Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan dapat selesai tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini tentunya tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk ini kami ucapkan terima kasih kepada Dr.
Rochmad, M.Si. selaku Dosen Filsafat Pendidikan Matematika yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap meskipun penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna
semoga dapat bermanfaat bagi pembaca agar kita semua dapat mengambil pelajaran
dan nilai-nilai positif dari teknologi masa kini. Kurang lebihnya kami mohon saran
dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan karya tulis
selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
A. Soal Pilihan Ganda......……………………………………........…….....29
B. Soal Uraian …………………………………......……………..………...31
C. Kunci Jawaban Soal Pilihan Ganda ……………………………………..32
D. Kunci Jawaban Soal Uraian …………………………….......….…........32
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..……..36
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
B. Landasan Teori
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang cukup banyak
diterapkan di sekolah-sekolah adalah Numbered Heads Together atau
disingkat NHT, tidak hanya itu saja, NHT juga banyak sekali digunakan
sebagai bahan penelitian tindakan kelas (PTK).
Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Headsss)
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberikan
kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik
ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan
usia anak didik.
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah antara lain:
1. mengetahui model pembelajaran Numbered Headss Together;
2. mengetahui latar belakang adanya model pembelajaran Numbered Headss
Together;
3. mengetahui penerapan model pembelajaran Numbered Headss Together
dalam pembelajaran matematika.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan.
Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan
kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir
dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas
pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta
berdiskusi untuk memecahkan masalah.
e. Group processing : Teachers must also provide opportunities for the class to
assess group progress. Group processing enables group to focus on good
working relationship, facilitates the learning of cooperative skills and
ensures that members receive feedback.
4
b. Interaksi promotif dengan saling membantu, saling menukar sumber daya,
memberikan umpan balik, dan memanfaatkan timbal balik;
c. Tanggung jawab individu, guru memberi tes individu kepada siswa dan
secara acak memanggil siswa untuk menyajikan pekerjaan kelompok
mereka;
5
b. I – Individual Accountability = Students work together as a team to
create and to learn, but ultimately every individual student is
responsible for his or her own learning
c. E – Equal Interaction = Students learn by interacting with the content
and with fellow students so participation must be relatively equal
d. S – Simultaneous Interaction = Students learn better when a high
percentage of them are actively engaged at once.
Kagan (1993) mengusulkan enam kunci kesukesesan pembelajaran
kooperatif, yaitu:
1) keefektifan pembentukkan dan pemanfaatan kerja dalam tim;
2) membangun siswa untuk bisa bekerja sama dengan yang lainnya;
3) salah satu teknik mengatur yang efektif;
4) membangun dan menuntut siswa untuk bersosialisasi;
5) pelaksanaan sesuai susunan yang tepat;
6) mencantumkan empat dasar prinsip, disimbolkan dengan singkatan PIES,
yaitu:
a. P – Positive Interdependence (ketergantungan yang positif) = keadaan
saling menguntungkan satu sama lain
b. I – Individual Accountability (tanggung jawab tiap individu) = siswa
bekerja bersama di dalam kelompok untuk menciptakan dan
mempelajari, tetapi pada akhirnya tiap siswa bertanggung jawab atas
pekerjaannya sendiri.
c. E – Equal Interaction (interaksi yang seimbang) = siswa belajar
menginteraksikan isi materi dan dengan temannya sehingga
partisipasinya seimbang.
d. S – Simultaneous Interaction (interaksi bersama) = belajar siswa
menjadi lebih baik ketika keaktifan mereka tinggi.
Keenam hal di atas yang dijadikan landasan untuk penciptaan
karakteristik model pembelajaran Numbered Heads Together. Numbered
Heads Together merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran
kooperatif menurut Kagan, sehingga landasan untuk tipe NHT juga
mengacu pada kunci kesuksesan pembelajaran kooperatif. Karakteristik
inilah yang membedakan model NHT dengan model pembelajaran lainnya.
Karakteristik model Numbered Heads Together menurut Rusman (2012),
yaitu antara lain:
1) Pembelajaran secara tim
6
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu tim harus
mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling
membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2) Didasarkan pada manajemen kooperatif mempunyai tiga fungsi , yaitu :
a. Fungsi manajemen sebagai perencanaan, menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar
proses pembelajaran berjalan dengan efektif.
b. Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan,
dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.
c. Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik
melalui bentuk tes maupun non tes.
3) Kemauan untuk bekerjasama.
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan
secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerjasama
perlu ditentukan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerjasama yang
baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.
4) Ketrampilan bekerjasama.
Kemampuan bekerjasama dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu
didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan
anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
Adapun menurut Bannet dalam Isjoni (2013) menyatakan ada lima
karakteristik Model Numbered Heads Together (NHT) adalah sebagai
berikut:
1) Positive Interdependence
2) Interaction Face to face (Interkasi tatap muka)
3) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam
anggota kelompok.
4) Membutuhkan keluwesan.
5) Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah
(proses kelompok).
Dalam karakteristik model pembelajaraan kooperatif tipe NHT yaitu
adanya diskusi pendapat yang baik dan rasa tanggung jawab setiap pribadi
7
dalam kelompok mengenai materi pelajaran yang didukung kelewesan
untuk mengemukakan pendapat dalam meningkatkan keterampilan bekerja
sama dalam kelompok.
2. Tujuan Model Pembelajaran Numbered Heads Together
Model pembelajaran Numbered Heads Together pun memiliki tujuan
yang hendak dicapainya. Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak
dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1) hasil belajar akademik stuktural : bertujuan untuk meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik.
2) pengakuan adanya keragaman: bertujuan agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3) pengembangan keterampilan sosial : bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau
pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran
kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagan dalam Ibrahim (2000),
dengan tiga langkah yaitu :
1) pembentukan kelompok;
2) diskusi masalah; serta
3) tukar jawaban antar kelompok.
8
membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga
bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
3) Berfikir Bersama (Heads Together)
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir
bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada
anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari
masing-masing pertanyaan.
4) Pemberian Jawaban (Answering)
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa
dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random
memilih kelompok yang harus menjawab pertanyaan tersebut,
selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari keompok tersebut
mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok
lain yang bernomor sama menanggapi jawaban temannya.
Tahapan tersebut kemudian dikembangkan menjadi langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe NHT oleh Ibrahim (2000) ke dalam enam
langkah sebagai berikut:
Langkah 1: Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2: Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi
nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang
berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini
guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang
beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga
setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan
jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan
percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis
kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok
9
digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-
masing kelompok.
Langkah 3: Bahan dan sumber pembelajaran sebagai referensi
Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan.
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket
atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau
masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4 : Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa
sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa
berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang
mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari
yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5 : Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6 : Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Penarikan
kesimpulan dapat dilakukan dengan diskusi satu kelas atau penulisan
kembali rangkuman pembelajaran oleh guru di papan tulis.
Menurut Agus (2014), sintak Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together yang digunakan sebagai landasan menyusun
langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut:
10
Membimbing pelatihan pelatihan awal.
Fase 4: Feed bacek Mengecek apakah peserta didik
Mengecek pemahaman dan telah berhasil melakukan tugas
memberikan umpan balik dengan baik, memberikan umpan
balik
11
Fase 5: Extended pratice Mempersiapkan
Memberikan kesempatan untuk kesempatan melakukan pelatihan
pelatihan lanjutan dan penerapan lanjutan, dengan pelatihan khusus
pada penerapan kepada situasi
lebih kompleks dalam kehidupan
sehari- hari.
Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipa NHT
Penghargaan
NO Kelompok
Siklus I Siklus II Siklus III
1. Kelompok A Good Team Great Team Great Team
13
2. Kelompok B Good Team Great Team Great Team
3. Kelompok C Great Team Super Team Great Team
4. Kelompok D - Good Team Great Team
5. Kelompok E Good Team Great Team Super Team
6. Kelompok F - Good Team Great Team
7. Kelompok G Good Team Great Team Great Team
Tabel 2.2 Penghargaan Kelompok Kooperatif
Hasil belajar matematika peserta didik dilihat dari nilai rata- rata
hasil belajar dan persentase ketuntasan belajar peserta didik. Perbandingan
nilai hasil belajar peserta didik sebelum NHT dan sesudah
menggunakan NHT dapat dicermati pada tabel berikut.
