Anda di halaman 1dari 39

Skenario 1

KEKURANGAN CAIRAN
Ketua : Moh. Firdaus (1102017140)
Sekretaris : Nabila Raihani Susanto (1102017163)
Anggota :
Mustika Setya Nugraheni (1102016142)
Listia Almira Zahra (1102017127)
Moehammad Adriansyah (1102017139)
Mohammad Dipo Alamsyah (1102017141)
Muhammad Rangga Primus Saputra (1102017156)
Nadya Tasya Islami (1102017164)
Rika Alivia Agustin (1102017196)
KATA SULIT
 Infus
 Elektrolit
 Cairan
 Pingsan
 Larutan
 Cairan tubuh
HIPOTESIS
 Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari pelarut dan terlarut. Dalam tubuh
manusia mengandung Laki-laki : 60% BB, Wanita : 50-55 % BB, Bayi : 7-75 %
BB, Lansia : 45-50% BB cairan didalam tubuhnya. Kurangnya cairan didalam
tubuh dapat mengakibatkan Dehidrasi, hipokalemia, hiperkalemia, hiponatremia,
hipernatremia, hipoklorinemia, hiperklorinemia. Ciri ciri tubuh kekurangan cairan :
Bibir kering, suhu tubuh diatas normal, lemas, denyut jantung lemah yang
disebabkan Jumlah output lebih banyak dari intake, diare, terlalu banyak
berkeringat, aktivitas fisik berat, suhu lingkungan yang tinggi. Jenis-jenis
kekurangan cairan yaitu : Hipertobik (tubuh kehilangan banyak air sehingga kadar
sodium meningkat), isotonik (kondisi dimana air dan natrium tubuh berkurang
dengan kadar yang sama), Hipotonik (keadaan natrium dalam pembuluh darah
kurang dari kadar air). Berdasarkan tingkat drajatnya : ringan dan sedang (hanya
menyebabkan rasa haus, mulut kering, musah mengantuk, pusing, dll), berat (harus
segera ditangani). Etika minum yang baik menurut kaidah islam : Niat untuk
beribadah kepada allah, membaca basmallah, menggunakan tangan kanan, tidak
bernafas atau meniup air minum, tidak mencela minuman, bernafas 3x ketika
minum, tidak minum langsung dari teko, duduk, menutup bejana air lada malam
hari.
KEKURANGAN CAIRAN

Seorang remaja 19 tahun dibawa ke IGD RS YARSI karena


pingsan setelah berolahraga. Pada pemeriksaan fisik : tampak
lemas, bibir dan lidah kering. Sebelum dibawa kerumah sakit,
temannya telah memberikan larutan pengganti cairan tubuh. Di
RS, penderifa segera diberikan infus cairan kristaloid (elektrolit)
hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan : kadar Natrium 130
mEq/L, Kalium: 2.5 mEq/L dan klorida : 95 mEq/L. Setelah
kondisi membaik paisen dibolehkan pulang dan dianjurkan untuk
minum sesuai dengan etika islam.
LI.1. Memahami dan Menjelaskan Cairan dan
Larutan
 LO 1.1. Definisi Larutan dan Cairan
Larutan adalah suatu campuran homogen satu zat atau
lebih yang tersebar Secara molekular dalam jumlah medium
pelarut secukupnya (Kamus Kedokteran Dorland)
Cairan adalah bahan yang langsung mengalir secara
alamiah, bukan padat atau gas.(Sukmariah, M, & Kamiyanti,
A. 1990.Kimia kedokteran.Jakarta : Binarupa Aksara)
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut)
dan zat tertentu (zatterlarut). Cairan sangat diperlukan dalam
rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Cairan di dalam
tubuh sebanyak 60% dari berat tubuh atau 2/3 dari berat
tubuh.(Mima & Swearingen, 1995)
 LO 1.2. Fungsi Larutan dan Cairan
Fungsi Larutan :
Secara umum larutan berfungsi untuk membentuk suatu zat baru antara solute
(zat terlarut) dan solvent (pelarut). Selain itu fungsi larutan dalam tubuh antara lain
adalah menjaga keseimbangan air, membantu kontraksi otot, membantu transmisi
impuls saraf, dll.
Fungsi Cairan :
1. Sebagai pelarut dan alat angkut
2. Sebagai katalisator
3. Sebagai pelumas
4. Sebagai pengatur suhu tubuh
5. Sebagai peredam benturan
6. Kecantikan dan kesehatan tubuh
7. Transpor cairan
8. Melancarkan peredaran darah
9. Membuang racun dan sisa makanan
10. Pencernaan
11. Pernafasan
 LO 1.3. Perbedaan Larutan dan Cairan

