Anda di halaman 1dari 32

PERMASALAHAN DAN

MITIGASI WABAH DAN


PANDEMI
Rita Nurliyaningsih
Emergency & Critical Care Dept.
STIKes Dharma Husada Bandung
Pembahasan
• Pengertian KLB,Wabah, Endemik, Pandemik
• Jenis Penyakit Potensial KLB/Wabah
• Penetapan Daerah KLB/Wabah
• Penanggulangan KLB/Wabah, Pandemik
• Pelaporan
• Sumber Daya (Pendanaan, Ketenagaan,
Sarana & Prasarana)
• Pembinaan & Pengawasan
Pengertian KLB dan Wabah
• Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat,
menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas (KBBI,1989)
• WABAH PENYAKIT MENULAR (WABAH) kejadian
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.

• KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) Timbulnya atau meningkatnya


kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan
merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
(Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 Tahun 2010 BAB 1
pasal 1)
Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1501 Tahun 2010
Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat
Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan
Bab I
Ketentuan Umum

Pasal 1:
1. WABAH PENYAKIT MENULAR (WABAH)  kejadian
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.
2. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)  Timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan
merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya
wabah.
Pasal 2
Ruang lingkup pengaturan meliputi :
1. Penetapan jenis penyakit menular
tertentu yang dapat menimbulkan wabah,
2. Tata cara penetapan dan pencabutan
penetapan daerah KLB/Wabah,
3. Tata cara penanggulangan, dan
4. Tata cara pelaporan.
Bab II
Jenis Penyakit Menular Tertentu
Yang Dapat Menimbulkan Wabah

Pasal 3
Penetapan jenis-jenis penyakit menular tertentu yang
dapat menimbulkan wabah didasarkan pada
pertimbangan:
1.Epidemiologis,
2.Sosial budaya,
3.Keamanan,
4.Ekonomi,
5.Ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
6.Menyebabkan dampak malapetaka di masyarakat.
Pasal 4
1. Jenis Penyakit Menular Tertentu yang
dapat Menimbulkan Wabah
a. Kolera j. Avian Influenza H5N1
b. Pes k. Antraks
c. DBD l. Leptospirosis
m. Hepatitis
d. Campak
n. Influenza A baru (H1N1)/Pandemi
e. Polio
2009
f. Difteri o. Meningitis
g. Pertusis p. Yellow Fever
h. Rabies q. Chikungunya
i. Malaria

2. Penyakit menular tertentu lainnya yang


dapat menimbulkan wabah ditetapkan
oleh Menteri.
Tata Cara Penemuan Penyakit Menular Tertentu
Yang Dapat Menimbulkan Wabah
Pasal 5
1.Pasif dan Aktif
Pasif : penerimaan laporan/informasi kasus dari fasilitas
pelayanan kesehatan
Aktif : Kunjungan lapangan untuk melakukan penegakan
diagnosis secara epidemiologi
2.Selain pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
dilakukan pemeri ksaan penunjang lainnya
3.Ketentuan lebih lanjut tercantum dalam lampiran
Bab III
Upaya Penanggulangan KLB/Wabah
Pasal 6
Bagian Ke Satu
• Timbulnya suatu penyakit menular Penetapan Daerah KLB
berpotensi KLB yang sebelumnya tidak
ada atau tidak dikenal pada suatu daerah

• Peningkatan kejadian kesakitan terus


menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari atau minggu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya

• Peningkatan kejadian kesakitan dua kali


atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari
atau minggu menurut jenis penyakitnya
Penetapan KLB (2)
• Jumlah penderita baru dalam periode
waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan angka rata-rata
per bulan dalam tahun sebelumnya

• Rata-rata jumlah kejadian


kesakitan per bulan selama 1
(satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan per
bulan pada tahun sebelumnya
Penetapan KLB (3)
• Angka kematian kasus suatu penyakit
(Case Fatality Rate) dalam satu kurun
waktu tertentu menunjukkan kenaikan
50% atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit
periode sebelumnya dalam kurun waktu
yang sama

• Angka proporsi penyakit (proportional rate)


penderita baru suatu penyakit pada satu
periode menunjukkan kenaikan dua kali
atau lebih dibanding satu periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
Siapa yg Menetapkan &
Mencabut Daerah Wabah

Pasal 11 : Menteri menetapkan daerah


dalam keadaan wabah berdasarkan
pertimbangan seperti diatas.

Pasal 12 : Menteri harus mencabut


penetapan daerah wabah berdasarkan
pertimbangan keadaan.
Penanggulangan KLB/Wabah
Pasal 13
1. Penanggulangan KLB/Wabah dilakukan secara
terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan masyarakat.
2. Penanggulangan KLB/Wabah meliputi:
a. Penyelidikan epidemiologis;
b. Penatalaksanaan penderita yang mencakup
kegiatan pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan
isolasi penderita, termasuk tindakan karantina;
c. Pencegahan dan pengebalan;
d. Pemusnahan penyebab penyakit;
e. Penanganan jenazah akibat wabah;
f. Penyuluhan kepada masyarakat; dan
g. Upaya penanggulangan lainnya.
Pasal 14
• Dinas kesehatan kabupaten/kota harus
melakukan upaya penanggulangan secara dini
apabila di daerahnya memenuhi salah satu
kriteria KLB, baik sebelum maupun setelah
daerah ditetapkan dalam keadaan KLB.

• Upaya penanggulangan secara dini dilakukan


kurang dari 24 (dua puluh empat) jam terhitung
sejak daerahnya memenuhi salah satu kriteria
KLB.
Pasal 15
1) Penetapan suatu daerah dalam keadaan KLB atau
suatu daerah dalam keadaan wabah diperlukan untuk
mempermudah koordinasi dan optimalisasi sumber
daya di bidang kesehatan dalam upaya
penanggulangan KLB/Wabah.

2) Sumber daya di bidang kesehatan meliputi segala


bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan
farmasi, dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan
kesehatan dan teknologi.
Pelaporan
Pasal 16
1) Tenaga kesehatan atau masyarakat wajib memberikan
laporan kepada kepala desa/lurah dan puskesmas terdekat
atau jejaringnya selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat)
jam sejak mengetahui adanya penderita atau tersangka
penderita penyakit tertentu yg dpt menimbulkan KLB/wabah.
2) Pimpinan puskesmas yang menerima laporan harus segera
melaporkan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sejak
menerima informasi.
3) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota memberikan laporan
adanya penderita atau tersangka penderita penyakit tertentu
secara berjenjang kepada bupati/walikota, gubernur, dan
Menteri melalui Direktur Jenderal selambat-lambatnya 24
(dua puluh empat) jam sejak menerima laporan.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan
tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
Sumber Daya
Bagian Kesatu
Pendanaan
Pasal 18
1) Pendanaan yang timbul dalam upaya penanggulangan
KLB/Wabah dibebankan pada anggaran pemerintah
daerah.
2) Dalam kondisi pemerintah daerah tidak mampu
menanggulangi KLB/Wabah maka dimungkinkan untuk
mengajukan permintaan bantuan kepada Pemerintah
atau pemerintah daerah lainnya.
3) Pengajuan permintaan bantuan sebagaimana
dimaksud menggunakan contoh formulir terlampir.
• Pasal 19 : Pemerintah dapat melimpahkan sumber
pendanaan penanggulangan KLB/Wabah kepada
pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

• Pasal 20 : Dalam penanggulangan KLB/Wabah,


Pemerintah dapat bekerja sama dengan negara lain atau
badan internasional dalam mengupayakan sumber
pembiayaan dan/atau tenaga ahli sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Ketenagaan
Pasal 21
1) Dalam rangka upaya penanggulangan KLB/Wabah,
dibentuk Tim Gerak Cepat di tingkat pusat, provinsi
dan kabupaten/kota.

2) Tim Gerak Cepat sebagaimana dimaksud terdiri


atas tenaga medis, epidemiolog kesehatan,
sanitarian, entomolog kesehatan, tenaga
laboratorium, dengan melibatkan tenaga pada
program/sektor terkait maupun masyarakat.
Pasal 22
Tim Gerak Cepat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ditetapkan oleh:
1.Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
atas nama bupati/walikota untuk tingkat
kabupaten/kota;
2.Kepala dinas kesehatan provinsi atas nama
gubernur untuk tingkat provinsi; dan
3.Direktur Jenderal atas nama Menteri untuk
tingkat pusat.
Pasal 23
Tim Gerak Cepat di tingkat pusat dapat
melibatkan tenaga ahli asing setelah
mendapat persetujuan dari Menteri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Bagian Ketiga
Sarana dan Prasarana
• Pasal 24 : Dalam keadaan KLB/wabah seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib
memberikan pelayanan terhadap penderita atau tersangka
penderita.

• Pasal 25 : Dalam keadaan KLB/Wabah, Pemerintah dan


pemerintah daerah wajib menyediakan perbekalan
kesehatan meliputi bahan, alat, obat dan vaksin serta
bahan/alat pendukung lainnya.
Bab VI
Pembinaan Dan Pengawasan
Pasal 26
1) Menteri, pemerintah daerah provinsi, pemerintah
daerah kabupaten/kota melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap penanggulangan KLB/Wabah.
2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
dilakukan melalui:
a. Peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam
penanggulangan KLB/wabah;
b. Peningkatan jejaring kerja dalam upaya penanggulangan
KLB/wabah;
c. Pemantauan dan evaluasi terhadap keberhasilan
penanggulangan KLB/wabah; dan
d. Bimbingan teknis terhadap penanggulangan KLB/wabah.
RUANG LINGKUP WABAH
 OUTBREAK : Suatu episode dimana terjadi dua atau
lebih penderita suatu penyakit yang sama dimana
penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.

 EPIDEMI : Keadaan dimana suatu masalah


kesehatan (umumnya penyakit) yang ditemukan pada
suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat
frekuensinya meningkat.

25
Jenis epidemik yang di kenal:

• Common sours(exposure)
epidemics,karena adanya satu sumber
penularan.
• Propagated(progressive)epidemic,karena
adanya banyak sumber penularan akibat
person to person transmission.
Contoh kasus epidemik di Indonesia :
Fenomena Filariasis :
Penyakit ini merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan
oleh cacing filaria.Di dalam tubuh manusia cacing filaria hidup di
saluran dan kelenjar getah bening(limfe), dapat menyebabkan gejala
klinis akut dan gejala kronis.Penyakit ini ditularkan melalui gigitan
nyamuk. Akibat yang ditimbulkan pada stadium lanjut (kronis) dapat
menimbulkan cacat menetap seumur hidupnya berupa pembesaran
kaki (seperti kaki gajah) dan pembesaran bagian bagian tubuh yang
lain seperti lengan, kantong buah zakar, payudara dan alat kelamin
wanita.

Filariasis merupakan jenis penyakit Reemerging


disease, yaitu penyakit yang dulunya sempat ada,
kemudian tidak ada dan sekarang muncul kembali.
Penyebaran
• Di Indonesia penyakit kaki gajah pertama kali ditemukan di Jakarta
pada tahun 1889.
• Berdasarkan rapid mapping kasus klinis kronis filariasis tahun 2000
wilayah Indonesia yang menempati ranking tertinggi kejadian filariasis
adalah Daerah Istimewa Aceh dan Propinsi Nusa Tenggara Timur
dengan jumlah kasus masing-masing 1908 dan 1706 kasus kronis.
• Menurut Barodji dkk (1990 –1995) Wilayah Kabupaten Flores Timur
merupakan daerah endemis penyakit kaki gajah yang disebabkan oleh
cacing Wuchereria bancrofti dan Brugia timori.
• Partono dkk (1972) penyakit kaki gajah ditemukan
di Sulawesi.Di Kalimantan oleh Soedomo dkk (1980) Menyusul
di Sumatra oleh Suzuki dkk (1981), Penyebab penyakit
kaki gajah yang ditemukan di Sulawesi, Kalimantan
dan Sumatra tersebut adalah dari spesies Brugia malayi.
RUANG LINGKUP WABAH
 PANDEMI : keadaan dimana suatu masalah kesehatan
(umumnya penyakit), frekuensinya dalam waktu singkat
meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup
wilayah yang luas.Contoh kasus : SARS, H5N1

 ENDEMI : keadaan dimana suatu masalah


kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya
pada wilayah tertentu menetap dalam waktu
lama berkenaan dengan adanya penyakit yang
secara normal biasa timbul dalam suatu wilayah
tertentu. Contoh kasus : DBD
29
RUANG LINGKUP WABAH
SPORADIK
. Kejadian ini relatif berlangsung singkat umumnya
berlangsung di beberapa tempat dan pada waktu
pengamatan masing-masing kejadian tidak saling
berhubungan, misalnya dalam proses
penyebarannya.

Contoh Kasus : 2010 NE (Necrotic Enteritis) yag


membunuh ribuan ayam broiler di Indonesia

30
Pemastian kejadian wabah
Data sekunder
Dari data yang ada (rutin) pastikan ada
peningkatan:
1. Jumlah penderita
2. Pola (trend) penyakit. Meningkat?
3. Attack rate.
Note :
Definisi kasus dan populasi berisiko
dpt berubah sesuai dg informasi yg
didapat !!!
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai