Anda di halaman 1dari 51

P E N E N T U A N S TAT U S

GIZI MIKRO Disusun Oleh:


Devi Martadiana ( 1 4 2 11 0 1 0 1 0 3 8 )
Asrul Beni Afianto ( 1 5 2 11 0 1 0 1 2 1 0 )
Rike Andriyani ( 1 5 2 11 0 1 0 1 0 6 8 )
Ulfa Rozi Riski ( 1 6 2 11 0 1 0 1 0 2 5 )
Muhamad Ahid ( 1 5 2 11 0 1 0 11 0 0 )
Naddratul Huda ( 1 6 2 11 0 1 0 1 2 4 8 )
E d w i e k e C i t r a P. ( 1 5 2 11 0 1 0 11 4 8 )
Yizia Wisnu ( 1 6 2 11 0 1 0 1 2 5 3 )
Rijalallah ( 1 5 2 11 0 1 0 11 7 3 )
Widawati ( 1 6 2 11 0 1 0 1 2 5 7 )
Prosedur Penilaian Status
Besi dan Batasannya
Besi terdapat dalam tubuh dalam bentuk elemental sekitar 2,5 sampai 4 gram dan 70% nya ada pada
hemoglobin. Simpanan besi juga ada pada hemosiderin dalam jumlah kecil. Simpanan besi
diperlukan untuk menjaga penyediaan besi di tingkat sel, terutama untuk memproduksi hemoglobin
khususnya sangat penting saat kehamilan pada trimester ketiga. Besarnya simpanan sangat
dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan salah satu karena besarnya besi yang hilang
atau adanya penyakit yang mengakibatkan besi menjadi berlebihan (Par’i, 2017).

2
3 Faktor Utama Kesetimbangan
Besi (Par ’i, 2017) :

1. asupan besi.
2. simpanan besi dan ferrit
3. kehilangan besi Status besi dapat ditentukan
melalui indikator laboratorium
berikut:
1. Hemoglobin
2. Hematokrit
3. Besi Serum
4. Ferritin Serum
5. Transferrin Saturation
6. Free erytrocytesprotophophryn
7. Unsaturated iron-binding capacity serum (UIBC)
Hemoglobin adalah senyawa pembawa oksigen
pada sel darah merah dan sebagai parameter
yang digunakan untuk menentukan prevalensi
anemia. Nilai normal untuk laki – laki adalah 14-
18 g/dl, sedangkan untuk wanita yaitu 12-16 g/dl
(Supariasa, 2016).