Cairan terdiri atas pelarut (solvent) dan zat


terlarut (solute) sama seperti larutan, yang
membedakan adalah secara umum solvent
cairan hanya dapat berwujud cair, tidak dapat
berwujud gas/padat karena solvent merupakan
komponen yang jumlahnya banyak, maka hal itu
membuat cairan secara umum berwujud cair.
Sedangkan larutan baik solvent maupun solute
dapat berwujud padat, cair atau gas.
• LO 1.4. Jenis – jenis Larutan dan Cairan

A. Berdasarkan Fasanya :

Solvent Cont Solute Contoh Contoh


(Pelarut) oh (Terlarut) campuran
Zat cair Air Zat cair Alkohol Spiritus
Zat cair Aseto Gas Asetilen Zat untuk
n las
Zat cair Air Zat padat Garam Larutan
garam
Gas Udara Zat cair Minyak Spray
Wangi
Gas O2 Gas He Gas untuk
menyelam
Gas O2 Zat padat Naftalen Kamfer
Zat Cd Zat cair Hg Amalgam
padat gigi
Zat Pd Gas H2 Gas oven
padat
Zat Au Zat padat Ag Sinsin
B. Berdasarkan kejenuhan :
padat
         
1. Larutan tak jenuh
2. Larutan jenuh
3. Larutan sangat jenuh
C. Berdasarkan daya hantar listriknya :
Kekuatannya tergantung pada nilai koefisien ionisasinya (α)
1. Elektrolit
Dapat menghantarkan arus listrik
 Kuat → α=1
 Lemah → 0 < α < 1
2. Non Elektrolit
Tidak dapat menghantarkan arus listrik α = 0
D. Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut:
1. Larutan pekat
2. Larutan encer

E. Berdasarkan Letak Cairan


1. Cairan Interseluler (CIS) merupakan cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh.
2. Cairan Ekstraseluler (CES) merupakan cairan yang berada di luar sel.
- Cairan Intravaskuler (CIV)
- Cairan Interstitial (CISt)
- Cairan Transeluler (CTS)
 LO 1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Larutan dan Cairan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :
1. Pengaruh pH
Zat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobatan umumnya adalah
Zat organik yang bersifat asam lemah, dimana kelarutannya sangat dipengaruhi
oleh pH pelarutnya.
2. Pengaruh temperatur (suhu)
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung kepada temperatur, titik
leleh zat padat dan panas peleburan molar zat tersebut.
Kelarutan suatu zat padat dalam air akan semakin tinggi bila suhunya dinaikan.
3. Pengaruh jenis pelarut
Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula
sebaliknya. Kelarutan juga bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan
gugus polar dan non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non
polar suatu zat, makin sukar zat tersebut larut dalam air.
4. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya ukuran partikel suatu zat
5. Pengaruh penambahan zat-zat lain
Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikan kelarutan
suatu zat.
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan
Cairan dalam Tubuh
 LO 2.1. Input dan Output Cairan
A. Intake cairan
Intake cairan yaitu jumlah atau volume kebutuhan tubuh
manusia akan cairan per hari.Selama aktivitas dan temperatur yang
sedang seorang dewasa minum kira-kira 1500 ml per hari, sedangkan
kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga
kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan
oksidasi selama proses metabolisme.

