PRESEPTOR :
dr. Yulson Rasyid, Sp.S
ANATOMI
Kulit Kepala
Tulang Tengkorak
Selaput Otak (Lapisan Meninges)
Pembuluh Darah Otak
Otak
Cairan Serebrospinalis
Tentorium
ANATOMI
TULANG TENGKORAK
Kalvaria cranii (tabula eksterna, diploe, tabula
interna)
Basis cranii 3 fossa
- Fossa anterior : tempat lobus frontalis
- Fossa media : tempat lobus temporalis
- Fossa posterior : tempat batang otak dan serebellum
ANATOMI
TULANG TENGKORAK
ANATOMI
MENINGEN
Duramater. Selaput yang melekat erat dengan
tabula interna terdiri atas jaringan ikat fibrosa.
Arakhnoid. Lapisan kedua dari selaput otak.
Piamater. Lapisan ketiga yang melekat dengan
korteks serebri.
Duramater tidak melekat erat dengan selaput
arakhnoid sehingga terdapat ruang potensial
(ruang subdural).
Cairan serebrospinal bersirkulasi antara arakhnoid
dan piamater dalam ruang subarakhnoid.
ANATOMI
TENTORIUM
Membagi ruang tengkorak menjadi :
- Ruang Supratentorial : berisi fossa kranii anterior & media
- Ruang Infratentorial : berisi fossa kranii posterior
FISIOLOGI
TIK normal (istirahat) kira-kira 10 mmHg (136 mmH2O)
TIK > 20 mmHg dianggap tidak normal dan TIK > 40
mmHg termasuk dalam kenaikan TIK yang berat.
Doktrin Monro-Kellie “Volume intrakranial selalu
konstan, karena rongga kranium pada dasarnya
merupakan rongga yang tidak mungkin mekar”.
TIK yang normal tidak berarti tidak adanya lesi massa
intrakranial, karena TIK umumnya tetap dalam batas
normal sampai kondisi penderita mencapai titik
dekompensasi dan memasuki fase eksposional.
TIK umumnya bertambah secara berangsur-angsur setelah
proses trauma. Edema otak memerlukan 36-48 jam untuk
waktu maksimum.
Peningkatan TIK dapat menurunkan Aliran Darah Otak
(ADO) dan timbul rangsangan pada pusat vasomotor dan
tekanan sistemik meningkat bradikardia dan pernafasan
menjadi lambat.
ADO normal ; ±50 ml/100 gr jaringan otak/menit.
TIK meningkat :
- Penurunan kesadaran
- Nyeri kepala
- Papil edema tekanan dan pembengkakan diskus optikus
- Muntah proyektil
CEDERA KEPALA
DEFINISI
Lesi diffus
Lesi fokal
- Hematoma intrakranial
- Hematoma ekstradural
– Hematoma subdural
– Hematoma intraparenkim
– Hematoma subarakhnoid
– Hematoma intraserebral
– Hematoma intraserebellar.
Lesi Difusa
Cedera otak ini disebut dengan istilah difus oleh karena secara
makroskopis tidak ditemukan adanya lesi yang dapat menimbulkan
gangguan fungsi neurologik, meskipun pada kenyataannya pasien
mengalami amnesia atau penurunan kesadaran bahkan sampai koma.
Tergantung dari berat ringannya cedera otak difus ini.
1. Cedera Aksonal Difus (“Diffuse Axonal Injury” = DAI)
keadaan dimana serabut saraf subkortikal (serabut proyeksi,
asosiasi, dan komisural) mengalami kerusakan akibat gaya deselerasi.
Klasifikasi berdasarkan beratnya kerusakan yang timbul :
Grade 1 : kerusakan akson pada substansia alba dapat dilihat secara
mikroskopis tanpa adanya lesi fokal
Grade 2 : kerusakan akson disertai fokus perdarahan pada korpus
kalosum
Grade 3 : kerusakan akson difus disertai perdarahan pada korpus kalosum
dan batang otak
Gejala dan tanda kllinis :
• Koma lama trauma kapitis
• Disfungsi saraf otonom
• Demam tinggi
- Penunjang diagnostik:
• CT scan otak
Awal normal, tidak ada tanda adanya perdarahan, edema,
kontusio
• Ulangan setelah 24 jam, edema otak luas
2. Cedera vaskular difus (“Diffuse Vascular Injury” =
DVI)
Hematoma subarakhnoid
Paling sering ditemukan pada cedera kepala, umumnya
menyertai lesi lain. Perdarahan terletak di antara arachnoid
dan piamater, mengisi ruang subarachnoid.
Hematoma intraserebral
Hematoma yang terbentuk pada jaringan otak (parenkim)
sebagai akibat dari adanya robekan pembuluh darah.
Terutama melibatkan lobus frontal dan temporal (80-90
persen), tetapi dapat juga melibatkan korpus kallosum,
batang otak, dan ganglia basalis.
• Hematoma intraserebellar
Merupakan perdarahan yang terjadi pada serebelum. Lesi ini jarang terjadi
pada trauma, umumnya merupakan perdarahan spontan. Prinsipnya
hampir sama dengan ICH, tetapi secara anatomis harus diingat bahwa
kompartemen infratentorial lebih sempit dan ada struktur penting di
depannya, yaitu batang otak.
Terjadi ketika vena di antara duramater dan arachnoid (bridging vein) robek.
Jenis:
• Akut : interval lucid 0-5 hari
• Subakut : interval ucid 5 hari - beberapa minggu
• Kronik : interval lucid >3 bulan
2. Media
Gejala dan tanda klinis
• Keluarnya cairan likuor melalui telinga/otorrhea
3. Posterior
• Gejala dan tanda klinis :
• Bilateral mastoid ecchymosis/battle‟s sign
PERDARAHAN SUBARAKNOID TRAUMATIKA
Gejala dan tanda klinis:
• Kaku kuduk
• Nyeri kepala
• Gangguan kesadaran
• CT scan otak:
perdarahan (hiperdens)
diruang subarakhnoid
Diagnostik Pasca Perawatan
1). Minimal
- Istirahat dirumah
- Lakukan Resusitasi
- Kejang
- Infeksi
- Edema pulmonum
KESIMPULAN