2
3 Faktor Utama Kesetimbangan
Besi (Par ’i, 2017) :
1. asupan besi.
2. simpanan besi dan ferrit
3. kehilangan besi Status besi dapat ditentukan
melalui indikator laboratorium
berikut:
1. Hemoglobin
2. Hematokrit
3. Besi Serum
4. Ferritin Serum
5. Transferrin Saturation
6. Free erytrocytesprotophophryn
7. Unsaturated iron-binding capacity serum (UIBC)
Hemoglobin adalah senyawa pembawa oksigen
pada sel darah merah dan sebagai parameter
yang digunakan untuk menentukan prevalensi
anemia. Nilai normal untuk laki – laki adalah 14-
18 g/dl, sedangkan untuk wanita yaitu 12-16 g/dl
(Supariasa, 2016).
1. Metode makro
01 Ta b u n g W i n t r o b e d i i s i d e n g a n d a r a h y a n g
mengandung anti koagulansia sampai tanda 100,
dimulai dari dasar tabung dan hindari adanya
05 gelembung udara di dalam tabung.
03
06 Ta b u n g y a n g s u d a h b e r i s i d a r a h d i c e n t r i f u g e
02 dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit.
8
Hasil penetapan hematokrit dibaca dengan memperhatikan
9
Prosedurnya sebagai berikut:
Letakkan satu ujung tabung kapiler dalam Ulangi nomor 1 dan 3 diatas untuk
1 4
setetes darah yang diuji, sehingga darah ditarik
masuk ke tabung dengan aksi kapilaritas. Isi setiap sampul uji
tabung dengan 10 mm pada ujung seberang.
Hapus bagian luar tabung ini dengan
penghapus.
2 Segel ujung tabung yang kosong tersebut 5 Tutup erat penutup sentrifugasi pada bagian atas
dengan penutup kecil atau sealer dengan tabung kappiler dengan aman. Tutup bagian atasnya
menempatkan ujung kering tabung dan amankan penutupnya. Lakukan sntrifugasi
hematokrit ke dalam sealant pada posisi selama 5 menit dengan kecepatan 10000-15000 rpm.
vertikal. Catat bahwa tabung kapiler balans harus juga dimuat
ke dalam kepala seentrifugasi jika hanya satu tes
yang dilakukan.
3 Tempatkan ujung yang ditutup pada tabung 6 Buka tabung-tabung dari sentrifugasi.Ukur tinggi sel
kapiler terhadap sisi kepala sentrifugasi dan darah merah dengan pembaca hematokrit. Jangan
tabung dalam celah radial. Catat nomor memasukkan buffy coat dalam pembacaan bils
posisi dari spesimen ini. kolom eritrosit terbungkus. Jika kurang nyaman,
tegakkan tabung kapiler. Ulangi penentuan jika
duplikasi berbeda dengan nilai lebih dari 1% atau jika
sampel telah rusak selama sentrifugasi.
10
Nyatakan hasil dalam presentase darah penuh (panjang sel
terbungkus/panjang total). Ini merupakan volume sel darah
terbungkus (PCV).
Hm =
11
Pada metode ini darah harus dikumpulkan
menggunakan tabung terevakuasi bebas elemen
tembusan serta hanya menggunakan air
terdeionisasi terdistilasi (Supariasa, 2016).
Besi Serum
Prosedur Serum Besi
Tahap 1
Berilah label tabung uji dengan
blangko, standar, referensi, pool, dan
subjek tes masing-masing.
Tahap 2
Tambahkan 2,5 ml reagen penyangga
besi pada masing-masing tabung.
Tahap 3
Pada tabung berblangko tambahkan 0,5 ml
standar besi. Pada referensi tambahkan 0,5 ml
bahan referensi besi serum. Pada pool tambah
dengan 0,5 ml serum pooled. Untuk masing-
masing subjek uji, tambahkan 0,5 ml serum pada
tabung yang cocok.
13
Tahap 4
Campurkan masing-masing tabung uji
secara merata dengan vortex mixer.
Tahap 5
Pindahkan masing-masing sampel
pada sebuah cuvet.
Tahap 6
Pasang pada gelombang 560 nm. Nolkan
spektrofotometer pada penyerapan nol
dengan blangko reagen.
14
Tahap 7
Baca dan catat penyerapan awal sampel
blangko, standar, referensi dan uji.
