Referat THT Disfagia N Pem Fees Dirani Fixxxx
Referat THT Disfagia N Pem Fees Dirani Fixxxx
Referat THT Disfagia N Pem Fees Dirani Fixxxx
TB Paru
Juliand Hidayat
030.13.104
Pembimbing:
dr. Budi, Sp. P
Pendahuluan
Berdasarkan laporan WHO tahun 2011 (berdasarkan data tahun 2010)
sekitar 8,8 juta (antara 8,5-9,2 juta)
sebanyak 1,1 juta kematian (rentang antara 0,9-1,2 juta) terjadi akibat
tubeculosis pada penderita TB dengan HIV negatif dan sebanyak 0,35
juta kematian (rentang 0.32-0.39 juta ) yang terjadi akibat TB pada
penderita dengan HIV positif.
Berdasarkan data WHO tahun 2011 prevalensi TB di Indonesia
mencapai 1.200.000 kasus atau 484 kasus per 100.000 populasi dengan
angka mortalitas mencapai 91.000 kasus atau 38 orang per 100.000
populasi. Insidensi TB mencapai 540.000 kasus atau 226 kasus per
100.000 populasi dengan 29.000 kasus TB HIV positif.
1. Definisi
2. Epidemiologi
3. Patogenesis
TB PARU 4.
5.
Klasifikasi
Penegakan Diagnosis
6. Perjalanan Penyakit
7. Penatalaksanaan
8. Komplikasi
9. Pencegahan
Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah sebuah penyakit infeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis (M. tuberculosis) yang ditransmisikan melalui droplet di udara.
Selain Mycobacterium tuberculosis, terdapat bakteri sejenisnya yang juga
dapat mengakibatkan infeksi ini, yaitu M. bovis, M. africanum, M, microti, M.
caprae, M. pinnipedii, M. canetti, dan M. mungi yang dikenal sebagai
kompleks M. tuberculosis.
Pada tahun 2016, sebanyak 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta-12 juta)
yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk terjadi secara global. Lima
negara dengan insiden kasus tertinggi adalah India, Indonesia, China, Philipina,
dan Pakistan.
Epidemiologi
Kasus baru
Kasus kambuh (relaps)Kasus defaulted atau drop out pasien yang
tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
Kasus gagal
Kasus kronik / persisten
Kasus bekas TB
Klasifikasi TB Ekstraparu
tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, kelenjar getah bening, selaput otak, perikard, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-
lain.
PENEGAKAN
DIAGNOSIS
Gejala Klinis
1. Gejala respiratorik: 2. Gejala sistemik
batuk-batuk lebih dari 2 Demam
minggu Gejala sistemik lain:
batuk darah malaise, keringat malam,
sesak napas anoreksia, berat badan
nyeri dada
menurun.
Pada tuberkulosis paru, Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus
superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 & S2) , serta daerah apeks
lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara napas
bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,
diafragma & mediastinum.
Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknya
cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas
yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.
Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di
daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah
ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi “cold abscess
Pemeriksaan Bakteriologik
Pemeriksaan mikroskopik:
Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk
screening) lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah
bila :
3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negative : BTA positif
1 kali positif, 2 kali negative : ulang BTA 3 kali kecuali bila ada fasilitas foto
toraks, kemudian:
-bila 1 kali positif, 2 kali negatif : BTA positif
-bila 3 kali negatif : BTA negatif
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologik yang Gambaran radiologik yang
dicurigai sebagai lesi TB aktif : dicurigai lesi TB inaktif :
Bayangan berawan / nodular di Fibrotik
segmen apikal dan posterior Kalsifikasi
lobus atas paru dan segmen Schwarte atau penebalan
superior lobus bawah. pleura
Kavitas, terutama lebih dari
satu, dikelilingi oleh bayangan
opak berawan atau nodular.
Bayangan bercak milier.
Efusi pleura unilateral
(umumnya) atau bilateral
(jarang).
Pemeriksaan Radiologi
Analisis Cairan Pleura
Pemeriksaan histopatologi
jaringan
Pemeriksaan darah
Uji tuberkulin
Cara Penularan
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman.
Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang
gelap dan lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan
oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.
Risiko menjadi TB
Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.
Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata
terjadi 1000 terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan
menjadi sakit TB setiap tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien
TB BTA positif.
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien
TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi
HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).
Pasien TB yang tidak diobati, setelah 5 tahun, akan:
50% meninggal
25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi
25% menjadi kasus kronis yang tetap menular
Prinsip pengobatan
OAT harus diberikan dalam bentuk
kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan
kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-
Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan
obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT
= Directly Observed Treatment) oleh
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap,
yaitu tahap intensif dan lanjutan.
TB paru (kasus baru)
BTA positif atau pada foto toraks: lesi luas