14
Akar dan Logaritma) menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT adalah sangat baik.
Pendapat
No 15 Pernyataan
Ya Tidak
1 Saya merasa lebih senang mengikuti 35 3
pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT)
2 Saya lebih termotivasi belajar matematika 35 3
dengan tipe NHT.
3 Model pembelajaran kooperatif tipe NHT 33 5
membuat saya lebih mudah memahami materi
Bentuk Akar dan Logaritma.
4 Model pembelajaran ini (NHT) memberikan 30 8
kesempatan saya untuk mencari jawaban
soal/tugas secara mandiri.
5 Pembelajaran dengan tipe NHT melatih saya 37 1
saling bertukar pikiran, bekerjasama, dan
berdiskusi dengan teman sebangku.
6 Tipe NHT dapat membantu meningkatkan rasa 36 2
tanggung jawab, kebersamaan, dan saling
membantu antar kelompok dalam menyelesaikan
tugas/soal
7 Pada tipe NHT ini guru tidak hanya memberikan/ 34 4
menjelaskan materi pelajaran juga lebih bersifat
membimbing
8 Setuju jika tipe NHT diterapkan pada pokok 28 10
bahasan lain maupun bidang studi lainnya
9 Tipe NHT memberi kesempatan kepada saya 32 6
untuk berani mengungkapkan pendapat, dan
mengajukan pertanyaan
10 Tipe NHT membuat saya akhirnya mampu 31 7
menyimpulkan materi tentang Bentuk Akar dan
Logaritma
Jumlah Skor 331 49
Skor Maksimal 380 380
Persentase 87% 13%
Tabel 2.4 Respon Peserta Didik Menggunakan NHT
Jadi, tipe Numbered Heads Together merupakan tipe pembelajaran
yang efektif untuk meningkatkan keaktifan kelas namun tetap membuat
kondisi kelas tetap kondusif untuk pembelajaran.
16
Aspek Skor Keterangan
yang dinilai
Memahami 0 Tidak menyebutkan apa yang diketahui
masalah dan apa yang ditanyakan.
17 1 Menyebutkan apa yang diketahui dan
apa yang ditanyakan tapi kurang tepat.
2 Memahami masalah/soal selengkapnya
dengan menyebutkan apa yang diketahui
dan apa yang ditanya dengan benar
Merencanakan 0 Tidak merencanakan masalah sama sekali
1 Menggunakan strategi yang kurang
penyelesaian
dapat dilaksanakan dan tidak dapat
dilanjutkan
2 Menggunakan strategi yang benar tetapi
mengarah pada jawaban yang salah/ tidak
mencoba strategi yang lain
3 Menggunakan prosedur yang mengarah ke
solusi yang benar
Melaksanakan 0 Tidak ada solusi sama sekali
1 Menggunakan beberapa prosedur yang
rencana
mengarah ke solusi yang benar
2 Hasil salah sebagian, tetapi hanya karena
salah perhitungan saja
3 Hasil dan proses benar
Memeriksa 0 Tidak ada menuliskan kesimpulan
1 Ada pemeriksaan dengan menyimpulkan
kembali
masalah tapi kurang tepat
2 Pemeriksaan dilakukan dengan
menuliskan kesimpulan dengan tepat
Tabel 3.1 Pedoman Pemberian Skor Pemecahan Masalah Matematika
Adapun langkah-langkah dalam memecahkan masalah matematika
terhadap skor maksimal pada tes evaluasi akhir dapat dikualifikasikan
sebagai berikut:
No Nilai Keterangan
1 > 95.0 Istimewa
2 80.0-94.9 Amat Baik
3 65.0-79.9 Baik
4 55.0-64.9 Cukup
5 40.1-54.9 Kurang
6 < 40.0 Amat Kurang
Tabel 3.2 Kualifikasi Persentase
Langkah Pemecahan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah didapat dari gabungan nilai
kemampuan
18 memahami masalah, kemampuan merencanakan penyelesaian,
kemampuan melaksanakan rencana, dan kemampuan memeriksa kembali.