Terdapat beberapa metode untuk mengetahui


kandungan Hb dalam darah, antara lain
(Supariasa, 2016) :
Hemoglobin
1. Metode Sahli
PROSEDUR
01 Masukkan HCl 0.1 N ke dalam tabung Sahli sampai angka 2.
Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan
02 larutan desinfektan (alcohol 70%, betadin dan sebagainya),
Pada metode ini kemudian tusuk dengan lancet atau alat lain.
hemoglobin
dihidrolisis dengan 03 Isap dengan pipet hemoglobin sampai melewati batas,
bersihkan ujung pipet, kemudian teteskan darah sampai ke
HCl menjadi globin tanda batas dengan cara menggeserkan ujung pipet ke kertas
ferroheme, saring atau kertas tisu.
ferroheme dioksidasi 04 Masukkan pipet yang berisi darah ke dalam tabung
menjadi ferriheme hemoglobin, sampai ujung ujung pipet menmpel pada ujung
oleh oksigen yang tabung, kemudian tiup pelan-pelan. Usahakan agar tidak
ada di udara segera timbul gelembung udara. Bilas sisa darah yang menempel
bereaksi dengan ion pada dinding pipet dengan cara mengisap HCl dan meniupnya
lagi sebanyak 3-4 kali.
Cl membentuk
05 Campur sampai rata dan diamkan selama kurang lebih 10
ferrihemeclorid yang menit.
juga disebut hemin Masukkan ke dalam alat pembanding, encerkan dengan
yang berwarna coklat 06 aquadest tetes demi tetes demi warna larutan (setelah diaduk
secara homogen) sam dengan warna gelas dari alat
pembanding. Bila sudah lama, baca kadar hemoglobin pada
skala tabung.
5
2. Metode sian-
methemoglobin PROSEDUR
01 Masukkan campuran reagen sebanyak 5 ml ke dalam cuvet.
Ambil darah kapiler seperti pada metode Sahli sebanyak 0.02
Pada metode ini ml dan masukkan ke dalam cuvet di atas, kocok dan diamkan
hemoglobin dioksidasi oleh 02
selama 3 menit.
kalium ferrosianida menjadi
methemoglobin yang
03 Baca dengan kolorimeter pada lambda 546.
kemudian bereaksi dengan
ion sianida ( C N 2-) Perhitungan:
membetuk sian- Kadar Hb = absorpsi × 36,8 gr/dl/100 ml atau
methemoglobin yang Kadar Hb = absorpsi × 22,8 mmol
berwarna merah.intensitas
Batasan Anemia Menurut Kementerian Kesehatan
warna dibaca dengan
fotometer dan dibandingkan Kelompok Batas Normal
d e n g a n s t a n d a r. H a s i l p a d a Anak balita 11 gram %
metode ini lebih obyektif
karena dibaca 05 Anak Usia sekolah 12 gram %
menggunakan alat Wanita dewasa 12 gram %
(fotometer) (Supariasa,
2016).
06 Laki-laki dewasa 13 gram %
Ibu hamil 11 gram %
Ibu menyusui > 3 bulan 12 gram % 6
Merupakan volume eritrosit yang dipisahkan dari
plasma dengan cara memutarnya didalam
tabung khusus (sentrifugasi) yang nilainya
dinyatakan dengan persen (%). Pengukuran
hematokrit dilakukan setelah sentrifugasi dengan
membandingkan tinggi kolom sel darah merah
dengan tinggi darah penuh yang asli. Nilai
normal hematokrit untuk laki-laki yaitu 40-54%
dan untuk wanita adalah 37-47% (Supariasa,
2016).

Hematokrit Penetapan kadar hematokrit dapat dilakukan


dengan 2 metode, yaitu :
1. Metode mikro
PROSEDUR
01 Isilah tabung kapiler dengan darah yang langsung dan darah vena
atau darah dengan antikoagulansia.
02 Salah satu dari ujung tabung disumbat dengan dempul.
Tabung kapiler dimasukkan kedalam centrifuge mikro dengan
03 bagian yang disumbat mengarah keluar, diputar pada
kecepatan 16.000 rpm selama 5 menit.

1. Metode makro
01 Ta b u n g W i n t r o b e d i i s i d e n g a n d a r a h y a n g
mengandung anti koagulansia sampai tanda 100,
dimulai dari dasar tabung dan hindari adanya
05 gelembung udara di dalam tabung.
03
06 Ta b u n g y a n g s u d a h b e r i s i d a r a h d i c e n t r i f u g e
02 dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit.
8
Hasil penetapan hematokrit dibaca dengan memperhatikan

Tinggi Kolom Eritrosit


dibaca sebagai nilai hematokrit yang dinyatakan
dalam %.

Tebalnya lapisan putih di atas eritrosit


tersusun dari leukosit yang disebut bufficoat dan dinyatakan
dalam mm.

Warna Plasma Darah


Penetuan hematokreit haruslah dilakukan secara duplikat
dengan menggunakan darah kapiler atau darah vena yang
diantikoagulasikan dengan EDTA. Pada saat menggunakan
proses dengan EDTA ini akan digunakan tabung kapiler blue-
banded yang berisi antikoagulan (Supariasa, 2016).

9
Prosedurnya sebagai berikut:

Letakkan satu ujung tabung kapiler dalam Ulangi nomor 1 dan 3 diatas untuk
1 4
setetes darah yang diuji, sehingga darah ditarik
masuk ke tabung dengan aksi kapilaritas. Isi setiap sampul uji
tabung dengan 10 mm pada ujung seberang.
Hapus bagian luar tabung ini dengan
penghapus.

