Anda di halaman 1dari 28

DEMAM TIFOID

dr. Putri Herawati Saragih


Pembimbing : dr. Meidi Fazirin
PROGRAM DOKTER INTERNSIP KEMENKES RI
PERIODE II, Mei 2016
RSUD KOTA BENGKULU
Laporan Kasus
A. Anamnesis
Identitas Pasien
• Nama : Nn. N
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Usia : 17 tahun
• Alamat : UNIB Belakang
• Masuk RS : 05 Desember 2016
• Pulang : 08 Desember 2016
• Anamnesis dilakukan tanggal 05 Desember, pukul 11.00 wib,
secara auto dan alloanamnesis
• Keluhan Utama : Demam

• Riwayat Penyakit Sekarang


• Pasien datang ke RSUD Kota Bengkulu dengan keluhan
demam sejak 6 hari. Demam dirasakan terutama sore
hari, naik perlahan, kadang disertai menggigil (hari
pertama dan kedua).Demam disertai mual, muntah
sebanyak 2 kali, pusing dan nafsu makan berkurang.
• Demam tidak disertai pilek dan batuk. Pasien juga tidak
mengeluh bab cair. Bab berwarna merah atau kehitaman
disangkal. Buang air kecil seperti biasa. Pasien
sebelumnya sudah mengkonsumsi obat warung
(namanya tidak diketahui). Demam dirasakan berkurang,
tetapi demam kembali terjadi jika obat dihentikan.
• Riwayat Penyakit Dahulu
• Tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya

• Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan


• Tidak ada yang mengalami keluhan serupa.
• B. Pemeriksaan fisik
• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : composmentis
• Tanda vital
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 98 x/menit, regular
RR : 24 x / menit
Suhu : 38,6 °C

• Pemeriksaan status generalis :


• Kepala : tidak tampak kelainan
• Rambut : Hitam, sedikit rontok
• Mata : mata cekung (+), konjungtiva anemis (-),sclera ikterik (-)
• THT : faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1, lidah tampak kotor, tremor
(+)
• Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
• Thorax : bentuk normal.
Paru :
• Inspeksi : dalam keadaan statis simetris, dalam keadaan dinamis tidak
• ada ketinggalan gerak.
• Palpasi : stem fremitus paru kanan sama dengan paru kiri
• Perkusi : sonor di kedua lapang paru, batas paru normal
• Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-)

Jantung :
• Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
• Palpasi : iktus kordis tidak teraba
• Perkusi : batas jantung dalam batas normal
• Auskultasi : S1,S2 tunggal, regular, gallop(-), murmur (-)

Abdomen : bentuk datar, nyeri tekan epigastrium (+), turgor baik (<3detik), bising
usus normal tidak meningkat
• Inspeksi : datar
• Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba, turgor baik
• Perkusi : timpani
• Auskultasi : bising usus normal (3x/menit)

Ekstremitas : akral hangat, petekie (-), CR <2 detik


C. Daftar masalah
• -Demam 6 hari,terutama sore hari kadang disertai
menggigil
• - Mual, pusing
• - Nafsu makan berkurang
• - Lidah tampak kotor
• - Nyeri tekan epigastrium

D. Diagnosis
Diagnosis : Susp. Demam Tifoid
Diagnosis banding : Malaria,DBD
E. Usulan pemeriksaan penunjang
• - Cek malaria
• H2TL
• - Pemeriksaan widal

Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 05 desember 2016


DDR (-) Negatif
Hb: 13,5 g/dl, Leukosit 6000/ul, Trombosit 200.000, HT: 40
Widal test
• Typhi H: -
• Typhi O : 1/320
• Para typhi AO: -
• Para typhi BO : 1/320
• Para typhi CO : -
• Para typhi AH : -
• Para typhi BH : 1/160
• Para typhi CH : 1/80
F. Penatalaksanaan
• Bedrest
• Diet lunak
• Infus RL 20 tetes / menit
• Inj. Cefotaxim 2x1gr
• Inj. Ranitidin 2x1amp
• Inj. Ondancentron 2x1 amp
• Drip B12 1amp/24jam
• Paracetamol 3 x 500mg
• Sukralfat syr 3x1C
Follow Up
• Tanggal 06 Desember 2016
• S : demam (+), mual(+), muntah (-), pusing (+), menggigil (+), nafsu
makan turun,
• O : ku : tampak sakit sedang
• TD: 90/60 mmHg, nadi 100 x/ menit, RR 22 x/menit, Suhu : 38,7°C,
konjungtiva anemis (-), lidah kotor (+), nyeri tekan epigastrium (+),
akral hangat

• A : Susp.Demam tifoid

• P : - Diet lunak
• - Infus RL 20 tetes / menit
• - Inj. Cefotaxim 2x1gr
• -Inj. Ondancentron 2x1 amp
• - Inj. Ranitidin 2x1amp
• - Drip B12 1amp/24jam
• -Paracetamol 3 x 500mg
Tanggal 07 Desember 2016
• S : Demam turun naik, mual berkurang, pusing (-), menggigil
(-), nafsu makan berkurang
• O : ku : tampak sakit sedang
• TD: 90/60 mmHg, nadi 94 x/ menit, RR 20 x/menit, Suhu :
38,2°C, konjungtiva anemis (-), nyeri tekan epigastrium (+),
akral hangat
• A : Susp. Demam tifoid
• P : - Diet lunak
- Infus RL 20 tetes / menit
-Inj. Cefotaxim 2x1gr
-Inj. Ondancentron 2x1 amp
- Inj. Ranitidin 2x1amp
- Paracetamol 3 x 500mg
- Sukralfat syr 3x1C
• Tanggal 08 Desember 2016
• S : Demam (-), mual (-), nafsu makan (+)

• O : ku : baik
• TD: 100/70 mmHg, nadi 88 x/ menit, RR 20 x/menit, Suhu :
37°C, nyeri tekan epigastrium (-), akral hangat

• A : Susp. Demam tifoid


• P : BLPL
- Cefixime 2x100mg
- Paracetamol 3 x 500mg
- Vit B complex 3x1 tab
Definisi dan epidemiologi
• Demam tifoid = Typus abdominalis/typoid fever.
Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran pencernaan
(usus halus) dengan gejala demam ±1 minggu
atau lebih,disertai gangguan pada saluran
pencernaan.
• Infeksi sistemik oleh bakteri Salmonella sp.
Sebagian besar kasus terjadi pada anak usia >5
tahun tetapi gejala dan tanda klinisnya sangat
luas sehingga sukar didiagnosis.
Etiologi
• Sekitar 95% kasus demam tifoid di
Indonesia disebabkan oleh Salmonella
Typhi, atau oleh Salmonella Paratyphi.
Keduanya Bakteri Gram-Negatif, berbentuk
batang dan memiliki flagella. Masa
inkubasi sekitar 10-14 hari.
Tanda dan gejala
• Fase Invasi: Demam ringan, naik secara bertahap. Suhu
sore dan malam lebih tinggi daripad a. Nyeri kepala,
sakit perut, mual, muntah, batuk, lemas, konstipasi. Mg-1
• Fase Lanjutan: demam tertinggi, bradikardia relatif,
hepatomegali, splenomegali, diare, konstipasi. Mg-2
• Fase Evolusi: demam menurun perlahan dan gejala lain
mulai berkurang (Mg-3 akhir). Dapat terjadi komplikasi
perforasi usus karen a bakteri (+)
• Fase Penyembuhan: suhu kembali normal. Mg-4
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Widal
• Titer O yang tinggi atau kenaikan titer O (≥ 1 : 160)
menunjukkan adanya infeksi aktif.
• Titer H yang tinggi (≥ 1 : 160) menunjukkan bahwa
penderita itu pernah divaksinasi atau pernah terkena
infeksi.
• Titer Vi yang tinggi terdapat pada beberapa pembawa
bakteri
• Uji Tubex
Uji semikuantitatif kolometrik untuk deteksi antibodi anti
S.typhi 09.Hasil positif menunjukkan infeksi salmonella
serogroup D dan tidak spesifik S.typhi. Infeksi S.parathypi
menunjukkan hasil negatif .
Sensitivitas 75-80% dan spesifisitas 75-90%.

