Anda di halaman 1dari 25

Asuhan

Keperawatan
Pada Anak
Dengan Diare
Definisi
– Gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi
pencernaan, penyerapan dan sekresi (Wong, 2009).

– Kondisi dimana terjadi : frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari


3 kali/hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 g/hari) dan
konsistensi (feses cair) (Brunner & Suddarth’s, 2002).

– Peningkatan frekuensi atau penurunan konsistensi feses, yang dapat


bersifat akut atau kronik pada anak. Diare infeksius akut
(gastroenteritis) tetap menjadi penyebab utama kematian anak di
seluruh dunia (Kyle & Carman, 2017).
Klasifikasi
1. Diare Akut
Diare akut adalah keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba
frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius dalam traktus
GI. Diare akut biasanya sembuh sendiri (lama sakit kurang dari 14 hari) dan
akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.

2. Diare Kronis
Diare Kronis adalah keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan
kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari.

(Wong, 2009)
Etiologi

Faktor Infeksi

– Bakteri : enteropathogenic escheria coli, salmonella, shigella, dll.


– Virus : enterovirus, echoviruses, adenovirus, dll.
– Jamur : candida enteritis
– Parasit : giardia Clamblia, crytosporidium
– Protozoa
Continue…
Bukan Faktor Infeksi
– Alergi makanan
– Gangguan metabolik atau malabsorbsi
– Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
– Obat-obatan
– Penyakit usus
– Emosional atau stress
– Obstruksi usus

Penyakit Infeksi : otitis media, infeksi saluran napas atas, infeksi saluran kemih

(Suriadi & Yuliani, 2010)


Etiologi

AGEN VIRUS

AGEN BAKTERI

KERACUNAN MAKANAN

Wong, 2009.
Manifestasi Klinis
1. Menurut Smeltzer & Bare (2002)
– Frekuensi defekasi meningkat bersamaan dengan meningkatnya kandungan cairan dalam feses.
– Kram perut
– Distensi
– Gemuruh usus (borborigimus)
– Anoreksia
– Haus
– Dehidrasi
– Kelemahan
– Kontraksi spasmodik
– Peregangan yg tidak efektif pada anus (tenesmus)
Continue…

2. Menurut Wijayaningsih (2013) :


– Mula-mula anak cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
– Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
– Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
– Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat
banyaknya asam laktat.
Continue…

– Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas menurun), ubun-ubun
dan mata cekung, membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
– Perubahan TTV, nadi dan respirasi cepat, tekanan darah menurun, denyut jantung
cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun sebagai akibat hipovokanik.
– Diuresis berkurang.
– Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam.
PATOFISIOLOGI
Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang diusus Toksik tak dapat diserap Ansietas

Hipersekresi air & Malabsorbsi KH,


elektrolit Hiperperistaltik Lemak, Protein

Isi usus Penyerapan makanan diusus Meningkatkan tekanan


menurun osmotik

Pergeseran air dan


elektrolit ke usus

DIARE
DIARE

Frekuensi BAB Distensi abdomen


meningkat

Mual muntah
Hilang cairan & elektrolit Kerusakan integritas kulit
berlebihan perianal
Nafsu makan menurun

Asidosis metabolik
Gangguan keseimbangan
cairan & elektrolit
Sesak Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan pertukaran
Dehidrasi
gas

Kekurangan volume Resiko syok


cairan (hipovolemik)
(Nanda, 2015)
Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan tinja
– Makroskopis dan mikroskopis
– Ph dan kadar gula dalam tinja
– Bila perlu diadakan uji bakteri

2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan


pH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,k,kalsium,dan posfat.
Wijayaningsih,2013
Penatalaksanaan

1. Berikan oralit
2. Berikan tablet zinc selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskam asi-makan
4. Berikan antibiotik secara selektif
5. Berikan nasihat pada ibu/keluarga

(Depkes RI 2011)
Discharge Planning

• Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan minuman (Misalnya
oralit )
• Ajarkan mengenai tanda – tanda dehidrasi
• Jelaskan obat – obat yang di berikan dan juga efek sampingnya
• Anjurkan orang tua untuk terus memenuhi asupan nutrisi untuk anak untuk mencegah atau
meminimalisirkan gangguan gizi yang terjadi
• Anjurkan orang tua untuk memberikan minum yang banyak
• Hindari konsumsi muniman bersoda
• Biasakan cuci tangan dengan sabun dan air sehabis BAB/BAK untuk mencegah penularan diare
• Hindari produk susu dan makanan berlemak, tinggi serat atau sangat manis hingga gejala diare
membaik.
(Nurarif & Kusuma, 2016).
ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK DIARE
A. Pengkajian

1. Indentitas
2. Keluhan umum
– BAB lebih dari 3 kali sehari.
3. Dapatkan Riwayat penyakit sekarang
 BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer,
frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran: 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari (diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari diare kronis.
 Kemungkinan memakan makanan atau air yang terkontaminasi.
 Kemungkinan infeksi di tempat lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
 Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakaian antibiotik, ISPA.
5. Riwayat penyakit keluarga
– Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
6. Pemeriksaan fisik
– Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar kepala.
– Keadaan umum : lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
– Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen.
– Sistem pernafasan : dispena, pernafasan cepat >40 x/mnt karena asidosis metabolik ( kontraksi
otot pernafasan).
– Sistem Kardiovaskular : nadi cepat > 120x /mnt dan lemah.
– Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun >2dt, suhu meningkat > 37◦C, fontanel
cekung.

7. Dampak hospitalisasi
Semua anak yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain,
terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukkan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
8. Pemeriksaan penunjang

 Laboratorium
 Feses kultur : bakteri, virus, parasit, candida.
 Serum elektrolit : Hipernatremi, hipokalemi.
 AGD : asidosis metabolic ( ph menurun, PO2 meningkat, PCO2 meningkat, HCO3 menurun.
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

 Radiologi : mungkin ditemukan Bronchopemoni.

(Wong, 2009)
B. Diagnosa

1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan GI berlebihan


melalui feses atau emesis.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kehilangan cairan melalui diare, masukan yang tidak adekuat.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare.

(Wong, 2004)
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria
Tujuan hasil
dan kriteria hasil

1. Kurang volume cairan berhubungan


Tujuan :
dengan kehilangan GI berlebihan Pasien menunjukkan tanda-tanda rehidrasi dan
melalui feses atau emesis. mempertahankan hidrasi yang adekuat.

Kriteria hasil : anak menunjukkan tanda-tanda hidrasi


yang adekuat
1.Tanda-tanda vital normal
2.Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor
kulit baik, membran mukosa lembab, mata tidak
cekung dan tidak ada rasa haus yang berlebihan
3.Konsistensi feses lembek, frekuensi 1x perhari
C. Intervensi
Intervensi Rasional

Beri larutan rehidrasi oral (LRO) Untuk rehidrasi dan penggantian kehilangan cairan melalui feses

Beri LRO sedikit tapi sering, khususnya bila anak muntah Karena muntah, kecuali jika muntah itu hebat, bukanlah
kontraindikasi umtuk penggunaan LRO
Berikan dan pantau cairan IV sesuai ketentuan Untuk dehidrasi hebat dan muntah
Beri agens antimikroba sesuai ketentuan Untuk mengobati pathogen khusus yang menyebabkan
kehilangan cairan yang berlebihan

Setelah rehidrasi, berikan diet regular pada anak sesuai Karena penelitian menunukkan pemberian ulang diet normal
toleransi secara dini bersifat mengntungkan untuk menurunkan jumlah
defekasi dan penurunan berat badan serta pemendekan durasi
penyakit

Ganti LRO dengan cairan rendah natrium seperti air, ASI, Untuk mempertahankan terapi cairan
formula bebas laktosa, atau formula yang mengandung
setengah laktosa
(Wong and whaley’s, 2004)
D. Implementasi

- Memberikan larutan rehidrasi oral (LRO)


- Memberikan dan memantau cairan IV sesuai ketentuan.
- Memberikan agens antimikroba sesuai ketentuan.
- Memberikan diet regular pada anak sesuai toleransi.
- Menimbang berat badan anak.
- Mengkaji TTV, turgor kulit, membran mukosa, dan status mental setiap 4 jam atau
sesuai indikasi.
- Mencatat masukan dan pengeluaran (urin, feses, emesis).
- Memantau berat jenis urin setiap 8 jam atau sesuai indikasi.
- Menginstruksika keluarga dalam memberikan terapi yang tepat, masukan dan
pengeluaran, dan mengkaji tanda-tanda dehidrasi.
(Wong and whaley’s, 2004)
E. Evaluasi
Masalah Tanggal Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan Jam
S : *Ibu pasien mengatakan anak tampak tenang dan tidak lemas
lagi
*Ibu mengatakan BAB anaknya sudah normal yaitu 3x/hari
dan sudah berampas.

O:
a. Anak tampak tenang, sudah bisa bermain
b. Turgor kulit sudah baik
c. Membran mukosa baik
d. Mata tidak cekung
1. Kurangnya volume e. Frekuensi BAB 1-3 kali perhari
9 februari 2017
cairan f. Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam tidak
terganggu (baik)
g. Tanda vital dalam batas normal (N: 120-130 x/mnt, S; 36-37ºC
dan P: 30-40x/mnt).

A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai