Anda di halaman 1dari 28

PAPER DAN LAPORAN KASUS

APPENDISITIS DENGAN TEKNIK RA-SAB

Disusun oleh :

Pembimbing: dr. Yosi Andila, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
MEDAN
2017
Anamnesis Pribadi

 Nama : Sapitri
 Umur : 30 Tahun
 Jenis Kelamin : perempuan
 Status Kawin : Menikah
 Agama : Islam
 Pekerjaan : IRT
 Alamat : gang Tawon III , Sampali
 Suku : Jawa
Anamnesa penyakit

Keluhan Utama : Nyeri Perut kanan bawah sejak 6 hari SMRS


 Telaah :
 Pasien datang ke RSHM dengan keluhan nyeri perut kanan bawah
sejak 6 hari yang lalu. Nyeri dirasakan seperti melilit dan dirasakan
hilang timbul. Nyeri dirasakan saat tiduran ataupun berdiri. Awalnya
terasa nyeri ulu hati
pada siang hari namun menyebar keseluruh bagian perut, terutama
dirasakan di bagian perut kanan bawah sore harinya. Os juga merasa
demam, mual dan selalu memuntahkan apa yang dimakan. Sejak saat itu
os mengeluh nafsu makannya berkurang. BAK (+) Normal, BAB (+)
Normal
 Riwayat penyakit terdahulu : Tidak ada

 Riwayat penyakit keluarga : Ada, Hipertensi ibu kandung

 Riwayat penggunaan obat : Tidak ada

 Riwayat usia menarke : 12 tahun

 Riwayat menyusui : (+) selama 2 tahun

 Riwayat KB : Implan, suntik, Oral

 Riwayat sosial : Tidak ada


PEMERIKSAAN UMUM

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah :120/70 mmHg

Frekuensi nadi : 84 x/i

Frekuensi pernpasan :20 x/i

Suhu :37,6’C
STATUS GENERALISATA Thorax : Simetris

Paru
Kepala-Leher
Inspeksi :Gerakan dinding dada simetris, tidak
Kepala : Normocephali
ada luka bekas operasi

Mata : Pupil isokor, RC (+/+) Palpasi : Nyeri tekan (-), fremitus ka=ki

Telinga : Dalam batas normal Perkusi : Sonor kedua lapangan paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler


Hidung : Dalam batas normal

Mulut : Dalam batas normal

Leher : Dalam Batas Normal


Jantung  Abdomen
 Inspeksi : Datar, soepel
 Inspeksi : Ictus cordis tidak
 Palpasil : Nyeri tekan (-
terlihat
)
 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : Timpani (+)
 Perkusi :Batas kanan  Auskultasi : Bising usus
jantung pada ICS III Linea (+) normal
parasternalis dextra. Dan batas kiri
jantung ICS Vlinea Midclavikula

 Auskultasi : S1 dan
S2 Normal
STATUS LOKALISATA
Inspeksi : abdomen datar, tidak cembung , ascites (-), bekas luka jahitan (-
)
Palpasi : supel, nyeri tekan right lower quadran (+), massa (-), rovsing
sign (+), obturator sign (+), durphy sign (+).
Perkusi : Timpani diseluruh lapangan abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) 8x/i
Tanggal : 30/5/17
Nama : Sapitri
Usia : 30 Tahun
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Darah Rutin
Haemoglobin 13,4 g/dl 13-18
Hitung Eritrosit 5,0 106/ul 4.5-6.5
Hitung Leukosit 12.800 /ul 4000-11.000
Hematokrit 42,8 % 40-54
Hitung trombosit 271,000 /ul 150.000-450.000

Index Eritrosit
MCV 85,1 Fl 80-96
MCH 26,5 Pg 27-31
MCHC 31,3 % 30-34

Hitung Jenis Leukosit


Eosinofil 2 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
N. Stab 0 % 2-6
N. Seg 62 % 53-75
Limfosit 32 % 20-45
Monosit 4 % 4-8

