Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan dapat selesai tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini tentunya tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk ini kami ucapkan terima kasih kepada Dr.
Rochmad, M.Si. selaku Dosen Filsafat Pendidikan Matematika yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.

Pada penyusunan makalah ini kami mengambil judul “Model Numbered


Heads Together dalam Pembelajaran Matematika”. Di sini kami membahas tentang
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT). Untuk lebih jelasnya, kami akan menjelaskan secara lengkap
dan detail pada halaman berikutnya.

Kami berharap meskipun penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna
semoga dapat bermanfaat bagi pembaca agar kita semua dapat mengambil pelajaran
dan nilai-nilai positif dari teknologi masa kini. Kurang lebihnya kami mohon saran
dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan karya tulis
selanjutnya.

Semarang,10 Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....…………………………………………………………...ii


DAFTAR ISI …………………….…………………………………….…………...iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ..…...………………………………………......................1
I.2. Rumusan Masalah ..…...……………………….…………………….........1
I.3. Tujuan ..…...………………………………….…………………………....2
I.4. Landasan Teori………..…………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif NHT...………………………...3

2.2 Karakteristik dan Tujuan Model Pembelajaran Numbered Heads Together..5


2.2.1 Karakteristik Model Pembelajaran Numbered Heads Together.....9
2.2.2 Tujuan Model Pembelajaran Numbered Heads Together..………..8
2.3 Langkah Pembelajaran NHT pada Pembelajaran Matematika ....................9

2.3.1 Langkah Pembelajaran dengan model NHT ...............................14

2.3.2 Model NHT untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam


Pembelajaran Matematika .......................................................12

2.3.3 Model Numbered Heads Together dalam Pemecahan Masalah pada


Pembelajaran Matematika .....................................……………16

2.3.4 Model Numbered Heads Together dalam Pendalaman Konsep pada


Pembelajaran Matematika …………………………...................20

2.4 Manfaat, Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Numbered Heads


Together...........................................................................................23

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………27
3.2 Saran ……………………………………………………………….........27
LATIHAN

iii
A. Soal Pilihan Ganda......……………………………………........…….....29
B. Soal Uraian …………………………………......……………..………...31
C. Kunci Jawaban Soal Pilihan Ganda ……………………………………..32
D. Kunci Jawaban Soal Uraian …………………………….......….…........32
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..……..36

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang


mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-
kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah
ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk
memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam
proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian
besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi
pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Number Heads Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran
yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah,
dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya
dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan
oleh Spencer Kagan tahun 1993. Model NHT adalah bagian dari model
pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur
Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada
kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan
sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mengacungkan
tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab
pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan
kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan
untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh
Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam

1
menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

B. Landasan Teori
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang cukup banyak
diterapkan di sekolah-sekolah adalah Numbered Heads Together atau
disingkat NHT, tidak hanya itu saja, NHT juga banyak sekali digunakan
sebagai bahan penelitian tindakan kelas (PTK).
Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Headsss)
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberikan
kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik
ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan
usia anak didik.

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah antara lain:
1. mengetahui model pembelajaran Numbered Headss Together;
2. mengetahui latar belakang adanya model pembelajaran Numbered Headss
Together;
3. mengetahui penerapan model pembelajaran Numbered Headss Together
dalam pembelajaran matematika.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NHT

Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads)


dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberikan kesempatan
pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban
yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik ini bisa digunakan untuk
semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang cukup banyak


diterapkan di sekolah-sekolah adalah Numbered Head Together atau disingkat
NHT, tidak hanya itu saja, NHT juga banyak sekali digunkan sebagai bahan
penelitian tindakan kelas (PTK). Number Head Together adalah suatu model
pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam
mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang
akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali
dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari
model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada
kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan
sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan
tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab
pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan
kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang


mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil

3
dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan.
Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan
kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir
dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas
pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta
berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Johnson, Johnson dan Holubec (dalam Affandi Zakaria dan Zanaton


Iksan, 2006:1) mengusulkan lima unsur penting dari pembelajaran kooperatif :

a. Positive interpedence : The success of one learner is dependent on the


success of the other learners.

b. Promotive interaction : Individal can achieve promotive interaction other’s


conclusions, providing feedback, encouraging and striving for mutual
benefits.

c. Individual accountability : Teachers should assess the amount of effort that


each member is contributting. These can be done by giving an individual
test toeach student and randomly calling students to present their group’s
work.

d. Interpersonal and small-group skills : Teachers must provide opportunities


for group members to know each other, accept and support each other,
communicate accurately and resolve differeces contructively.

e. Group processing : Teachers must also provide opportunities for the class to
assess group progress. Group processing enables group to focus on good
working relationship, facilitates the learning of cooperative skills and
ensures that members receive feedback.

