Anda di halaman 1dari 15

Pembimbing : dr. Dewi Suryani, Sp.

KJ
Definisi
Gangguan stress pasca trauma ( post traumatic stress
disorders PTSD ) adalah suatu sindrom yang timbul
setelah seseorang melihat, terlibat dalam, atau
mendengar stressor traumatik yang ekstreem.
Seseorang bereaksi terhadap pengalaman tersebut
dengan rasa takut dan tidak berdaya , secara menetap
menghidupkan kembali peristiwa tersebut, dan
mencoba menghindari mengingat hal tersebut.
Epidemiologi
 8% populasi umum
 Tidak memandang usia tp cenderung pada usia
dewasa muda
 Perempuan 10%-12 %
 Laki-laki 5%-6%
Etiologi
 Stressor
Stressor yang meyebabkan PTSD cukup berat, stressor dapat
timbul dari pengalaman perang, penyiksaan, bencana
alam, penyerangan, perkosaan, dan kecelakaan serius.
Meskipun betu tidak semua orang mengalami gangguan
ini setelah peristiwa traumatik.
 Faktor resiko
National comorbidity study menemukan bahwa 60% laki-
laki dan 50% prempuan mengalami sejumlah trauma yang
signifikan tetapi prevalensi PTSD hanya mencapai 6,7 %.
Demikian juga peristiwa yang mungkin tampak biasa atau
kurang dianggap sebagai bencana besar bagi sebagian
orang dapat menimbulkan PTSD pada sejumlah orang
lainnya.
 Faktor psikodinamik
Gangguan ini menghipotesiskan bahwa trauma
mengaktifkan kembali konflik psikologis yang sebelumnya
tenang, tetapi tidak terselesaikan. Penghidupan kembali
trauma masa kanak2 menimbulkan regresi. Konflik yang
sebelumnya telah ada dibangkitkan secara simbolis oleh
peristiwa traumatik yang baru. Ego meghidupkan kembali
dan dengan demikian mencoba menguasai dan
mengurangi ansietas. Orang dengan aleksitimia tidak
mampu menenangkan dirinya ketika berada dalam
keadaan stress.
 Faktor perilaku-kognitif
Model kognitif PTSD membuat postulat bahwa orang
yang mengalaminya tidak mampu memproses atau
merasionalkan trauma yang mencetuskan gangguan ini.
Mereka terus mengalami stress dan berupaya menghindari
mengalami stress.
 Faktor biologis
Teori biologis pada PTSD telah dikembangkan dari
penelitian praklinik model stres pada binatang yang
didapatkan dari pengukuran variabel biologis populasi
klinis dengan PTSD. Banyak sistem neurotransmitter telah
dilibatkan dalam kumpulan data tersebut. Model praklinik
pada binatang tentang ketidakberdayaan, pembangkitan,
dan sensitisasi yang dipelajari telah menimbulkan teori
tentang norepinefrin, dopamin, opiate endogen, dan
reseptor benzodiazepine dan sumbu hipotalamus-hipofisis-
adrenal. Pada populasi klinis, data telah mendukung
hipotesis bahwa sistem noradrenergic dan opiate endogen,
dan juga sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal, adalah
hiperaktif pada beberapa pasien dengan gangguan stres
pascatraumatik.
KRITERIA DIAGNOSIS
A. Individu telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik di
mana kedua dari berikut terdapat:
1) Orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan
kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematian atau
kematian yang sesungguhnya atau cedera yang serius, atau
ancaman kepada integritas fisik diri sendiri maupun orang
lain
2) Respon orang tersebut berupa rasa yakut tang hebat, rasa
tidak berdaya, atau mengerikan (horor). Pada anak-anak hal
ini dapat diekspresikan dengan perilaku yang kacau atau
teragitasi.
B. Kejadian traumatis secara menetap dialami kembali dalam satu
(atau lebih) cara berikut:
1) Pengingatan yang berulang-ulang dan mengganggu tentang
kejadian, termasuk bayangan, pikiran, atau persepsi. Pada
anak kecil dapat menunjukkan permainan yang berulang-
ulang dengan tema atau aspek trauma
2) Mimpi menakutkan yang berulang-ulang tentang kejadian.
