Anda di halaman 1dari 25

KEBIJAKAN DAN

KELEMBAGAAN
PENYULUHAN
PERTANIAN

1
LATAR BELAKANG
Pembangunan pertanian membutuhkan suatu sistem penyuluhan
pertanian yang andal untuk menjadikan SDM pertanian yang
profesional, mandiri, inovatif, kreatif dan berwawasan global guna
mendukung pengembangan sistem agribisnis yang berdaya saing tinggi.
Upaya peningkatan mutu penyuluhan pertanian dilakukan melalui ;
(1). Penataan terhadap ; Kelembagaan penyuluhan, Ketenagaan penyuluh,
Penyelenggaraan penyuluhan, dan Pembiayaan,
(2) mengoptimallkan pemanfaatan sarana dan prasarana penyuluhan,
serta
(3) melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyuluh
1
pertanian.
PEMBANGUNAN PERTANIAN
PASCA KRISIS

Untuk menjadikan pembangunan


pertanian menjadi motor penggerak
pembangunan ekonomi, maka perlu
dilakukan usaha agribisnis yang :
1. Berdaya saing
2. Berkerakyatan
3. Berkelanjutan
4. Terdesentralisasi
3
BERDAYA SAING

1. Berorientasi pasar
2. Meningkatkan pangsa pasar khususnya di
pasar internasional
3. Mengandalkan produktivitas dan nilai
tambah melalui pemanfaatan modal
4. Inovasi teknologi
5. Kreativitas SDM (skill driven)
6. Tidak lagi mengandalkan kelimpahan
sumber daya alam
4
BERKERAKYATAN

 Mendayagunakan sumber daya


yang dimiliki rakyat banyak
 Menjadikan organisasi ekonomi
dan jaringan ekonomi rakyat
banyak menjadi pelaku utama
pembangunan agribisnis

5
BERKELANJUTAN

 Memiliki kemampuan merespon


perubahan pasar yang cepat dan
efisien
 Berorientasi kepentingan jangka
panjang
 Inovasi teknologi yang terus menerus
 Teknologi ramah lingkungan
 Pelestarian sumber daya alam dan
lingkungan

6
TERDESENTRALISASI

 Berbasis
pada pendayagunaan
keragaman sumber daya lokal
 Berkembangnya kreativitas sumber daya
lokal
 Memampukan pemerintah daerah
sebagai pengelola utama
pembangunan agribisnis
 Mebibgkatnya nilai tambah yang
dinikmati rakyat

7
TRIFUNGSI DEPARTEMEN
PERTANIAN
1. FUNGSI PELAYANAN
* penyediaan sarana dan prasarana, jasa
profssional dll
2. FUNGSI PENGATURAN DAN PENGAWASAN
* Perencanaan produksi nasional, keselamatan
masyarakat, ekspor-impor
3. FUNGSI PENYULUHAN
pendidikan non formal, informasi, motivasi dll
8
KEBIJAKAN DEPARTEMEN PERTANIAN
TENTANG REVITALISASI PENYULUHAN
PERTANIAN,
(1) pengembangan kelembagaan penyuluhan
pertanian yang mandiri, baik di tingkat Pusat,
Provinsi, Kabupaten/ Kota, maupun di tingkat
Kecamatan;
(2) pengembangan ketenagaan penyuluhan
pertanian, baik Penyuluh Terampil maupun
Penyuluh Ahli;
(3) pengembangan sistem penyuluhan pertanian;
(4) pendanaan program penyuluhan pertanian di
semua tingkatan. 9
KEBIJAKAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN

Di tingkat pusat : Badan yang menangani


penyuluhan pertanian.
Di tingkat provinsi : Badan Koordinasi Penyuluhan
Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan.
Di tingkat kabupaten/kota :Badan pelaksana
penyuluhan pertanian,
perikanan, dan kehutanan.
Di tingkat kecamatan : Balai Penyuluhan Pertanian.
Di tingkat desa : Pos Penyuluhan Pertanian
Desa.
KELEMBAGAAN PENYULUHAN

Tk. Pusat
DEPTAN DKP DEPHUT WDH
KOOR
BADAN YG MENANGANI BADAN YG MENANGANI BADAN YG MENANGANI
PENYULUHAN PENYULUHAN PENYULUHAN

Tk. Provinsi
DINAS
BAKOR P3K
SEKRETARIAT BPTP
(Eselon IIa)

Tk. Kab/Kota
BADAN PELAKSANA
P3K DINAS

Tk. Kecamatan
BALAI CAB DINAS/
PENYULUHAN MANTAN

Tk. Desa
POS
PENYULUHAN PERTANIAN
DESA
KEBIJAKAN KETENAGAAN PENYULUHAN

1. Penyuluhan dilakukan oleh penyuluh PNS,


penyuluh swasta, dan/atau penyuluh
swadaya.
2. Pemerintah dan pemerintah daerah
meningkatkan kompetensi penyuluh PNS
melalui pendidikan dan pelatihan.
Lanjutkan

3. Pemerintah dan pemerintah daerah


memfasilitasi pelaksanaan pendidikan
dan pelatihan bagi penyuluh swasta dan
penyuluh swadaya.
4. Peningkatan kompetensi penyuluh
berpedoman pada standar, akreditasi/
sertifikasi, serta pola pendidikan dan
pelatihan penyuluh yang diatur dengan
peraturan menteri.
KUALIFIKASI PENYULUH PERTANIAN

1. Penyuluh Pertanian Terampil :


 SPP/SMK Pertanian
 Diploma 3 Pertanian
2. Penyuluh Pertanian Ahli
 Sarjana Pertanian
 Diploma 4 Pertanian

17
ASPEK KEILMUAN YANG HARUS DIMILIKI
OLEH PENYULUH

1. Organisasi dan Kelembagaan Petani


2. Pembiayaan Agribisnis
3. Sarana Produksi dan Budidaya
4. Pasca Panen dan Pengolahan
5. Pemasaran Hasil
6. Manajemen
7. Lingkungan

9
KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN
PENYULUHAN PERTANIAN

1. Penyuluhan dilaksanakan dengan berpedoman


kepada programa penyuluhan yang disusun dengan
memperhatikan keterpaduan dan kesinergian
programa penyuluhan pada setiap tingkatan;
2. Programa penyuluhan harus terukur, realistis,
bermanfaat, dan dapat dilaksanakan serta dilakukan
secara partisipatif, terpadu, transparan, demokratis,
dan bertanggung jawab.
3. Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan
pendekatan partisipatif melalui mekanisme kerja dan
metode yang disesuaikan dengan kebutuhan serta
kondisi pelaku utama dan pelaku usaha.
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN

1. Sumber pembiayaan untuk penyuluhan disediakan


melalui APBN, APBD baik provinsi maupun
kabupaten/kota, baik secara sektoral maupun lintas
sektoral, maupun sumber-sumber lain yang sah dan
tidak mengikat.
2. Pembiayaan penyuluhan yang berkaitan dengan
tunjangan jabatan fungsional dan profesi, biaya
operasional penyuluh PNS, serta sarana dan
prasarana bersumber dari APBN, sedangkan
pembiayaan penyelenggaraan penyuluhan di provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, dan desa bersumber dari
APBD yang jumlahnya dan alokasinya disesuaikan
dengan programa penyuluhan.
3. Penyuluhan yang diselenggarakan oleh penyuluh
swasta dan penyuluh swadaya, pembiayaannya dapat
dibantu oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
KEBIJAKAN SARANA DAN PRASARANA

1. Pemerintah, pemerintah daerah, kelembagaan


penyuluhan swasta, dan kelembagaan penyuluhan
swadaya menyediakan sarana dan prasarana yang
diperlukan.
2. Penyuluh PNS, penyuluh swasta, dan penyuluh
swadaya dapat memanfaatkan sarana dan
prasarana yang ada.
KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

1. Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan


terhadap penyuluhan yang diselenggarakan, baik oleh
pemerintah daerah maupun swasta atau swadaya.
2. Pembinaan dan pengawasan dilakukan terhadap
kelembagaan, ketenagaan, penyelenggaraan, sarana
dan prasarana, serta pembiayaan penyuluhan.
3. Untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan
terhadap kinerja penyuluh, pemerintah memfasilitasi
terbentuknya organisasi profesi dan kode etik
penyuluh.
4. Setiap penyuluh yang menjadi anggota organisasi
profesi tunduk terhadap kode etik penyuluh.
5. Organisasi profesi penyuluh berkewajiban melakukan
pembinaan dan pengawasan, termasuk memberikan
pertimbangan terhadap anggotanya yang melakukan
pelanggaran kode etik
KENDALA

Kendala internal yang dihadapi petani saat ini :


1. Rendahnya produktivitas seiring dengan perubahan
agroklimat,
2. menyempitnya lahan produktif, serta
3. menipisnya permodalan dan sulitnya mendapatkan
informasi.
Kondisi tersebut memerlukan upaya pemberdayaan
melalui kegiatan penyuluhan pertanian. Melalui
kegiatan penyuluhan pertanian, petani dan
keluarganya dapat dikembangkan kemampuannya,
keswadayaannya dan kemandiriannya agar mereka
mampu mengelola usahataninya dan mempunyai
daya saing yang tinggi.
22
PERMASALAHAN
Standar kompetensi Penyuluh Pertanian sampai saat ini masih
belum dikembangkan dengan baik.

Sistem pendidikan penjenjangan fungsional bagi Penyuluh


Pertanian belum berjalan dengan baik.

23
TANTANGAN
Penjaminan mutu dan pengembangan
profesionalisme dengan standarisasi dan
sertifikasi kompetensi bagi tenaga kerja.

Bagi Departemen Pertanian, sertifikasi ini


sangat bermanfaat karena dengan sistem
sertifikasi akan tersedia data potensi SDM
Pertanian secara lengkap, pemanfaatan SDM
Pertanian sesuai dengan kualifikasi dan
kompetensinya menjadi optimal, dan jaminan
tercapainya upaya pembangunan pertanian
dapat meningkat. 24
19

Anda mungkin juga menyukai