No Umur BB (Kg) Kebutuhan Cairan


1 3 hari   3 250-300
2 1 tahun            9,5 1150-1300
3 2 tahun            11,8 1350-1500
4 6 tahun            20 1800-2000
5 10 tahun          28,7 2000-2500
6 14 tahun          45 2200-2700
7 18 tahun          54 2200-2700
B. Output Cairan
Output cairan yaitu jumlah atau volume kehilangan cairan pada tubuh
manusia per hari. Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses)
yaitu :

1. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus
urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam
kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar
30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan
produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar
keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya
tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
2. Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari,
yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar
(kolon).
3. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya
ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan
syaraf simpatis pada kulit.
4. IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit.Melalui kulit dengan
mekanisme diffusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh
melalui proses ini adalah berkisar 300-400 ml per hari, tetapi bila proses
respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
 LO 2.2. Mekanisme Keseimbangan Cairan dalam Tubuh

Pengaturan keseimbangan cairan memperhatikan 2 parameter penting


yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal
mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan
mengatur keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dari kehilangan abnormal dari air dan garam
tersebut.

Pergerakan cairan tubuh mencakup penyerapan air di usus, masuk ke


pembuluh darah, dan beredar ke seluruh tubuh. Pada pembuluh kapiler, air
mengalami filtrasi ke ruang intertitium, selanjutnya masuk ke dalam sel
melalui proses difusi, sebaliknya air dalam sel keluar ke ruang intertitium dan
masuk ke pembuluh darah (Unit Pendidikan Kedokteran – Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007)
Cairan tubuh berpindah antara kedua kompartemen untuk
mempertahankan nilai keseimbangan cairan. Pergerakan cairan tubuh
dintentukan oleh beberapa proses transfer yaitu, difusi, transport aktif, filtrasi,
dan osmosis (Horne, 2001).
Transport cairan dalam tubuh ada 4, yaitu:
1. Difusi
Pergerakan molekul melintasi membran semipermeabel dari
kompartemen dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
2. Osmosis
Pergerakan dari solvent (pelarut) melintasi membran sel dari larutan
berkonsentrasi rendah menuju konsentrasi tinggi.
3. Transport aktif
Pergerakan dari konsentrasi tinggi ataupun rendah. Proses transpor
aktif penting untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium
antara cairan intraselular dan ekstraselular.
4. Filtrasi
Proses perpindahan cairan dan solut melintasi membran bersama-
sama dari kompartemen bertekanan tinggi menuju kompartemen
bertekanan rendah.
Dari beberapa sumber pengeluaran dan pemasukan H2O, hanya dua
sumber yang dapat diatur oleh tubuh untuk menjaga keseimbangan H2O.
Untuk input H2O, rasa haus dapat diatur untuk memenuhi intake H2O dan
untuk output H2O, ginjal dapat mengatur banyaknya urin yang akan dibentuk.
Pengaturan pengeluaran H2O pada urin adalah faktor terpenting dalam
menjaga keseimbangan H2O.
Beberapa faktor lain dapat diatur, namun tidak menjadi pengaturan utama
dalam menjaga keseimbangan H2O. Asupan air dari makanan dapat diatur
untuk menjaga keseimbangan energi, dan kontrol terhadap pengeluaran
keringat penting untuk menjaga suhu tubuh. H2O yang dihasilkan secara
metabolik dan pengeluaran H2O dengan cara insensible loss tidak dapat diatur
oleh tubuh. (Sherwood).
 LO 2.3 Kompartemen CIS dan CES

CES
Golongan
Mineral CIS
Mineral Plasma CISt
Natrium 144 137 10
Kalium 5,0 4,7 141
Kation
Kalsium 2,5 2,4 0
Magnesium 1,5 1,4 31
Klorida 107,0 112,7 4
HCO3- 27,0 28,3 10
Anion HPO42- 2,0 2,0 11
SO42- 0,5 0,5 1
Protein 1,2 0,2 4

Tabel 1. Komposisi Elektrolit dalam Tubuh


Seluruh cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen utama, yaitu:
cairan intraseluler (CIS) dan cairan ekstra seluler (CES). Pada orang normal dengan
berat badan 70 kg, total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau
sekitar 42 L. Persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin dan
derajat obesitas. (Guyton & Hall, 1997).
1. Cairan Intraseluler (CIS) = 40% dari BB total
Adalah cairan yag terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3
dari cairan tubuh adalah intraseluler, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa
70 kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraseluler.
2. Cairan Ekstraseluler (CES) = 20% dari BB total
Adalah cairan di luar sel. Ukuran relatif dari (CES) menurun dengan
peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuh terkandung di
dalam (CES). Setelah 1 tahun, volume relatif dari (CES) menurun sampai kira-kira
1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria
dewasa (70 kg). Lebih jauh (CES) dibagi menjadi:
 Cairan Interstitial (CISt)
 Cairan Intravaskular (CIV)
 Cairan Transelular (CTS)
Presentasi cairan tubuh total:
1. bayi premature : 80% BB
2. bayi dan anak normal : 70-75% BB
3. pra-pubertas : 65-70% BB
4. dewasa : 55-60% BB

 Kadar air tubuh total terhadap berat badan:


Usia Pria Wanita
10-18 59% 57%
18-40 61% 51%
40-60 55% 47%
>60 52% 46%
 Volume air tubuh pada masing-masing kompartemen:

Komparteme Jumlah %BB % jumlah


n cairan
Volume 24.0 L 33 60
intrasel
Volume 16.0 L 22 40
ekstrasel
Volume 11.2 L 15.4 28
“sebagai model adalah seorang
intrasel pria sehat BB = 73 kg dan cairan tubuh total sejumlah 40 L (55%)”
volume 3.2 L 4.4 8
plasma
volume 1.6 L 2.2 4
trans-sel
 Kadar elektrolit dalam cairan ekstrasel dan cairan intrasel:

Elektrolit Plasma Cairan interstisium Cairan intrasel


(mEq/L) (mEq/L) (mEq/L)

Na+ 140 148 13


K+ 4.5 5.0 140
Ca2+ 5.0 4.0 10
Mg2+ 1.7 1.5 7.0
Cl- 104 115 3.0
HCO3 24 27 10
SO42- 1.0 1.2 -
PO42- 2.0 2.3 107
Protein 15 8 40
Anion 5.0 5.0 -
organik
LI 3. Gangguan Keseimbangan
 LO 3.1. Definisi Dehidrasi
◦ Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh secara berlebihan.
◦ Dehidrasi adalah suatu keadaan terlalu banyaknya cairan tubuh yang hilang dan
tidak dapat digantikan dengan baik.

• LO 3.2. Drajat
Berdasarkan persentase kehilangan air dari total berat badan, derajat/skala
dehidrasi dapat ringan, sedang, hingga derajat berat (tabel 1).