Pada anak-anak mungkin terdapat mimpi menakutkan tanpa
isi yang dapat dikenali
3) Berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik
terjadi kembali (termasuk perasaan penghidupan kembali
pengalaman, ilusi, halusinasi dan kilas balik, disosiasi,
termasuk yang terjadi selama terbangun atau saat
terintoksikasi. Pada anak kecil dapat terjadi penghidupan
kembali yang spesifik dengan trauma
4) Penderitaan/tekanan psikologis yang hebat saat berhadapan
dengan tanda-tanda, baik secara internal atau eksternal yang
menyerupai peristiwa traumatik
5) Munculnya reaksi fisik saat berhadapan dengan tanda-tanda,
baik secara internal atau eksternal yang menyerupai peristiwa
traumatik
C. Penghindaran yang tetap terhadap stimulus yang berhubungan
dengan trauma dan matirasa/kaku (tidak muncul sebelum
trauma), yang ditunjukkan oleh tiga (atau lebih) hal sebagai
berikut:
C. Penghindaran yang tetap terhadap stimulus yang
berhubungan dengan trauma dan matirasa/kaku
(tidak muncul sebelum trauma), yang ditunjukkan
oleh tiga (atau lebih) hal sebagai berikut:
1) Usaha untuk menghindari pikiran, perasaan, atau
percakapan yang berhubungan dengan trauma
2) Usaha untuk menghindari aktivitas, tempat, atau
orang yang dapat mengingatkannya dengan trauma
3) Tidak mampu untuk mengingat aspek yang penting
dari trauma
4) Hilangnya minat atau peran serta dalam aktivitas
yang bermakna
5) Perasaan terasing atau lepas dari orang lain
6) Rentang afek yang terbatas (misalnya: tidak mampu
untuk memiliki rasa cinta)
7) Perasaan bahwa masa depan adalah pendek
(misalnya: tidak berharap memiliki karir, menikah,
dan anak-anak).
D. Adanya gejala peningkatan kesadaran yang tetap (tidak ditemukan
sebelum trauma), seperti yang ditunjukkan oleh dua hal (atau
lebih) berikut:
1) Kesulitan untuk tertidur/tetap tertidur
2) Iritabilitas atau ledakan kemarahan
3) Sulit berkonsentrasi
4) Kewaspadaan yang berlebihan
5) Respon terkejut yang berlebihan
Lama gangguan (gejala dan kriteria B, C, dan D) adalah lebih dari 1
(satu) bulan.
E. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis
atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting
lain.
Tentukan jika :
Akut : jika durasi gejala kurang dari 3 bulan
Kronik : Jika durasi gejala 3 bulan atau lebih
Dengan awitan tertunda : Jika awitan gejala sedikitnya 6 bulan
Gambaran Klinis
Gambaran klinis PTSD adalah mengalami kembali
suatu peristiwa yang menyakitkan, suatu pola
menghindari dan mematikan emosi, serta keadaan
terus terjaga yang cukup konstan. Gangguan ini dapat
tidak timbul sampai berbulan-bulan atau bahkan
bertahun-tahun setelah peristiwa tersebut.
Pemeriksaan status mental sering mengungkapkan rasa
bersalah, penolakan, dan cemoohan. Pasien juga
menggambarkan disosiatif dan serangan panik, bahkan
ilusi dan halusinasi juga dapat ditimbulkan sebagai
akibat dari PTSD
Perjalanan penyakit & Prognosis
Gejala PTSD biasanya timbul beberapa waktu setelah
trauma. Penundaan dapat selama 1 minggu atau hingga 30
tahun. Gejala dapat fluktuasi dari waktu ke waktu dan
menjadi paling intens selama periode stres. Jika tidak
diobati, sekitar 30% pasien akan pulih sempurna. Empat
puluh persen akan terus mengalami gejala ringan, sekitar
10% tetap tidak berubah atau bertambah buruk. Setelah satu
tahun, sekitar 50% pasien akan pulih. Prognosis yang baik
diramalkan oleh onset gejala yang cepat, durasi gejala yang
singkat (kurang dari enam bulan), fungsi pramorbid yang
baik, dukungan sosial yang kuat, dan tidak adanya gangguan
psikiatrik, medis, atau berhubungan zat lainnya. Pada
umumnya, orang yang sangat muda atau sangat tua
memiliki kesulitan lebih banyak terhadap peristiwa
traumatik dibandingkan mereka yang dalam usia
pertengahan
Terapi
Ketika klinisi menghadapi pasien dengan trauma
bermakna, pendekata utama nya adalah dukungan,
dorongan untuk mendiskusikan peristiwa tersebut,
dan edukasi berbagai mekanisme koping (contohnya
relaksaasi). Penggunaan sedatif dan hipnotik juga
dapat membantu. Klinisi harus bekerja
menghilangkan stigma pada penyakit jiwa dan PTSD.
Farmakoterapi : SSRI
Psikoterapi : CBT & Hipnosis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai