Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan
diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah
ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah
untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat
terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-
kegiatan belajar.
Sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa,
yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk
memecahkan masalah.
Johnson dan Holubec (dalam Affandi Zakaria dan Zanaton Iksan,
6 2006:1) mengusulkan lima unsur penting dari pembelajaran kooperatif :
Saling ketergantungan
positif antar siswa. Guru memberi tes individu
Keberhasilan seorang kepada siswa dan secara
siswa tergantung pada Positive acak memanggil siswa untuk
keberhasilan siswa lainnya Individual
interpedence menyajikan pekerjaan
accountability
kelompok mereka
Group processing
Promotive Interpersonal and
interaction small-group skills Guru memberikan
Saling membantu, saling kesempatan kepada anggota
menukar sumber daya, kelompok untuk saling
memberikan umpan mengenal, menerima dan
balik, dan memanfaatkan mendukung satu sama lain,
Memusatkan hubungan kerjasama yang
timbal balik berkomunikasi dan
baik, memudahkan ketrampilan menyelesaikan perbedaan
kooperatif dan memastikan anggota secara kontruktif.
kelompok menerima umpan balik.
Tipe-tipe model pembelajaran kooperatif
Three-Step Interview
Round Table atau Rally Table Pembelajaran
GI (Group Investigation)
Student Team Learning (STL)
Kooperatif
CIRC (Cooperative Integrated Reading
Composition)
STAD (Student Teams Achievement Division)
Jigsaw Reverse Jigsaw TPS (Think Pairs Share)
Snowball Throwing TPW (Think Pairs Write) Two Stay Two Stray
NHT (Numbered Heads Together)
Pertama kali dikenalkan oleh Spencer
Kagan tahun 1993.
Merupakan suatu model pembelajaran
yang lebih mengedepankan kepada
aktivitas siswa dalam mencari,
mengolah, dan melaporkan informasi
dari berbagai sumber yang akhirnya
dipresentasikan di depan kelas (Rahayu,
2006).
Model NHT adalah bagian dari model
pembelajaran kooperatif struktural, yang
menekankan pada struktur-struktur
khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik.
Karakteristik Model Pembelajaran NHT
Model NHT banyak digunakan dalam pembelajaran di sekolah karena dipercaya dapat
meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe
NHT ini cocok digunakan di semua bidang mata pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together juga dapat digunakan
dalam pembelajaran pada saat pendalaman konsep
Contohnya saat guru memberikan tes di awal pembelajaran dengan tujuan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa (prasyarat) sebuah materi, hasilnya dapat dilihat
bahwa pengetahuan siswa dari tes kemampuan prasyarat terbagi dalam 3 kategori yaitu
rendah, sedang, dan tinggi.
Di akhir pembelajaran, guru menerapkan model NHT dengan materi penarikan
kesimpulan. Guru meminta siswa menjelaskan apa saja yang sudah didapatkan selama
proses pembelajaran selanjutnya guru memberikan tes atau kuis untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa.
Manfaat Model Pembelajaran NHT
19
3 5
1 Siswa diharapkan siap Mengembangkan sikap
Menumbuhkembangkan untuk menjawab kepemimpinan siswa dan
kedisiplinan, minat, pertanyaan dari guru meningkatkan rasa
kerjasama, keaktifan, dan sehingga setiap siswa percaya diri siswa
kreativitas siswa berusaha memperdalam
dan memahami materi
6
Meningkatkan kebaikan
budi, kepekaan dan
2 4 toleransi, memberi
Melibatkan semua siswa Penerimaaan terhadap kesempatan kepada siswa
sehingga tanggung jawab individu lebih besar dan untuk membangkitkan ide-
individu dalam kelompok meminimalisir kegaduhaan ide dan
meningkat dikelas mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat
Kelemahan Model Numbered Headss Together
22 Menurut Hill (1993) dalam Tryana (2008), kelemahan model NHT
adalah sebagai berikut:
1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. Hal ini terjadi jika
soal yang disediakan oleh guru lebih banyak dari banyaknya siswa di dalam kelas,
tujuannya adalah sebagai usaha untuk pemahaman materi lebih mendalam.
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Hal ini terjadi jika soal yang
disediakan oleh guru lebih sedikit dari banyaknya siswa di dalam kelas, bisa saja karena
materi yang sedang dipelajari memang merupakan materi yang singkat dan siswa cepat
menangkap maksud materi yang disampaikan gurunya.
4. Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran banyak. Perlu adanya waktu untuk
pembagian kelompok, diskusi kelompok yang terkadang siswa membutuhkan waktu
lebih banyak, serta waktu untuk mengkondisikan siswa dalam menjawab pertanyaan
terkadang sangat lama
Efisiensi Waktu