2 Segel ujung tabung yang kosong tersebut 5 Tutup erat penutup sentrifugasi pada bagian atas
dengan penutup kecil atau sealer dengan tabung kappiler dengan aman. Tutup bagian atasnya
menempatkan ujung kering tabung dan amankan penutupnya. Lakukan sntrifugasi
hematokrit ke dalam sealant pada posisi selama 5 menit dengan kecepatan 10000-15000 rpm.
vertikal. Catat bahwa tabung kapiler balans harus juga dimuat
ke dalam kepala seentrifugasi jika hanya satu tes
yang dilakukan.
3 Tempatkan ujung yang ditutup pada tabung 6 Buka tabung-tabung dari sentrifugasi.Ukur tinggi sel
kapiler terhadap sisi kepala sentrifugasi dan darah merah dengan pembaca hematokrit. Jangan
tabung dalam celah radial. Catat nomor memasukkan buffy coat dalam pembacaan bils
posisi dari spesimen ini. kolom eritrosit terbungkus. Jika kurang nyaman,
tegakkan tabung kapiler. Ulangi penentuan jika
duplikasi berbeda dengan nilai lebih dari 1% atau jika
sampel telah rusak selama sentrifugasi.
10
Nyatakan hasil dalam presentase darah penuh (panjang sel
terbungkus/panjang total). Ini merupakan volume sel darah
terbungkus (PCV).
Hm =

Perhitungan dan Interpretasinya:

hasil • Nilai Normal

Menurut Wells Laki-laki : 42-50 %


Wanita : 40-48 %
• Nilai Abnormal
Kurang dari nilai normal pada anemia
Lebih dari nilai normal pada polisithademia

11
Pada metode ini darah harus dikumpulkan
menggunakan tabung terevakuasi bebas elemen
tembusan serta hanya menggunakan air
terdeionisasi terdistilasi (Supariasa, 2016).

Besi Serum
Prosedur Serum Besi
Tahap 1
Berilah label tabung uji dengan
blangko, standar, referensi, pool, dan
subjek tes masing-masing.

Tahap 2
Tambahkan 2,5 ml reagen penyangga
besi pada masing-masing tabung.

Tahap 3
Pada tabung berblangko tambahkan 0,5 ml
standar besi. Pada referensi tambahkan 0,5 ml
bahan referensi besi serum. Pada pool tambah
dengan 0,5 ml serum pooled. Untuk masing-
masing subjek uji, tambahkan 0,5 ml serum pada
tabung yang cocok.
13
Tahap 4
Campurkan masing-masing tabung uji
secara merata dengan vortex mixer.

Tahap 5
Pindahkan masing-masing sampel
pada sebuah cuvet.

Tahap 6
Pasang pada gelombang 560 nm. Nolkan
spektrofotometer pada penyerapan nol
dengan blangko reagen.

14
Tahap 7
Baca dan catat penyerapan awal sampel
blangko, standar, referensi dan uji.
Kembalikan sampel-sampel itu pada tabung
yang sesuai setelah dilakukan pembacaan.
Tahap 8 Ini merupakan penyerapan awal (Ainitial)
Tambahkan 0,05 ml reagen warna besi yang diukur agar dilakukan pertimbangan
pada masing-masing tabung. Campur mengenai perbedaan-perbedaan dalam
masing-masing tabung dan biarkan turbiditas sampel.
berdiri selama kira-kira 10 menit dalam
air pada 37o C.
Tahap 9
Pindahkan isi masing-masing tabung
pada cuvet. Kemudian baca lagi dan catat
penyerapan sampel blangko, standar,
referensi, pool dan uji, menggunakan blangko
untuk membuat nol penunjukan
spektrofotometer. Ini merupakan penyerapan
akhir (Afinal). 15
Perhitungan Hasil
Jika standar besi berisi 500 µ/dl, konsentrasi besi serum (µ/dl) dari sampel dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:

Faktor konversi pada satuan SI (µmol/L)= x0,179.

16
Untuk menilai status besi dalam hati perlu
dilakukan pengukuran kadar ferritin. Menurut Cook
(dalam Mahdi Anwar Husain, 1989) banyaknya
ferritin yang dikeluarkan ke dalam darah secara
proporsional menggambarkan banyaknya
simpanan zat besi di dalam hati

Adapun prosedur pengukurannya adalah sebagai


Ferritin berikut:

Ser um
Prosedur Ferritin Serum
Tahap 1
Berilah label pada tabung-
tabung: backgroun, blangko, 5.0, 10.0,
25.0, 100, 250, 1000,
2500, pool, reference, dan tabung
Tahap 2 untuk masing-masing subjek.
Tambahkan 50 mL pada masing-masing
serum standar, pool, referensi dan tes pada
tabung-tabung yang bersangkutan. Mulai
pertama kali dengan larutan yang paling
Tahap 3
encer.
Campurkan reagen tracer/Immunobead
dengan hati-hati menggunakan batang
pengaduk. Kesampinkan
tabung background sampai langkah 8.

18
Tahap 4
Kocok rak tabung-tabung agar
tercampur isinya (vortex tidak perlu)
lalu inkubasikan selama 30 menit
pada 21-30o C (suhu ruang).
Tahap 5
Tambahkan 3,0 ml saline pada
semua tabung (mixing tidak
diperlukan pada tahap ini).
Tahap 6
Sentrifugasikan semua tabung selam 10
menit pada kecepatan 1500 x gr/dl pada
4o C untuk mengendapkan padatan-
padatan pada dasar tabung. Proseslah
dengan cepat sampai langkah
berikutnya. 19
Tahap 7
Ambillah supernatant pada masing-masing
tabung dengan menggunakan peralatan
hisap khusus.

Tahap 8
Sisipkan semua tabung (termasuk
tabung background) ke dalam counter
sinar gamma dengan memperhatikan
urutan tabung yang sesuai dengan
jumlah counter gamma.
Tahap 9

Hitung setiap tabung sebentar dengan


counter gamma.

20
Perhitungan Hasil

1. Catat perhitungan rata-rata per ment (CPM) untuk masing-masing sampel standar, kontrol dan
uji.
2. Substraksikan harga rata-rata CPM pada standar nol dari CPM tiap-tiap sampel standar, kontrol
dan uji untuk menghasilkan net CPM. -
3. Plotkan net CPM masing-masing standar pada Y-axis kertas semilog 4 siklus dan konsentrasi
ferritin yang bersangkutan (ng/ml) pada X-axis. -
4. Baca dari kurva standar konsentrasi ferritin (ng/ml) sampel uji dan sampel kontrol dari net CPM
yang berkaitan dengannya.
Konversi pada satuan SI (mg/L) = x 1.0

21
Penentuan kadar zat besi dalam serum merupakan satu
cara menentukan status besi. Salah satu indikator
lainnya adalah total iron binding capacity (TIBC) dalam
serum. Kadar TIBC ini meningkat pada penderita
anemia karena kadar besi dalam serum menurun dan
TIBC meningkat pada keadaan defisiensi besi maka
rasio dari keduanya (transferrri saturation) lebih
sensitive (Supariasa, 2016).
Rumus tersebut adalah sebagai berikut:
TS =

Transferrin Apabila TS> 16%, pembentukan sel-sel darah merah


dalam sumsum tulang berkurang dan keadaan ini
Satur at ion disebut defisiensi besi untuk eritropoiesis (Supariasa,
2016).
Apabila penyediaan zat besi tidak cukup banyak untuk
pembentukan sel-sel darah merah di sumsum tulang
maka sirkulasi FEP di darah meningkat walaupun belum
nampak anemia. Dengan menggunakan fluorometric
assay, maka penentuan FEP lebih cepat digunakan.
Satuan untuk FEP dinyatakan dalam µg/dl darah atau
µg/dl darah merah (Supariasa, 2016).

Prosedur Free Erythrocyte Proyophorphyrin adalah


sebagai berikut:
Free erytrocytes
protophophryn
Prosedur Free erytrocytes
protophophryn

Tahap 1
Tekan tombol “ON” pada
hematofluorometer dan
sisipkan blank glass cover slip ke
dalam pemegang sampel.
Tahap 2
Tekan tombol “MEASURE” dan catat
pembacaan pada blank glass cover slip.
Gunakan hanya blank glass cover
slip dengan pembacaan dari 000-006.
Tahap 3
Gunakan pipet pasteur plastik untuk
menempatkan setetes darah penuh
(kira-kira 20 µL) di atas blank glass
cover slip dengan cara
menyebarkannya, sehingga
berhubungan pada posisi lubang. 24
Tahap 4
Tekan tombol “MEASURE” dan catat
pembacaan. Jangan substraksikan
pembacaan paada blank cover slip.

Tahap 5
Ulangi (4) setelah 10-15 detik lewat
dan kemudian kesampingkan glass
cover slip.
Tahap 6
Untuk kontrol darah, ambil setetes
darah (sekitar 35 µL) di atas glass cover
slip yang bersih dengan menekan botol.
Campurkan tetesan darah dengan ujung
botol kemudian pindahkan tutup botol.
25
Tahap 7
Tekan tombol “MEASURE” dan catat
pembacaan. Kesampingkan glass
cover slip.

Tahap 8
Periksa kontrol-kontrol darah pada
permukaan dan akhir setiap hari atau
setelah 50 pengujian yang bisa
diterapkkan. Nilai kontrol rendah,
medium dan tinggi harus ada harga Perhitungan Hasil
yang dinyatakan.

Dalam keadaan normal FEP berkisar 35±50μ/dl RBC tetapi


apabila kadar FEP dalam darah lebih besar dari 100 μg/dl RBC
menunjukkan individu ini menderita kekurangan besi
(Supariasa, 2016).
26
Prosedur Penentuan Serum Unsaturated Iron Binding
Capacity (UIBC) adalah sebagai berikut:

Unsaturated iron-
binding capacity
serum (UIBC)
Penentuan Serum Unsaturated Iron
Binding Capacity (UIBC)

Tahap 1
Berilah label pada tabung uji dengan blangko,
standar, referensi, pool dan subjek tes masing-
masing.
Tahap 2
Tambahkan 2,0 ml reagen penyangga UIBC pada
masing-masing tabung.

Tahap 3
Pada blangko tambahkan 1, ml air bebas besi. Pada standar
tambahkan 0,5 ml standar besi plus 0,5 ml air bebas besi.
Pada yang rreferensi tambahkan 0,5 ml bahan referensi
serum plus 0,5 ml standar. Sedangkan untuk masing-masing
subjek uji tambahkan 0,5 ml serum pada tabung yang sesuai
plus 0,5 ml standar. 28
Tahap 4
Campurkan masing-masing tabung uji secara
merata dengan vortex mixer.

Tahap 5
Pindahkan masing-masing sampel pada
sebuah cuvet.

Tahap 6
Pasang dengan panjang gelombang 560 nm. Nol-kan
spektrofotometer pada penyerapan nol dengan blangko
reagen.

29
Tahap 7
Baca dan catat penyerapan awal sampel blangko, standar,
referensi dan uji. Kembalikan sampel-sampel itu pada tabung
yang sesuai setelah dilakukan pembacaan. Ini merupakan
penyerapan awal (Ainitial) yang diukur agar dilakukan
Tahap 8 pertimbangan mengenai perbedaan-perbedaan dalam
Tambahkan 0,05 ml reagen warna besi pada masing-masing turbiditas sampel.
tabung. Campur tiap-tiap tabung dan biarkan berdiri selama
kira-kira 10 menit dalam air pada 37o C. Setelah itu,
pindahkan isi masing-masing tabung pada cuvet.
Tahap 9
Baca lagi dan catat penyerapan sampel blangko, standar,
referensi, pool dan uji, menggunakan blangko untuk
membuat nol penunjukan spektrofotometer. Ini merupakan
penyerapan akhir (Afinal).

30
Perhitungan Hasil

Jika standar besi berisi 500 mg/dl, kapasitas pengikat besi tidak jenuh dari serum (mg/dl) sama
dengan:

Kapasitas pengikat besi total (TIBC) (µg/dl) = besi total pada serum (µg/dl) + kapasitas pengikat
besi tidak jenuh dari serum (µg/dl). Faktor konversi pada satuan SI (µmol/L) = x0,179.