Penilaian Tubex
Skor <2 Negatif = Tidak menunjukkan infeksi tifoid aktif
Skor 3 Borderline =Tidak dapat disimpulkan
Skor 4-5 Positif =Menunjukkan infeksi tifoid aktif
Skor >6 Positif= Indikasi kuat infeksi tifoid
• Uji Typhidot
Deteksi igM dan IgG pada protein membran luar S.typhi. Hasil
positif diperoleh 2-3 hari setelah infeksi dan spesifik
mengidentifikasi IgM dan IgG terhadap S.typhi. Sensitivitas
98%,spesifisitas 76,6%.
• Uji Igm Dipstick
Deteksi kusus IgM spesifik S.thyphi pada spesimen serum atau
darah dengan menggunakan strip yang mengandung antigen
lipopolisakarida S.typhi dan anti IgM sebagai kontrol. Sensitivitas
65-77% dan spesifisitas 95-100%. Akurasi diperoleh bila
pemeriksaan dilakukan 1 minggu setelah timbul gejala.
• Kultur darah
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan
bakteri S. Typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum
tulang, cairan duodenum.
Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan
tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid.
Radiologi:
-Thorax: dg komplikasi Pneumonia
-Abdomen: komplikasi Intraintestinal (peritonitis,
perforasi usus atau perdarahan saluran cerna)
Cara mendiagnosa
• Anamnesa: dengang menemukan gejala dan tanda tipoid
serta didukung dengang salah satu hasil pemeriksaan
penunjang.

• Pemeriksaan fisik: demam,lemah,nyeri tekan pd perut,


lidah kotor, bibir kering, hepatosplenomegali.
• Pemeriksaan laboratorium : widal test, tubex test
Diagnosa banding
• DHF
• Malaria
• Demam Dengue
Penatalaksanaan
• •Istirahat/tirah baring dan perawatan untuk mencegah
komplikasi
• •Diet lunak dan terapi suportif ( antipiretik, antiemetik, cairan
yang adekuat).

• •Antibiotik, dengan pilihan antara lain:


• -Kloramfenikol 4x 500 mg/hari per oral/iv hingga 7 hari bebas
demam
• -Tiamfenikol 4x500 mg
• -Kotrimoksazole 2x960mg selama 2 minggu
• -Ampicilin dan amoksisilin 50-150mg/kgBB selama 2 minggu
• -Ceftriakson 3-4 gram dalam dekstrosa 100 ccselama ½ jam
perinfus sekali sehari,selama 3-5 hari
• Golongan fluorokuinolon
-Norfloksasin 2x400 mg/hari selama 14 hari.
-Ciprofloksasin 2x500 mg/hari selama 6 hari
-Ofloksasin2x400 mg/hari selama 7 hari.

• Kombinasi antibiotik diberikan pada tifoid toksoid, peritonitis


atau perforasi, syok septik.
• Pada kehamilan : ampisilin, amoksisilin,seftiakson.
• Steroid: pd kasus berat dg penurunan kesadaran
• Bedah: perforasi usus.
Pencegahan

• Menjaga kebersihan diri, makanan dan sanitasi lingkungan

• Imunisasi (utk petugas laboratorium dan pasien karier/kolaps)


Komplikasi
• Peritonitis
• Perdarahan Saluran Cerna
• Perforasi Intestinal
• Enselopalopaty Tipoid (toxic typhoid)
• Hepatitis Tifosa
Prognosis

• Quo ad vitam (hidup) : bonam (baik)


• Quo ad functionam (fungsi) : bonam (baik)
• Quo ad sanationam (sembuh) : bonam (baik)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai