidik jari, gol darah dll.
2. Memasukkan data-data yang ada (dilaporkan)
ke dalam Yellow Formulir yang tersedia.
3. Mengelompokkan data-data Ante Mortem/
berdasarkan jenis kelamin dan batasan umur
(misalnya : anak-anak, remaja, dwasa, orang
tua).
4. Mengirimkan data yang telah diperoleh ke Unit
Pembanding Data (reconsiliasi).
Yellow
Formulir
FASE III ANTE MORTEM
Data Ante Mortem
1. Mengkoordinasikan rapat penentuan identitas
korban (dari data yang diperoleh melalui unit TKP,
unit data PostMortem dan unit data AnteMortem).
2. Mengumpulkan data-data korban yang telah
dikenal untuk dikirim ke Tim Identifikasi.
3. Mengumpulkan data-data tambahan dari unit TKP,
unit data Post Mortem dan unit data Ante Mortem
untuk korban yang masih belum juga dapat dikenal.
FASE IV RECONCILIATION
1. Check dan recheck hasil kerja dari unit
pembanding data.
2. Menyatakan hasil identifikasi korban
(teridentifikasi atau tidak).
3. Membuat surat keterangan kematian untuk
korban (mati) yang sudah teridentifikasi
dengan surat-surat lain yang diperlukan.
4. Menerima keluarga korban untuk serah
terima korban dan barang-barang korban.
5. Publikasi yang benar dan terarah (team
identifikasi) kepada masyarakat agar
mendapat informasi yang terbaru dan akurat.
FASE V
(DEBRIEFING)
1. Identifikasi Primer (Primary)
Sidik jari (Fingerprints)
Rekam gigi (Dental Records)
DNA.
2. Identifikasi Sekunder (Secondary)
Medis (Medical)
Kepemilikan (Property)
Dokumentasi (Photography)
Visual (data tambahan).
(Didapati minimal 1 data primer atau
minimal 2 data sekunder).
Sidik jari
(Fingerprints)

Data
Primer
DATA GIGI GELIGI

Data
DNA Data
Primer
Data
Sekunder
Data
Sekunder
Perawatan dan penyerahan jenazah
 Perbaikan/rekonstruksi tubuh jenazah.

 Perawatan dan pengawetan jenazah sesuai


dengan agama korban.
 Memasukan dalam peti jenazah.

 Serah terima jenazah dengan dicatat secara


resmi : nomor nama dan waktu registrasi
jenazah, data mengenai jenazah diserahkan
kepada siapa, alamat (lengkap), hubungan
dengan korban, atau akan dimakamkan
dimana korban?
CATATAN :
Jenazah yang tidak teridentifikasi untuk
tenggang waktu yang telah ditentukan,
(disepakati oleh team identifikasi dan
pemerintah) akan diserahkan langsung kepada
kepolisian disaksikan pemerintah setempat
(mewakili negara) untuk dapat dimakamkan
secara massal, setelah dilakukan perawatan
jenazah sebagaimana mestinya.

Anda mungkin juga menyukai