31
Penyakit yang berkaitan dengan zat besi
Anemia Defisiensi Besi

Defisiensi besi umumnya menyerang golongan rentan seperti anak-anak, remaja, ibu hamil
dan menyusui. Kehilangan besi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang
seimbang atau gangguan absorpsi besi. Di samping itu, kekurangan besi dapat terjadi karena
cacingan atau luka, dan penyakit-penyakit yang mengganggu absorpsi, seperti penyakit
gastro intestinal (Almatsier, 2010).
32
VITAMIN A
Deplesi vitamin A dalam tubuh merupakan proses yang
berlangsung lama, dimulai dengan habisnya persediaan
vitamin A dalam hati, kemudian menurunkannya kadar
vitamin A plasma, dan barulah timbul disfungsi retina,
diikuti dengan perubahan jaringan epitel (Supariasa,
2016).
Seratus mikroliter palsma dimasukan ke dalam tabung
mikro ditambah 100 mikroliter etanol yang berisi
1 standar retinil acetat (konsentrasi setara dengan 20 µg
retinil/dl) dan 200 mikroliter heksan.

Kemudian dikocok dengan vortex selama 1


2
menit.

PROSEDUR Setelah disentifugasi dengan kecepatan 3000 rpm


3 selama 5 menit lapisan heksan yang berisi ekstrak
vitamin A dipipet sebanyak 150 µl.

4 Ekstrak ini kemudian diuapkan dengan pertolongan


gas nitrogen sampai kering.

Ekstrak yang sudah kering kemudian ditambah 100


5 mikroliter isoprepanol, kemudian dikocok dan
sebanyak 50 mikroliter disuntikan ke HPLC, dengan
spesifikasi sebagai berikut.
34
Kolom : bondapak C18
Buffer (solvent) : metanol/air,(95/5,perbandingan
volume)
Kecepatan aliran : 2,5 ml/menit
Tekanan :disesuaikan kecepatan aliran
tersebut
Panjang gelombang detektor : 328 nm
Sensitivitas detektor : 0,01 AUFS
Suhu : kamar
Kecepatan rekoder : 1 cm/menit
Munculnya grafik : retinol 2,2 menit SPESIFIKASI
Retynil acetat 3,0 menit
Perhitungan konsentrasi retinol dalam serum

36
Kekurangan vitamin ini dapat
mengakibatkan penyakit rakitis dan
kadang-kadang tetanus. Kekurangan
vitamin D menimnbulkan kalsifikasi tulang
yang tidak normal akibat rendahnya
saturasi kalsium dan fosfor dalam cairan

VITAMIN D tubuh (Supariasa, 2016).


Kadar kalsium serum
normal atau lebih

Kadar fosfor rendah

Kadar fosfatase meninggi


Pada pemeriksaan
biokimia penderita
rakhitis ditemukan Kadar 25 (OH) vitamin D
hasil : dibawah 4 mg/ml

38
Gangguan yang dapat dilihat karena
kekurangan vitamin E adalah hemolistik
dan berkurangnya umur hidup eritrosit.
Gangguan lain adalah distrofi otot dan
kelainan saraf pusat (ensefalomalasia).
Pada pemeriksaan biokimia seorang anak

VITAMIN E dikatakan memiliki nilai normal vitamin E


jika dalam serum lebih dari 0,7 mg
(Supariasa, 2016).
VITAMIN C
Vitamin C diperlukan pada pembentukan zat kolagen
oleh fibrobblast hingga merupakan bagian dalam
pembentukan zat intasel. Vitamin C diperlukan juga
pada proses pematangan eritrosit dan pada
pembentukan tulang dan dentin. Selain itu juga berperan
dalam respirasi jaringan. Batas nilai normal vitamin C
dalam serum adalah 0,6 -2 mg/dL (Supariasa, 2016).
TIAMIN (B1) RIBOFLAVIN (B2)

Kekurangan tiamin merupakan penyebab Pada penderita berat tidak ditemukan tanda-
penyakitberi-beri. Jika diet pada wanita yang tanda kekurangan vitamin B2, seperti retak-
sedang hamil tidak cukup mengandung retak pada sudut mulut, lidah yang merah
vitamin B1, anak yang dilahirkan dapat jambu dan licin. Urine 24 jam yang
menderita penyakit beri-beri bawah atau mengandung riboflavin kurang dari 50 mg
gejala beri-beri dapat timbul pada anak yang merupakan indikasi adanya kekurangan
sedang disusui, penyakit tersebut dapat pula vitamin B2 dan biasanya sudah disertai gejala
timbul pada anak dengan gastroenteritis klinis (Supariasa, 2016).
(Supariasa, 2016).

41
NIASIN

Kekurangan niasin dalam makanan akan menyebabkan suatu penyakit


pelegra (kulit kasar). Ekskresi niasin dalam bentuk asam nikotinat bebas
,niasinamida, asam nikotinurat, N-metil Nikotinamida, N-metil asam
nikotinat, konjungsi dengan glisin (Supariasa, 2016).

42
Terdapat dua macam bentuk aktif vitamin
B6, yaitu piridoksal fosfat dan
piridoksamin fosfat.
Gejala kekurangan vitamin B6 berupa
dermatitis dan akrodinia. Dalam keadaan
defisiensi akan ditemukan pindoksin
VITAMIN B6 plasma dibawah 25mg/ml dan pirodiksin
dalam urine 24 jam dibawah 20 mg untuk
tiap gram kreatinin dan asam piridoksin
dibawah 0,5 mg (Supariasa, 2016).
VITAMIN B12
Vitamin B12 yang disebut juga sianokobalamin atau
kobalamin merupakan vitamin yang bermanfaat untuk
pengobatan penyakit anemia pernisiousa. Vitamin B12
merupakan vitamin anti-anemia dalam faktor ekstrinsik
(Supariasa, 2016).
Berikut ini batasan dari indikator laboratorium untuk menentukan status
besi seseorang yaitu:

HEMOGLOBIN HEMATOKRIT BESI SERUM

Nilai SI Unit Nilai normal


Nilai normal SI Unit normal
Pria 65-176 μg/dL
Pria 13 - 18 g/dL 8,1 - 11,2 mmol/L Pria 40% - 50% 0,4 - 0,5
Wanita 50 – 170 μg/dL

Wanita 12 - 16 g/dL 7,4 – 9,9 mmol/L


Bayi baru lahir 100 – 250 μg/dL
Wanita 35% - 45% 0,35 -
0,45
Anak-anak 50 – 120 μg/dL

46
Sedangkan dalam buku Pemeriksaan
Laboratorium Hematologi karya Wirawan
menyatakan bahwa kadar normal serum besi
dalam tubuh seseorang ialah sebagai berikut:

Nilai normal
Ferritin Serum (Sf)
Pria 31-44 μg/L

Wanita 25-156 μg/L Nilai normal

Pria 90 μg/L

Wanita 30 μg/L

47
Transferrin Saturation (TS)

48
Free Erytrocyte
Protophophyrin (FEP)
Dalam keadaan normal, kadar FEP berkisar 35±50 µg/dl
RBC. Akan tetapi apabila kadar FEP dalam darah lebih
besar dari 100 µg/dl RBC, maka individu mengalami
defisiensi besi (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2001) yaitu
defisiensi besi tahap III.

Vitamin A
Umur (th) Kurang Margin Cukup
Plasma Vitamin A Semua umur <10 10-19>20
(mg)
49
Pemeriksaan vitamin E pada anak dikatakan normal bila

VITAMIN E di dalam serum nilainya >0,7 mg (Supariasa, Bakri, &


Fajar, 2001).

50
D A F TA R P U S TA K A

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Pedoman Interpretasi Data Klinik.

R, W. (2011). Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Supariasa, I. D., Bakri, B., & Fajar, I. (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Higgins, V., Man Khun Chan, & Khosrow Adeli. (2017). Pediatric reference intervals for
transferrin saturation in the CALIPER cohort of healthy children and adolescents. The
Journal of the International Federation of Clinical Chemisyry and Laboratory Medicine Vol.
28 No. 1 pp 77-84. eJIFCC

51

Anda mungkin juga menyukai