Berikut disajikan tabel yang menunjukkan kemampuan pemecahan masalah
berdasarkan hasil tes evaluasi.
19
Peneliti melaksanakan tes awal yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa pada materi ingkaran, pernyataan majemuk, dan
tautologi. Hasilnya diperoleh data bahwa pengetahuan siswa pada materi
prasyarat terbagi atas 3 kategori (rendah, sedang dan tinggi), yaitu 3 orang
siswa masuk kategori tinggi, 2 orang siswa masuk kategori sedang, dan 11
orang siswa masuk kategori rendah.
Penelitian yang dilakukan terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus
dilakukan dalam satu kali pertemuan. Pada pertemuan siklus 1 dan siklus 2,
peneliti menerapkan model pembelajaran NHT dengan materi penarikan
kesimpulan logika matematika.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 setiap
pertemuan dilaksanakan berdasarkan fase-fase model pembelajaran NHT,
yaitu (1) fase penyampaikan tujuan dan pemotivasian siswa, (2) fase
penyajian informasi, (3) fase pengorganisasian kelompok belajar dan
penomoran, (4) fase pengajuan pertanyaan/masalah, (5) fase berpikir
bersama, dan (6) fase menjawab.
Tujuan pembelajaran pada siklus 1, yaitu diberikan suatu
argumentasi, siswa dapat menyatakan sah tidaknya argumentasi tersebut
dengan bantuan tabel kebenaran atau dengan menggunakan prinsip modus
ponens, modus tollens, dan silogisme. Tujuan pembelajaran pada siklus 2,
yaitu diberikan beberapa premis, dengan menggunakan prinsip modus
ponens, modus tollens, dan silogisme, siswa dapat menentukan kesimpulan
yang sah dari premis-premis semula.
Kegiatan inti dari setiap siklus menerapkan fase-fase model
pembelajaran NHT yaitu fase penyajian informasi, fase pengorganisasian
kelompok belajar dan penomoran, fase pengajuan pertanyaan/masalah, fase
berpikir bersama, dan fase menjawab. Pada fase penyajian informasi,
peneliti menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi yaitu
dengan menyajikan materi di depan kelas. Materi yang disajikan yaitu
materi tentang penarikan kesimpulan logika matematika. Lebih rincinya
yaitu pada siklus 1 mengenai pernyataan keabsahan suatu argumentasi
dengan bantuan tabel kebenaran atau dengan menggunakan prinsip modus
ponens, modus tollens, dan silogisme dan pada siklus 2 yaitu mengenai
20
penarikan kesimpulan yang sah dari dua atau lebih pernyataan dengan
menggunakan prinsip modus ponens, modus tollens, dan silogisme.
Pada fase pengorganisasian kelompok belajar dan penomoran pada
siklus 1 dan siklus 2, siswa dikelompokkan dalam 3 kelompok belajar.
Setiap kelompok terdiri atas 5-7 orang. Setiap kelompok diberikan nama
yang berbeda yaitu kelompok 1, kelompok 2, dan kelompok 3. Siswa dalam
setiap kelompok mendapatkan nomor yang berbeda yaitu nomor 1, 2, 3, 4,
5, 6, dan 7. Kemudian tempat duduk siswa dalam kelompok diatur sesuai
urutan nomor.
Pada fase pengajuan pertanyaan/permasalahan pada siklus 1 dan
siklus 2, peneliti mengajukan pertanyaan/permasalahan yang dituangkan
dalam LKS kepada setiap kelompok untuk dikerjakan siswa secara bersama-
sama.
Pada fase berpikir bersama pada siklus 1 dan siklus 2, masing-
masing siswa dalam kelompok mengerjakan soal pada LKS. Selanjutnya
siswa dalam kelompok berdiskusi untuk memperoleh jawaban yang benar
dan memastikan setiap anggota kelompok dapat menyelesaikan atau
memahami jawaban kelompoknya. Ketika siswa berpikir bersama, peneliti
mengontrol kerja siswa dalam kelompok dan mengarahkan siswa yang
mengalami kesulitan.
Pada fase menjawab, peneliti mengundi nomor untuk menentukan
siswa yang akan maju mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Pertama-
tama peneliti mengundi nomor kelompok yang akan maju. Setelah itu,
peneliti mengundi nomor siswa yang akan maju.
Siswa yang nomornya disebutkan mengacungkan tangan dan
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Siswa yang lain
memperhatikan dan menanggapi dalam kegiatan diskusi kelompok. Setelah
itu, peneliti kembali melakukan pengundian nomor seperti pada pengundian
nomor sebelumnya untuk presentasi jawaban selanjutnya sampai semua
jawaban dipresentasikan.
Pada kegiatan penutup, peneliti memberikan tes akhir tindakan pada
setiap siklus. Peneliti memberikan soal tes akhir yang sudah dipersiapkan
sebelumnya. Saat sebelum mereka mengerjakan soal, peneliti menghimbau
22
21
agar siswa tidak melakukan kerja sama saat menyelesaikan soal yang
diberikan.
Pada tes akhir tindakan siklus 1, siswa diberi 2 nomor soal. Berikut
satu diantara soal yang diberikan kepada siswa yaitu: Periksalah
argumentasi berikut, apakah sah atau tidak?
Premis 1: Rio berkulit putih.
Premis 2: Ratih berkulit putih.
Kesimpulan: Rio dan Ratih berkulit putih.
Dengan adanya penelitian ini, diyakini bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dapat digunakan juga untuk pembelajaran dalam
pendalaman materi. Karena dengan langkah yang tepat dan proses
pembelajaran yang menyenangkan, siswa dapat lebih memahami konsep
penarikan kesimpulan dalam bab Logika Matematika.
23
6) mengembangkan rasa ingin tahu siswa,
7) meningkatkan rasa percaya diri siwa,
8) mengembangkan rasa saling memiliki, serta
9) mengembangkan keterampilan untuk masa depan.
Ibrahim (2007) juga mengungkapkan kelebihan dari model
pembelajaran kooperatif tipe NHT, antara lain:
1) menumbuhkembangkan kedisiplinan, minat, kerjasama, keaktifan, dan
kreativitas siswa
2) melibatkan semua siswa sehingga tanggung jawab individu dalam
kelompok meningkat.
3) siswa diharapkan siap untuk menjawab pertanyaan dari guru sehingga
setiap siswa berusaha memperdalam dan memahami materi.
4) penerimaaan terhadap individu lebih besar dan meminimalisir
kegaduhaan dikelas
5) mengembangkan sikap kepemimpinan siswa dan meningkatkan rasa
percaya diri siswa
6) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, memberi
kesempatan kepada siswa untuk membangkitkan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
24
4) Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran banyak. Perlu adanya waktu
untuk pembagian kelompok, diskusi kelompok yang terkadang siswa
membutuhkan waktu lebih banyak, serta waktu untuk mengkondisikan
siswa dalam menjawab pertanyaan terkadang sangat lama.
5) Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang
berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.
Sedangkan menurut Ahmad (2010) kekurangan pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah:
1) efisiensi waktu, belajar dengan menggunakan metode NHT memerlukan
waktu yang agak panjang agar siswa memahami materi yang diajarkan.
Pemahaman materi bersifat individual dalam kelompok, hal ini juga
menimbulkan multitafsir materi pada siswa berkemampuan akademik
tinggi.
2) membuat panik siswa, pembelajaran dengan metode NHT tidak hanya
membuat siswa percaya diri, namun dapat membuat siswa grogi atau
panik. Hal ini terlihat ketika siswa yang dipanggil nomornya untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan.
3) membuat repot guru, metode NHT merupakan metode belajar diskusi
kelompok yang menggunakan kelompok, sehingga sebelum
pembelajaran dimulai guru harus menyediakan nomor, membuat RPP
yang sesuai dengan tipe NHT, menyiapkan rencana lainnya jika
pembelajaran tipe NHT tidak berfungsi secara maksimal.
26
25
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Numbered Heads Together¸ merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang diciptakan oleh Kagan pada tahun 1993. NHT
memiliki karakteristik yang mengadopsi dari enam kunci kesuksesan
pembelajaran kooperatif, yaitu (1)effective formation and utilization of
teams; (2)development of the will among students to work together;
(3)efficient management techniques; (4)development and practice of social
skills among students; (5)appropriate implementation of structures;
(6)inclusion of four basic principles, symbolized by the acronym PIES.
Karakteristik NHT sendiri antara lain, (1)pembelajaran secara
tim/kelompok; (2)didasarkan pada fungsi managemen kooperatif;
(3)kemauan untuk bekerja sama; (4)keterampilan bekerja sama. Dari
karakteristik NHT tersebut yang membedakan dengan model pembelajaran
lainnya. Tujuan yang diharapkan dari pembelajaran bertipe NHT adalah
(1)hasil belajar akademik; (2)pengakuan adanya keragaman antar siswa;
(3)pengalaman keterampilan sosial. Tahapan pembelajaran bertipe NHT
sebagai berikut (1)penomoran; (2)pengajuan pertanyaan; (3)berfikir bersama,
serta (4)pengajuan jawaban yang diakhiri dengan kegiatan penyimpulan.
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat
dimanfaatkan untuk pembelajaran dengan tujuan (1)meningkatkan keaktifan
siswa dan prestasi belajar siswa di kelas; (2)pembangun dan pendalaman
konsep yang disusun dengan struktur yang menyenangkan; serta
(3)kuis/pemecahan masalah yang menimbulkan persaingan yang sehat antar
siswa dengan tetap menghadirkan suasana kondusif di dalam kelas.
B. SARAN
Model pembelajaran kooperatif dengan tipe Numbered Heads
Together merupakan model yang sudah sering digunakan dalam pembelajaran
di sekolah formal. Namun dalam penggunaannya, guru tingkat sekolah dasar
saja yang masih menerapkan model NHT. Hal ini dikarenakan, pertama,
kurangnya wawasan guru mengenai bentuk lain NHT dan kurangnya minat
guru tingkat lanjutan mengatur kegiatan pembelajaran yang lain dari
27
biasanya. Hal ini dapat ditanggulangi dengan cara memperbanyak wawasan
guru mengenai sintaks dan susunan NHT yang tepat untuk siswa tingkat
lanjutan dan kemauan guru untuk mengusahakan sebuah inovasi dalam
pembelajaran di kelas.
Kedua, guru enggan merasa kerepotan dan berusaha meminimalisir
waktu pembangunan konsep sehingga masih banyak waktu yang terbuang
sia-sia hanya dengan tugas pemecahan masalah yang sering ditampilkan di
kelas. Tidak dapat dipungkiri bahwa NHT memerlukan waktu yang relatif
lama untuk mengkondisikan siswa agar tetap kondusif berlajar namun tetap
pembelajaran yang menyenangkan, namun dengan pengaturan waktu yang
tepat saat menyusun RPP dapat membantu guru dalam me-manage waktu
pembelajaran di kelas. RPP bertipe NHT sudah banyak tersedia di media
masa, tinggal sepandai-pandainya guru dalam memanfaatkan dan
mengaplikasikan.
Ketiga, NHT hanya bisa digunakan untuk pembelajaran dalam
pemecahan masalah saja. Guru dengan metode mengajar konvensional masih
terpaku dengan pernyataan bahwa NHT hanya dapat digunakan sebagai
sarana pada saat pemecahan masalah saja. Justru dengan kreatifitas, guru
dapat menciptakan pembelajaran konsep dengan menggunakan model NHT.
NHT dirancang sebagai model pembelajaran menyenangkan namun tidak
melupakan fungsi pendidikan, yaitu mencerdaskan siswa. NHT memberi
keuntungan berlipat-lipat seperti, multifungsi (dapat digunakan untuk
pembangun konsep serta pemecah masalah), menyenangkan (karena berbeda
dengan cara konvensional), serta meningkatkan keaktifan siswa di kelas yang
artinya akan meningkatkan prestasi siswa dalam materi yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif bertipe Numbered
Heads Together.
28
LATIHAN
29
B. Penomoran –berfikir bersama – pengajuan pertanyaan – pemberian
jawaban
A. Toleransi berkurang
30
kelebihan dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dijelaskan
oleh ....
A. Hill (1993)
B. Tryana (2008)
C. Ibrahim (2007)
D. Ahmad (2010)
10. Salah satu kekurangan pembelajaran kooperatif menurut Ahmad (2010)
adalah ....
A. Pengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang
berbeda-beda sehingga membutuhkan waktu khusus
B. Membuat panik siswa, karena tidak hanya membuat siswa percaya
diri, namun dapat membuat siswa grogi atau panik. Hal ini terlihat
ketika siswa yang dipanggil nomornya untuk
C. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat
menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah. (kasus
khusus)
D. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
B. Soal Uraian
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Kooperatif ?
2. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT?
3. Sebutan langkah-langkah pembeajaran kooperatif tipe NHT menurut
Ibrahim (2000)!
4. Sebutkan manfaat pembelajaran dengan menggunakan tipe NHT!
5. Sebutkan kelebihan dan kekurangan pembelajarang dengan model NHT!
31
KUNCI JAWABAN
9. A. Hill (1993)
10. B. Membuat panik siswa, karena tidak hanya membuat siswa percaya diri,
namun dapat membuat siswa grogi atau panik. Hal ini terlihat ketika siswa
yang dipanggil nomornya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
B. Soal Uraian
1. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-
kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah
ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk
memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam
proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian
besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi
pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim
(2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang
32
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap
isi pelajaran tersebut.
3. Langkah 1: Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2: Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi
nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang
berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini
guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang
beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga
setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan
jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan
percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis
kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok
digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-
masing kelompok.
Langkah 3: Bahan dan sumber pembelajaran sebagai referensi
Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan.
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket
atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau
masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4 : Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa
sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa
berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang
mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari
yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5 : Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
33
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6 : Memberi kesimpulan
4. Pembelajaran model NHT memiliki beberapa manfaat dalam pembelajaran.
Beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap
siswa yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000), antara lain
adalah :
rasa harga diri menjadi lebih tinggi;
memperbaiki kehadiran (presensi);
penerimaan terhadap individu lain menjadi lebih besar;
perilaku mengganggu menjadi lebih kecil;
konflik antara pribadi berkurang;
pemahaman yang lebih mendalam;
meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi;
hasil belajar lebih tinggi.
5. Kelebihan :
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,
mampu memperdalam pamahaman siswa,
menyenangkan dalam belajar,
mengembangkan sikap positif siswa,
mengembangkan sikap kepemimpinan siswa,
mengembangkan rasa ingin tahu siswa,
meningkatkan rasa percaya diri siwa,
mengembangkan rasa saling memiliki, serta
mengembangkan keterampilan untuk masa depan.
Kekurangan :
efisiensi waktu, belajar dengan menggunakan metode NHT
memerlukan waktu yang agak panjang agar siswa memahami materi
yang diajarkan. Pemahaman materi bersifat individual dalam
kelompok, hal ini juga menimbulkan multitafsir materi pada siswa
berkemampuan akademik tinggi.
membuat panik siswa, pembelajaran dengan metode NHT tidak hanya
membuat siswa percaya diri, namun dapat membuat siswa grogi atau
panik. Hal ini terlihat ketika siswa yang dipanggil nomornya untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan.
membuat repot guru, metode NHT merupakan metode belajar diskusi
kelompok yang menggunakan kelompok, sehingga sebelum
34
pembelajaran dimulai guru harus menyediakan nomor, membuat RPP
yang sesuai dengan tipe NHT, menyiapkan rencana lainnya jika
pembelajaran tipe NHT tidak berfungsi secara maksimal.
35
DAFTAR PUSTAKA
Maisyarah. 2015. Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Math Didactic: Jurnal Pendidikan
Matematika, (I): 125-131.
Noor, Aisjah Juliani, dan Megawati. 2014. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) pada Pemecahan Masalah Matematika di
Kelas VII SMP. EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, (II): 45-52.
Paembonan, Roni Dudung., Hamid, Abd., dan Rochaminah, Sutji. 2014. Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Penarikan Kesimpulan
Logika Matematika di Kelas X SMA GPID Palu. Jurnal Elektronik
Pendidikan Matematika Tadulako, (II): 98-108.
36