Dengan demikian terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran


kooperatif, yakni :

a. Saling ketergantungan positif antar siswa;

4
b. Interaksi promotif dengan saling membantu, saling menukar sumber daya,
memberikan umpan balik, dan memanfaatkan timbal balik;

c. Tanggung jawab individu, guru memberi tes individu kepada siswa dan
secara acak memanggil siswa untuk menyajikan pekerjaan kelompok
mereka;

d. Interpersonal dan ketrampilan kelompok kecil;

e. Proses berkelompok yang memusatkan hubungan kerjasama yang baik,


memudahkan ketrampilan kooperatif dan memastikan anggota kelompok
menerima umpan balik.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe


pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen
dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah
bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.

B. Karakteristik dan Tujuan Model Pembelajaran Numbered Heads Together

Model Pembelajaran Numbered Heads Together memiliki karakteristik


dan tujuan sebagai berikut ini.

1. Karakteristik Model Pembelajaran Numbered Heads Together


Kagan considers six keys to be successful in cooperative learning:
1) Effective formation and utilization of teams
2) Development of the will among students to work together
3) Efficient management techniques
4) Development and practice of social skills among students
5) Appropriate implementation of structures
6) Inclusion of four basic principles, symbolized by the acronym PIES in
which:
a. P – Positive Interdependence = A gain for one is a benefit for the
other

5
b. I – Individual Accountability = Students work together as a team to
create and to learn, but ultimately every individual student is
responsible for his or her own learning
c. E – Equal Interaction = Students learn by interacting with the content
and with fellow students so participation must be relatively equal
d. S – Simultaneous Interaction = Students learn better when a high
percentage of them are actively engaged at once.
Kagan (1993) mengusulkan enam kunci kesukesesan pembelajaran
kooperatif, yaitu:
1) keefektifan pembentukkan dan pemanfaatan kerja dalam tim;
2) membangun siswa untuk bisa bekerja sama dengan yang lainnya;
3) salah satu teknik mengatur yang efektif;
4) membangun dan menuntut siswa untuk bersosialisasi;
5) pelaksanaan sesuai susunan yang tepat;
6) mencantumkan empat dasar prinsip, disimbolkan dengan singkatan PIES,
yaitu:
a. P – Positive Interdependence (ketergantungan yang positif) = keadaan
saling menguntungkan satu sama lain
b. I – Individual Accountability (tanggung jawab tiap individu) = siswa
bekerja bersama di dalam kelompok untuk menciptakan dan
mempelajari, tetapi pada akhirnya tiap siswa bertanggung jawab atas
pekerjaannya sendiri.
c. E – Equal Interaction (interaksi yang seimbang) = siswa belajar
menginteraksikan isi materi dan dengan temannya sehingga
partisipasinya seimbang.
d. S – Simultaneous Interaction (interaksi bersama) = belajar siswa
menjadi lebih baik ketika keaktifan mereka tinggi.
Keenam hal di atas yang dijadikan landasan untuk penciptaan
karakteristik model pembelajaran Numbered Heads Together. Numbered
Heads Together merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran
kooperatif menurut Kagan, sehingga landasan untuk tipe NHT juga
mengacu pada kunci kesuksesan pembelajaran kooperatif. Karakteristik
inilah yang membedakan model NHT dengan model pembelajaran lainnya.
Karakteristik model Numbered Heads Together menurut Rusman (2012),
yaitu antara lain:
1) Pembelajaran secara tim

6
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu tim harus
mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling
membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2) Didasarkan pada manajemen kooperatif mempunyai tiga fungsi , yaitu :
a. Fungsi manajemen sebagai perencanaan, menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar
proses pembelajaran berjalan dengan efektif.
b. Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan,
dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.
c. Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik
melalui bentuk tes maupun non tes.
3) Kemauan untuk bekerjasama.
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan
secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerjasama
perlu ditentukan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerjasama yang
baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.
4) Ketrampilan bekerjasama.
Kemampuan bekerjasama dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu
didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan
anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
Adapun menurut Bannet dalam Isjoni (2013) menyatakan ada lima
karakteristik Model Numbered Heads Together (NHT) adalah sebagai
berikut:
1) Positive Interdependence
2) Interaction Face to face (Interkasi tatap muka)
3) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam
anggota kelompok.
4) Membutuhkan keluwesan.
5) Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah
(proses kelompok).
Dalam karakteristik model pembelajaraan kooperatif tipe NHT yaitu
adanya diskusi pendapat yang baik dan rasa tanggung jawab setiap pribadi