Derajat dehidrasi berbeda antara usia bayi dan anak jika dibandingkan usia
dewasa. Bayi dan anak (terutama balita) lebih rentan mengalami dehidrasi karena
komposisi air tubuh lebih banyak, fungsi ginjal belum sempurna dan masih
bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuhnya, selain itu
penurunan berat badan juga relatif lebih besar. Pada anak yang lebih tua, tanda
dehidrasi lebih cepat terlihat dibandingkan bayi karena kadar cairan ekstrasel lebih
rendah. Menentukan derajat dehidrasi pada anak juga dapat menggunakan skor
WHO, dengan penilaian keadaan umum, kondisi mata, mulut dan turgor (tabel 2).
Derajat dehidrasi berdampak pada tanda klinis. Makin berat dehidrasi,
gangguan hemodinamik makin nyata. Produksi urin dan kesadaran dapat menjadi
tolak ukur penilaian klinis dehidrasi (tabel 3).
A. dehidrasi hipotonik (Na<125 mEq/L)
◦ gejala lebih dini muncul
◦ gejala ini biaanya diakibatkan oleh penggantian kehilangan dengan
cairan rendah solute, seperti sari buah, cola dan teh.
B. Dehidrasi isotonic (Na = 130 sampai 150 mEq/L)
– Gejala tidak sedramatis pada dehidrasi hipotonik
C. Dehidrasi hipertonik
◦ Biasanya terjadi karena penggunaan cairan dengan kandungan solute
tinggi, gangguan pemekatan ginjal dengan kehilangan air yang banyak,
paparan ke lingkungan panas dengan IWL besar.
◦ Gejala khas mencakup tekstur kulit kasar, tangisan memekik, lemah,
takipnea dan sangat haus
 LO 3.3 Penyebab dan Gejala Dehidrasi
Penyebab :
1. Pada Bayi dan/atau Anak
a. Demam
b. Overheat
c. Diare dan Muntah
d. Tidak Mau Minum
e. Pneumonia
2. Pada Dewasa
a. Menstruasi
b. Obat-obatan
c. Diare
d. Diabetes
e. Stres
f. Menyusui
g. Faktor usia
h. Mengonsumsi alkohol dan intoksilasi (keracunan)
i. Suhu/ cuaca yang sangat panas
j. Ketoasidosis diabetik
k. Hyperosmolar hyperglycemic nonketotic syndrome (HHNS)
Gejala :
Variabel Ringan (3 – Sedang (6 – Berat (≥ 10%)
5%) 9%)
Tekanan Normal Normal Normal/rendah
Darah
Tekanan Nadi Normal Normal (-) Agak rendah
Denyut Normal Meningkat Meningkat
Jantung
Turgor Kulit Normal Turun Turun
Fontanela Normal Cekung Cekung
Membran Agak kering Kering Kering
Mukosa
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Ekstremitas Hangat CTR lambat Dingin
Status Mental Normal Normal → Letargi
gelisah
Urin Output Sedikit < 1 ml/kg/jam << 1 ml/kg/jam
menurun
Haus Sedikit Agak haus Sangat haus
meningkat
Dehidrasi
Tanpa Dehidrasi
Variabel Ringan -
Dehidrasi Berat
Sedang
Keadaan Baik Sedang Lemas
Umum
Mata Normal Cekung Cekung
Haus Normal Haus Tidak bisa
minum
Keterangan:
Turgor Kulit Normal Lambat Sangat lambat
Turgor kulit : Kelenturan kulit
Fontanela : Bagian lunak di antara pelat tengkorak kepala bagian atas dan belakang
kepala bayi
Letargi : Keadaan lemah badan dan tidak ada dorongan untuk melakukan kegiatan,
nafsu tidur berlebihan, muncul pada penderita penyakit otak atau keracunan
 LO 3.4. Cara Penanganan
Penanganan dan terapi Dehidrasi
Terapi klinik dehidrasi bertujuan untuk :
1. Mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi.
2. Mengganti kehilangan cairan yang sedang berlangsung.
3. Mencegah kehilangan cairan lanjutan.
Salah satu faktor penting dalam terapi klinis dehidrasi yaitu menentukan tingkat
dehidrasi penderita.Dehidrasi ringan biasanya cukup dengan mengkomsumsi banyak
cairan ditambah dengan pemberian Cairan Rehidrasi oral (CRO) atau ORALIT.CRO
diberikan sebanyak15-20 ml/kgBB/jam.Untuk mengganti cairan yang hilang. Makanan
tidak perlu dibatasi karena pemberian makanan akan mempercepat penyembuhan
Sedangkan pada dehidrasi sedang dan dehidrasi berat penderita harus segera
dibawa ke Rumah Sakit untuk mendapat cairan rehidrasi melalui infus(intravena).
Selain itu untuk memudahkan pengobatan terhadap penyebab dehidrasi seperti diare,
muntah-muntah dan penyebab lainnya.Keadaan penderita harus sesering mungkin di
evaluasi.
A. Pertolongan pertama terhadap dehidrasi ringan
Setelah mengetahui gejala dehidrasi ringan, anda dapat melakukan penderita
dehidrasi agar gejala-gejala tersebut tidak menjadi semakin parah. Berikut adalah
pertolongan pertama pada dehidrasi ringan :
1. hentikan aktivitas sejenak
2. jika anda merasakan gejala-gejala dehidrasi, segeralah menghentikan aktivitas
anda. Cari tempat untuk istirahat atau sekedar untuk merebahkan b
3. minum air putih
4. dehidrasi terjadi kurangnya cairan volume air dalam tubuh, jadi anda harus
segera mengisi ulan cairan tersebut dengan minum air ppytuh. Namun
usahakan agar suhu air putih yang anda minum tidak terlal dingin apalagi
manis. Air putih dengan suhu ruangan adalah yang terbaik disarankan, anda
bias juga mengkonsumsi minuman isotonic. Minum secara perlahan jangan
tergesa-gesa agar tubuh tidak mengalami shock
5. istirahat sampai anda merasa pulih kembali
6. jangan paksakan untuk bekerja yang berat-berat dulu
B. pertolongan pertama terhadap dehidrasi berat
Penanganan dehidrasi berat berbeda dengan dehidrasi ringan. Pada dehidrasi
yang berat, cairan yang dikeluarkan jauh lebih banyak dan kondisi tubuh jauh lebih
kritis.Karena itu, penanganan dehidrasi berat sangat perlu untuk dilakukan. Berikut
adalah pertolongan pertama pada dehidrasi berat:
1. Minum oralit atau campuran air hangat dengan gula dan garam. Kandungan
oralit bias mengisi cairan dan elektrolit tubuh yang hilang
2. istirahat, ketika terkena dehidrasi berat tuuh akan tersa lemas sekali. Pastikan
anda sudah berada di rumah dan segera cari tempat tidur. Pastikan ada orang
lain yang membantu anda.
3. Jangan gegabah untuk mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung serat
karena malah akan melancarkan saluran pembuangan
4. Segera pergi ke dokter, jangan tunggu sampai kondidi tubuh menjadi parah.
Segeralah pergi ke dokter agar penyakit dehidrasi tidak menjadi parah. Dokter
bias memberi infus cairan sehingga tubuh bias tercukupi.
C. Pada usia lanjut
1. terapi rehidrasi oral
pada dehidrasi ringan terapi cairan dapat diberikan secara oral sebanyak 1500-
2500ml/jam (30 ml/kg berat badan /24 jam) untuk kebutuhan dasar, ditambah
dengan pengantian deficit cairan dan kehilangan cairan yang masih
berlangsung. Cairan yang diberikan secara oral tergantung jenis dehidrasi
2. terapi rehidrasi parenteral
jenis cairan krisatoloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari jenis
dehidrasinya
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Mineral
 LO 4.1. Definisi Mineral
A. Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa mencapai 60
mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L) berada dalam cairan
intrasel4,8. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang
mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium
bikarbonat (NaHCO3) sehingga perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel
menggambarkan perubahan konsentrasi natrium.
B. Kalium
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel. Konsentrasi
kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%).
Jumlah konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60 per kilogram berat badan
(3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah
kalium pada wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang
dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak.
C. Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan konsentrasi
klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada gangguan keseimbangan
asam-basa, dan menghitung anion gap.
 LO 4.2. Fungsi Mineral
1. Natrium
– Menyeimbangkan cairan, Na menjaga tekanan osmotic agar stabil di CES
– Kepekaan pada Neuromuscular
– Menyeimbangkan asam basa, pertukaran Na-H di tubulus ginjal untuk
tingkat keasaman urin
– Menjaga viskositas darah, garam Na dengan globulin dapat larut serta Na-K
dpt menjaga tingkat hidrasi protein plasma
– Membantu kontraksi otot
– Membantu menjaga volume darah.
2. Kalium
– Lebih banyak di CIS daripada CES karena berpengaruh pada aktivitas otot
jantung.
– Berperan penting dalam regulasi asam basa.
– Menjaga tekanan osmotic.
– Berguna untuk biosintesi protein.
– Sebagai kofaktor enzim piruvat kinase.
3. Klorida
◦ Memelihara keseimbangan air & asam basa dlm tubuh
◦ Berperan dlm pembentukan asam hidroksida
◦ Berperan sbg komponen HCl dlm lambung
◦ Mengatur aktivitas enzim tertentu
◦ Memudahkan transfer CO2 dari darah ke paru-paru
◦ Membantu dalam memelihara keseimbangan cairan, elekrolit, asam basa, &
tekanan (nilai) osmotik dalam bagian-bagian tubuh.

 
LO 4.3. Metabolisme Ekskresi Mineral
1. Natrium
Eskresi Na dilakukan oleh ginjal. Pengaturan ini dilakukan untuk
mempertahankan homeostasis Na, yang sangat diperlukan untuk mempertahankan
volume cairan tubuh.
2. Kalium
Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus gastrointestinal 5%, kulit dan
urine mencapai 90%.
3. Klorida
Klorida yang masuk tergantung dari time dan jenis makanan. Kandungan
klorida dalam makanan sama dengan Na. Orang dewasa keadaan normal
mengkonsumsi 50.200 mEq/Lklorida/hari, dan ekskresi klorida bersama feses
sekitar 1-2 mEq per hari. Kadar klorida dalam keringat bervariasi, rerata 40 mEq/L.
Ekskresi utama klorida melalui ginjal.
• LO 4.4. Sumber Mineral
1. Sumber natrium
Garam dapur/meja, daging, keju, mentega dan sayuran hijau
2. Sumber kalium
Sayuran, buah & kacang
3. Sumber klorida
Garam dapur, daging, susu, telur

 LO 4.5. Kebutuhan Mineral dalam Tubuh


  Usia (tahun) Natrium (mg) Kalium (mg) Klorida
(mg)
Bayi 0 – 0,5 115 – 350 350 – 925 275 – 200

  0,5 – 1 250 – 750 425 – 1275 400 – 1200

Anak-anak 1–3 325 – 975 550 – 1650 500 – 1500


dan remaja

  4–6 450 – 1350 775 – 2325 700 – 2100

  7 – 10 600 – 1800 1000 – 3000 925 – 2775

  11 + 900 – 2700 1525 – 4575 1400 – 4200

Dewasa   110 - 3300 1875 - 5625 1700 - 5100


L.I 5 Memahami dan Menjelaskan Etika Minum dalam Pandangan
Islam

A. Al-Qur’an

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesji,
makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan” (QS Al Araf : 31 )
B. Hadits
1. Memulai minum dengan membaca basmallah.
Dari Amir bin Abi Salamah, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasalam bersabda,
“Wahai anakku, jika engkau hendak makan ucapkanlah bismillah, makanlah
dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang berada didekatmu. (HR
Thabrani dalam Mu’jam Kabir).
2. Minum dangan tangan kanan.
Rasulullah Shalllallahu’alaihi wasalam Bersabda, “Jika salah seorang dari
kalian hendak makan, hendaklah makan dengan tangan kanan. Sesungguhnya setan
makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya”. (HR.Muslim).
3. Tidak Bernafas dan meniup air minum.
Dari abu Qatadah, Nabi shallallahu’alai wasalam bersabda, “Jika kalian minum
maka janganlah bernafas dalam wadah air minumnya.” (HR. Bukhari no. 5630 dan
Muslim no.263).
4. Minum Dengan Keadaan duduk.
Disunnahkan minum dengan keadaan duduk, karena dalam hadits Anas
disebutkan “Bahwa sesungguhnya nabi Shallallahu’alaihi wasalam melarang
minum sambil berdiri”. (HR.Muslim).
5. Bersyukur dan jangan mencela makanan dan minuman.
Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang ada, dan
jangan sekali sekali mencelanya. Abu Hurairah Radhiallahu’anhu di dalam
haditsnya menuturkan: “Rasulullah Shallallahu’alaihi wasalam sama sekali tidak
pernah mencela makanan. Apabila suka sesuatu ia makan dan jika tidak, maka ia
tinggalkan”. (Muttafaq’alaih).
6. Larangan makan dan minum menggunakan emas/perak
"Dan janganlah kalian minum dari gelas emas atau perak, dan jangan (pula)
makan menggunakannya. bahwa itu (piring/gelas dari emas dan perak) untuk
mereka (non-muslim) didunia dan untuk kita diakherat." (HR Bukhori, Muslim,
Ahmad, At-tirmidzi, An-Nasai, Abu Daud dan Ibnu Majah).
7. Larangan makan dan minum dalam posisi bersandar
"Aku pernah bersama Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam ketika beliau
berkata kepada seseorang yang bersamanya juga : Aku tidak makan dalam posisi
bersandar." (HR Bukhori, Ahmad, At-tirmidzi, Abu Daud dan Ibnu Majah).
8. Tidak berlebihan dan kekurangan
"Sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk
nafas." (HR At-Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah).

Anda mungkin juga menyukai