Kembalikan sampel-sampel itu pada tabung
yang sesuai setelah dilakukan pembacaan.
Tahap 8 Ini merupakan penyerapan awal (Ainitial)
Tambahkan 0,05 ml reagen warna besi yang diukur agar dilakukan pertimbangan
pada masing-masing tabung. Campur mengenai perbedaan-perbedaan dalam
masing-masing tabung dan biarkan turbiditas sampel.
berdiri selama kira-kira 10 menit dalam
air pada 37o C.
Tahap 9
Pindahkan isi masing-masing tabung
pada cuvet. Kemudian baca lagi dan catat
penyerapan sampel blangko, standar,
referensi, pool dan uji, menggunakan blangko
untuk membuat nol penunjukan
spektrofotometer. Ini merupakan penyerapan
akhir (Afinal). 15
Perhitungan Hasil
Jika standar besi berisi 500 µ/dl, konsentrasi besi serum (µ/dl) dari sampel dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:
16
Untuk menilai status besi dalam hati perlu
dilakukan pengukuran kadar ferritin. Menurut Cook
(dalam Mahdi Anwar Husain, 1989) banyaknya
ferritin yang dikeluarkan ke dalam darah secara
proporsional menggambarkan banyaknya
simpanan zat besi di dalam hati
Ser um
Prosedur Ferritin Serum
Tahap 1
Berilah label pada tabung-
tabung: backgroun, blangko, 5.0, 10.0,
25.0, 100, 250, 1000,
2500, pool, reference, dan tabung
Tahap 2 untuk masing-masing subjek.
Tambahkan 50 mL pada masing-masing
serum standar, pool, referensi dan tes pada
tabung-tabung yang bersangkutan. Mulai
pertama kali dengan larutan yang paling
Tahap 3
encer.
Campurkan reagen tracer/Immunobead
dengan hati-hati menggunakan batang
pengaduk. Kesampinkan
tabung background sampai langkah 8.
18
Tahap 4
Kocok rak tabung-tabung agar
tercampur isinya (vortex tidak perlu)
lalu inkubasikan selama 30 menit
pada 21-30o C (suhu ruang).
Tahap 5
Tambahkan 3,0 ml saline pada
semua tabung (mixing tidak
diperlukan pada tahap ini).
Tahap 6
Sentrifugasikan semua tabung selam 10
menit pada kecepatan 1500 x gr/dl pada
4o C untuk mengendapkan padatan-
padatan pada dasar tabung. Proseslah
dengan cepat sampai langkah
berikutnya. 19
Tahap 7
Ambillah supernatant pada masing-masing
tabung dengan menggunakan peralatan
hisap khusus.
Tahap 8
Sisipkan semua tabung (termasuk
tabung background) ke dalam counter
sinar gamma dengan memperhatikan
urutan tabung yang sesuai dengan
jumlah counter gamma.
Tahap 9
20
Perhitungan Hasil
1. Catat perhitungan rata-rata per ment (CPM) untuk masing-masing sampel standar, kontrol dan
uji.
2. Substraksikan harga rata-rata CPM pada standar nol dari CPM tiap-tiap sampel standar, kontrol
dan uji untuk menghasilkan net CPM. -
3. Plotkan net CPM masing-masing standar pada Y-axis kertas semilog 4 siklus dan konsentrasi
ferritin yang bersangkutan (ng/ml) pada X-axis. -
4. Baca dari kurva standar konsentrasi ferritin (ng/ml) sampel uji dan sampel kontrol dari net CPM
yang berkaitan dengannya.
Konversi pada satuan SI (mg/L) = x 1.0
21
Penentuan kadar zat besi dalam serum merupakan satu
cara menentukan status besi. Salah satu indikator
lainnya adalah total iron binding capacity (TIBC) dalam
serum. Kadar TIBC ini meningkat pada penderita
anemia karena kadar besi dalam serum menurun dan
TIBC meningkat pada keadaan defisiensi besi maka
rasio dari keduanya (transferrri saturation) lebih
sensitive (Supariasa, 2016).
Rumus tersebut adalah sebagai berikut:
TS =
Tahap 1
Tekan tombol “ON” pada
hematofluorometer dan
sisipkan blank glass cover slip ke
dalam pemegang sampel.
Tahap 2
Tekan tombol “MEASURE” dan catat
pembacaan pada blank glass cover slip.
Gunakan hanya blank glass cover
slip dengan pembacaan dari 000-006.
Tahap 3
Gunakan pipet pasteur plastik untuk
menempatkan setetes darah penuh
(kira-kira 20 µL) di atas blank glass
cover slip dengan cara
menyebarkannya, sehingga
berhubungan pada posisi lubang. 24
Tahap 4
Tekan tombol “MEASURE” dan catat
pembacaan. Jangan substraksikan
pembacaan paada blank cover slip.
Tahap 5
Ulangi (4) setelah 10-15 detik lewat
dan kemudian kesampingkan glass
cover slip.
Tahap 6
Untuk kontrol darah, ambil setetes
darah (sekitar 35 µL) di atas glass cover
slip yang bersih dengan menekan botol.
Campurkan tetesan darah dengan ujung
botol kemudian pindahkan tutup botol.
25
Tahap 7
Tekan tombol “MEASURE” dan catat
pembacaan. Kesampingkan glass
cover slip.
Tahap 8
Periksa kontrol-kontrol darah pada
permukaan dan akhir setiap hari atau
setelah 50 pengujian yang bisa
diterapkkan. Nilai kontrol rendah,
medium dan tinggi harus ada harga Perhitungan Hasil
yang dinyatakan.
Unsaturated iron-
binding capacity
serum (UIBC)
Penentuan Serum Unsaturated Iron
Binding Capacity (UIBC)
Tahap 1
Berilah label pada tabung uji dengan blangko,
standar, referensi, pool dan subjek tes masing-
masing.
Tahap 2
Tambahkan 2,0 ml reagen penyangga UIBC pada
masing-masing tabung.
Tahap 3
Pada blangko tambahkan 1, ml air bebas besi. Pada standar
tambahkan 0,5 ml standar besi plus 0,5 ml air bebas besi.
Pada yang rreferensi tambahkan 0,5 ml bahan referensi
serum plus 0,5 ml standar. Sedangkan untuk masing-masing
subjek uji tambahkan 0,5 ml serum pada tabung yang sesuai
plus 0,5 ml standar. 28
Tahap 4
Campurkan masing-masing tabung uji secara
merata dengan vortex mixer.
Tahap 5
Pindahkan masing-masing sampel pada
sebuah cuvet.
Tahap 6
Pasang dengan panjang gelombang 560 nm. Nol-kan
spektrofotometer pada penyerapan nol dengan blangko
reagen.
29
Tahap 7
Baca dan catat penyerapan awal sampel blangko, standar,
referensi dan uji. Kembalikan sampel-sampel itu pada tabung
yang sesuai setelah dilakukan pembacaan. Ini merupakan
penyerapan awal (Ainitial) yang diukur agar dilakukan
Tahap 8 pertimbangan mengenai perbedaan-perbedaan dalam
Tambahkan 0,05 ml reagen warna besi pada masing-masing turbiditas sampel.
tabung. Campur tiap-tiap tabung dan biarkan berdiri selama
kira-kira 10 menit dalam air pada 37o C. Setelah itu,
pindahkan isi masing-masing tabung pada cuvet.
Tahap 9
Baca lagi dan catat penyerapan sampel blangko, standar,
referensi, pool dan uji, menggunakan blangko untuk
membuat nol penunjukan spektrofotometer. Ini merupakan
penyerapan akhir (Afinal).
30
Perhitungan Hasil
Jika standar besi berisi 500 mg/dl, kapasitas pengikat besi tidak jenuh dari serum (mg/dl) sama
dengan:
Kapasitas pengikat besi total (TIBC) (µg/dl) = besi total pada serum (µg/dl) + kapasitas pengikat
besi tidak jenuh dari serum (µg/dl). Faktor konversi pada satuan SI (µmol/L) = x0,179.
31
Penyakit yang berkaitan dengan zat besi
Anemia Defisiensi Besi
Defisiensi besi umumnya menyerang golongan rentan seperti anak-anak, remaja, ibu hamil
dan menyusui. Kehilangan besi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang
seimbang atau gangguan absorpsi besi. Di samping itu, kekurangan besi dapat terjadi karena
cacingan atau luka, dan penyakit-penyakit yang mengganggu absorpsi, seperti penyakit
gastro intestinal (Almatsier, 2010).
32
VITAMIN A
Deplesi vitamin A dalam tubuh merupakan proses yang
berlangsung lama, dimulai dengan habisnya persediaan
vitamin A dalam hati, kemudian menurunkannya kadar
vitamin A plasma, dan barulah timbul disfungsi retina,
diikuti dengan perubahan jaringan epitel (Supariasa,
2016).
Seratus mikroliter palsma dimasukan ke dalam tabung
mikro ditambah 100 mikroliter etanol yang berisi
1 standar retinil acetat (konsentrasi setara dengan 20 µg
retinil/dl) dan 200 mikroliter heksan.
36
Kekurangan vitamin ini dapat
mengakibatkan penyakit rakitis dan
kadang-kadang tetanus. Kekurangan
vitamin D menimnbulkan kalsifikasi tulang
yang tidak normal akibat rendahnya
saturasi kalsium dan fosfor dalam cairan
38
Gangguan yang dapat dilihat karena
kekurangan vitamin E adalah hemolistik
dan berkurangnya umur hidup eritrosit.
Gangguan lain adalah distrofi otot dan
kelainan saraf pusat (ensefalomalasia).
Pada pemeriksaan biokimia seorang anak
Kekurangan tiamin merupakan penyebab Pada penderita berat tidak ditemukan tanda-
penyakitberi-beri. Jika diet pada wanita yang tanda kekurangan vitamin B2, seperti retak-
sedang hamil tidak cukup mengandung retak pada sudut mulut, lidah yang merah
vitamin B1, anak yang dilahirkan dapat jambu dan licin. Urine 24 jam yang
menderita penyakit beri-beri bawah atau mengandung riboflavin kurang dari 50 mg
gejala beri-beri dapat timbul pada anak yang merupakan indikasi adanya kekurangan
sedang disusui, penyakit tersebut dapat pula vitamin B2 dan biasanya sudah disertai gejala
timbul pada anak dengan gastroenteritis klinis (Supariasa, 2016).
(Supariasa, 2016).
41
NIASIN
42
Terdapat dua macam bentuk aktif vitamin
B6, yaitu piridoksal fosfat dan
piridoksamin fosfat.
Gejala kekurangan vitamin B6 berupa
dermatitis dan akrodinia. Dalam keadaan
defisiensi akan ditemukan pindoksin
VITAMIN B6 plasma dibawah 25mg/ml dan pirodiksin
dalam urine 24 jam dibawah 20 mg untuk
tiap gram kreatinin dan asam piridoksin
dibawah 0,5 mg (Supariasa, 2016).
VITAMIN B12
Vitamin B12 yang disebut juga sianokobalamin atau
kobalamin merupakan vitamin yang bermanfaat untuk
pengobatan penyakit anemia pernisiousa. Vitamin B12
merupakan vitamin anti-anemia dalam faktor ekstrinsik
(Supariasa, 2016).
Berikut ini batasan dari indikator laboratorium untuk menentukan status
besi seseorang yaitu:
46
Sedangkan dalam buku Pemeriksaan
Laboratorium Hematologi karya Wirawan
menyatakan bahwa kadar normal serum besi
dalam tubuh seseorang ialah sebagai berikut:
Nilai normal
Ferritin Serum (Sf)
Pria 31-44 μg/L
Pria 90 μg/L
Wanita 30 μg/L
47
Transferrin Saturation (TS)
48
Free Erytrocyte
Protophophyrin (FEP)
Dalam keadaan normal, kadar FEP berkisar 35±50 µg/dl
RBC. Akan tetapi apabila kadar FEP dalam darah lebih
besar dari 100 µg/dl RBC, maka individu mengalami
defisiensi besi (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2001) yaitu
defisiensi besi tahap III.
Vitamin A
Umur (th) Kurang Margin Cukup
Plasma Vitamin A Semua umur <10 10-19>20
(mg)
49
Pemeriksaan vitamin E pada anak dikatakan normal bila
50
D A F TA R P U S TA K A
Supariasa, I. D., Bakri, B., & Fajar, I. (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Higgins, V., Man Khun Chan, & Khosrow Adeli. (2017). Pediatric reference intervals for
transferrin saturation in the CALIPER cohort of healthy children and adolescents. The
Journal of the International Federation of Clinical Chemisyry and Laboratory Medicine Vol.
28 No. 1 pp 77-84. eJIFCC
51