Glukosa Darah
KGD Sewaktu 86 Mg/Dl <140 mg/dL
ALVARADO SCORE
Nama : Saapitri
Usia : 30 Tahun

-
Total 9
 DIAGNOSA KERJA
 Appendisitis Akut

 RENCANA TERAPI
 Appendectomi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi dan Fisiologi Apendiks


Apendiks vermiformis adalah organ berbentuk tabung dan
sempit yang mempunyai otot dan banyak mengandung
jaringan limfoid. Panjang apendiks vermiformis bervariasi
dari 3-5 inci (8-13 cm). Dasarnya melekat pada permukaan
aspek posteromedial caecum, 2,5 cm di bawah junctura
iliocaecal dengan lainnya bebas. Apendiks adalah satu-satunya
organ tubuh yang tidak mempunyai posisi anatomi yang
konstan. Lumennya melebar di bagian distal dan menyempit
di bagian proksimal.. Namun demikian, pada bayi, apendiks
berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit
kearah ujungnya.
Gambaran apendiks
Definisi Apendisitis
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis.
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut
pada kuadran kanan bawah rongga abdomen, penyebab paling
umum untuk bedah abdomen darurat . Apendisitis adalah
kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing.
Klasifikasi Apendisitis
Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis akut
dan apendisitis kronik.
 Apendisitis akut.
 Appendisitis kronik
Epidemiologi

Di Amerika Serikat setiap tahunnya terdapat 250.000 kasus


apendisitis. Insiden apendisitis paling tinggi pada usia 10-30
tahun, dan jarang ditemukan pada anak usia kurang dari 2
tahun. Setelah usia 30 tahun insiden apendisitis menurun, tapi
apendisitis bisa terjadi pada setiap umur individu. Pada
remaja dan dewasa muda rasio perbandingan antara laki-laki
dan perempuan sekitar 3 : 2. Setelah usia 25 tahun, rasionya
menurun sampai pada usia pertengahan 30 tahun menjadi
seimbang antara laki-laki dan perempuan. Sekitar 20-30%
kasus apendisitis perforasi terjadi di Afrika, sedangkan di
Amerika sebanyak 38,7% insidensi apendisitis perforasi
terjadi pada laki-laki dan 23,5% pada wanita.
Etiologi

 Faktor predisposisi utama terjadinya apendisitis akut adalah


obstruksi lumen apendiks vermiformis.
 Fekalit adalah penyebab utama terjadinya obstruksi apendiks
vermiformis. Disamping hiperplasia jaringan limfoid, tumor
apendiks vermiformis, dan cacing askaris dapat pula
menyebabkan sumbatan
 . Erosi mukosa apendiks vermiformis akibat parasit
E.histolytica merupakan penyebab lain yang dapat
menimbulkan apendisitis.
Patofisiologi

Patologi apendisitis berawal dari mukosa dan kemudian


melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks vermiformis
dalam waktu 24-48 jam pertama. Jaringan mukosa pada
apendiks vermiformis menghasilkan mukus (lendir) setiap
harinya. Terjadinya obstruksi lumen menyebabkan sekresi
mukus dan cairan, akibatnya terjadi peningkatan tekanan
luminal sebesar 60 cmH2O, yang seharusnya hanya
berkapasitas 0,1-0,2 mL.
Gejala
 Nyeri perut adalah gejala utama dari apendisitis.
 Gejala klasik apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang
merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium di sekitar
umbilikus.
 Keluhan ini sering disertai mual dan kadang ada muntah.
 Umumnya nafsu makan menurun.
 Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik
Mc. Burney.
 Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga
merupakan nyeri somatik setempat.
 Kadang tidak ada nyeri epigastrium, tetapi terdapat konstipasi .
Diagnosis
 Pada palpasi, abdomen biasanya tampak datar atau sedikit kembung. Palpasi dinding abdomen
dengan ringan dan hati-hati dengan sedikit tekanan, dimulai dari tempat yang jauh dari lokasi
nyeri. Status lokalis abdomen kuadran kanan bawah:
 Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah
atau titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis.
 Nyeri lepas (+) karena rangsangan peritoneum.
 Rebound tenderness (nyeri lepas tekan
 Defens muskuler (+) karena rangsangan m. Rektus abdominis
 Rovsing sign.
 Psoas sign (+). Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh peradangan
yang terjadi pada apendiks.
 Obturator sign (+). Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut
difleksikan kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar secara pasif.
 Pada perkusi akan terdapat nyeri ketok.
 Auskultasi akan terdapat peristaltik normal, peristaltik tidak ada pada illeus paralitik karena
peritonitis generalisata akibat apendisitis perforata.
Pemeriksaan Penunjang
 Pada pemeriksaan laboratorium darah, biasanya didapati
peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih).
 Urinalisa diperlukan untuk menyingkirkan penyakit lainnya berupa
peradangan saluran kemih.
 Pada pasien wanita, pemeriksaan dokter kebidanan dan kandungan
diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis kelainan peradangan
saluran telur/kista indung telur kanan atau KET (kehamilan diluar
kandungan).
 Namun dari semua pemeriksaan pembantu ini, yang menentukan
diagnosis apendisitis akut adalah pemeriksaan secara klinis.
Pemeriksaan CT scan hanya dipakai bila didapat keraguan dalam
menegakkan diagnosis.
Diagnosis Banding
Banyak masalah yang dihadapi saat menegakkan diagnosis appendisitis karena
penyakit lain yang memberikan gambaran klinis yang hampir sama dengan
appendisitis, diantaranya:
 Gastroenteritis
 Limfadenitis Mesenterika
 Demam dengue,
 Infeksi Panggul, salpingitis akut kanan sulit dibedakan dengan appendisitis akut
 Gangguan alat reproduksi perempuan, folikel ovarium yang pecah dapat memberikan
nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi. Tidak ada tanda radang
dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam.
 Kehamilan ektopik,
 Divertikulosis Meckel, gambaran klinisnya hampir sama dengan appendisitis akut dan
sering dihubungkan dengan komplikasi yang mirip pada appendisitis akut
 Ulkus peptikum perforasi
 Batu ureter, jika diperkirakan mengendap dekat appendiks dan menyerupai
appendisitis retrocaecal.
Penatalaksanaan
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah
ditegakkan.Antibiotik dan cairan IV diberikan serta pasien
diminta untuk membatasi aktivitas fisik sampai pembedahan
dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa
ditegakkan. Apendiktomi (pembedahan untukmengangkat
apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan
resiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi
umum atau spinal, secara terbuka ataupun dengan cara
laparoskopi yang merupakan metode terbaru yang sangat
efektif. Bila apendiktomi terbuka, insisi Mc.Burney banyak
dipilih oleh para ahli bedah.
Komplikasi
 Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang
dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidens
perforasi adalah 10% sampai 32%. Insidens lebih tinggi pada
anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam
setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu
37,70C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau
nyeri tekan abdomen yang kontinyu.
 Komplikasi usus buntu juga dapat meliputi infeksi luka,
perlengketan, obstruksi usus, abses abdomen/pelvis, dan
jarang sekali dapat menimbulkan kematian.
Prognosis
Kebanyakan pasien setelah operasi appendektomi sembuh
spontan tanpa penyulit, namun komplikasi dapat terjadi
apabila pengobatan tertunda atau telah terjadi
peritonitis/peradangan di dalam rongga perut. Cepat dan
lambatnya penyembuhan setelah operasi usus buntu
tergantung dari usia pasien, kondisi, keadaan umum pasien,
penyakit penyerta misalnya diabetes mellitus, komplikasi dan
keadaan lainya yang biasanya sembuh antara 10 sampai 28
hari.

Anda mungkin juga menyukai