7
dalam kelompok mengenai materi pelajaran yang didukung kelewesan
untuk mengemukakan pendapat dalam meningkatkan keterampilan bekerja
sama dalam kelompok.
2. Tujuan Model Pembelajaran Numbered Heads Together
Model pembelajaran Numbered Heads Together pun memiliki tujuan
yang hendak dicapainya. Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak
dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1) hasil belajar akademik stuktural : bertujuan untuk meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik.
2) pengakuan adanya keragaman: bertujuan agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3) pengembangan keterampilan sosial : bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau
pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran
kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagan dalam Ibrahim (2000),
dengan tiga langkah yaitu :
1) pembentukan kelompok;
2) diskusi masalah; serta
3) tukar jawaban antar kelompok.

C. Langkah Pembelajaran Numbered Heads Together pada Pembelajaran


Matematika
1. Langkah Pembelajaran dengan model Numbered Heads Together
Kagan (sebagaimana dikutip dalam Nurhadi, 1999) tahapan
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together adalah:
1) Penomoran (Numbering)
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang
beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor
sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai
dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
2) Pengajuan Pertanyaan (Quenstioning)
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari
materi pelajaran tertentu yang memang sedang dipelajari, dalam

8
membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga
bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
3) Berfikir Bersama (Heads Together)
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir
bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada
anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari
masing-masing pertanyaan.
4) Pemberian Jawaban (Answering)
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa
dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random
memilih kelompok yang harus menjawab pertanyaan tersebut,
selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari keompok tersebut
mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok
lain yang bernomor sama menanggapi jawaban temannya.
Tahapan tersebut kemudian dikembangkan menjadi langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe NHT oleh Ibrahim (2000) ke dalam enam
langkah sebagai berikut:
Langkah 1: Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2: Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi
nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang
berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini
guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang
beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga
setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan
jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan
percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis
kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok

9
digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-
masing kelompok.
Langkah 3: Bahan dan sumber pembelajaran sebagai referensi
Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan.
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket
atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau
masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4 : Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa
sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa
berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang
mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari
yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5 : Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6 : Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Penarikan
kesimpulan dapat dilakukan dengan diskusi satu kelas atau penulisan
kembali rangkuman pembelajaran oleh guru di papan tulis.
Menurut Agus (2014), sintak Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together yang digunakan sebagai landasan menyusun
langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut:

Fase-Fase Perilaku Guru


Fase 1: Establishing set Menjelaskan tujuan pembelajaran,
Menyampaikan tujuan dan informasi latar belakang pelajaran,
mempersiapkan peserta didik. mempersiapkan peserta didik
untuk belajar.
Fase 2: Demonstrating Mendemonstarsikan keterampilan
Mendemonstasikan pengetahuan yang benar, menyajikan informasi
atau keterampilan tahap demi tahap
Fase 3: Guided Practice Merencanakan dan memberi

10
Membimbing pelatihan pelatihan awal.
Fase 4: Feed bacek Mengecek apakah peserta didik
Mengecek pemahaman dan telah berhasil melakukan tugas
memberikan umpan balik dengan baik, memberikan umpan
balik
11
Fase 5: Extended pratice Mempersiapkan
Memberikan kesempatan untuk kesempatan melakukan pelatihan
pelatihan lanjutan dan penerapan lanjutan, dengan pelatihan khusus
pada penerapan kepada situasi
lebih kompleks dalam kehidupan
sehari- hari.
Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipa NHT

2. Model Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa


dalam Pembelajaran Matematika
Model NHT banyak digunakan dalam pembelajaran di sekolah
karena dipercaya dapat meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini cocok digunakan di semua
bidang mata pelajaran. Model ini juga dijadikan landasan untuk penelitian
guna peningkatan keaktifan siswa dalam kelas.
Contohnya penelitian yang berlangsung di kelas X MAN 1
Banjarmasin pada mata pelajaran matematika Bab Akar dan Logaritma.
Penelitian berlangsung selama tiga kali pertemuan dan terbagi menjadi 3
siklus. Penelitian ini akan mengukur keaktifan siswa dalam kelompok tiap
siklusnya.
Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran, peserta didik dibagi
menjadi 7 (tujuh) kelompok heterogen. Pembentukan kelompok
kooperatif akan berubah tiap siklus. Setiap peserta didik menempati
tempat duduk dengan memakai topi yang di bagian depannya
dituliskan angka/ nomor yang telah ditentukan.
Indikator keberhasilan pembelajaran matematika menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dilihat dari adanya
peningkatan aktivitas belajar matematika peserta didik diamati dari
awal hingga akhir tindakan kelas. Aktivitas belajar peserta didik yang
ditetapkan adalah minimal 75%. Hasil penelitian terhadap aktivitas
belajar matematika peserta didik pada setiap siklus dapat dicermati pada
Tabel 2.1.
12
Persentase Peserta Didik Aktif
No Aspek Yang Dinilai
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
1. Melakukan kegiatan 57,25 78,50 98,00
matematik(seperti mempelajari
LKS, menyelesaikan soal,
membuat grafik, dsb.
2. Saling bertukar pikiran, bekerja 51,00 77 91,00
sama, dan berdiskusi dengan
anggota kelompok
3. Merespon menanggapi jawaban 31,25 68 80,00
peserta didik lain
4. Mempresentasikan jawaban 23,25 55,5 75,00
5. Mampu membuat kesimpulan 18,75 52,00 77,00
Rata-rata Peserta Didik Aktif 34,75 66,00 84,50
Tabel 2.1 Aktifitas Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Tabel 2.1, aktivitas belajar matematika peserta didik
terus mengalami peningkatan disetiap siklus. Aktivitas belajar
matematika peserta didik pada Siklus I sebesar 34,75%, Siklus II sebesar
66,00%, dan Siklus III sebesar 84,50%.

Penghargaan Kooperatif Guru memberikan penghargaan kelompok


kooperatif berdasarkan jumlah skor perkembangan tiap kelompok. Skor
diperoleh dari nilai kuis matematika peserta didik. Berikut skor dan
penghargaan kelompok kooperatif antar siklus.

Pada Tabel 2.2, penghargaan kelompok setiap siklusnya terus


meningkat. Pada siklus I, ada 2 (dua) kelompok yang tidak mendapatkan
penghargaan kooperatif. Pada siklus II dan siklus III, seluruh kelompok
telah mendapatkan penghargaan kooperatif.

Penghargaan
NO Kelompok
Siklus I Siklus II Siklus III
1. Kelompok A Good Team Great Team Great Team

13
2. Kelompok B Good Team Great Team Great Team
3. Kelompok C Great Team Super Team Great Team
4. Kelompok D - Good Team Great Team
5. Kelompok E Good Team Great Team Super Team
6. Kelompok F - Good Team Great Team
7. Kelompok G Good Team Great Team Great Team
Tabel 2.2 Penghargaan Kelompok Kooperatif

Hasil belajar matematika peserta didik dilihat dari nilai rata- rata
hasil belajar dan persentase ketuntasan belajar peserta didik. Perbandingan
nilai hasil belajar peserta didik sebelum NHT dan sesudah
menggunakan NHT dapat dicermati pada tabel berikut.

Pada Tabel 2.3, hasil belajar matematika peserta didik sesudah


menggunakan tipe NHT meningkat. Peningkatan rata- rata dan ketuntasan
hasil belajar matematika peserta didik masingmasing sebesar 11,74% dan
142,41%.

Sebelum Menggunakan NHT


Nilai Siklus I Peningkatan
Siklus II Siklus III
NHT
Rerata 65,26 67,63 72,95 78,16 11,74%
Ketuntasan 28,95% 47,37% 76,32% 86,84% 142,47%
Tabel 2.3 Perbandingan Hasil Belajar Peserta Didik

Respon peserta didik terhadap pembelajaran matematika


menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dilihat
pada Tabel 2.4. Berdasarkan Tabel 2.4, respon peserta didik menjawab
ya sebesar 87% sedangkan yang menjawab tidak sebesar 13%. Jadi,
respon peserta didik terhadap pembelajaran matematika (materi Bentuk

14
Akar dan Logaritma) menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT adalah sangat baik.

Pendapat
No 15 Pernyataan
Ya Tidak
1 Saya merasa lebih senang mengikuti 35 3
pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT)
2 Saya lebih termotivasi belajar matematika 35 3
dengan tipe NHT.
3 Model pembelajaran kooperatif tipe NHT 33 5
membuat saya lebih mudah memahami materi
Bentuk Akar dan Logaritma.
4 Model pembelajaran ini (NHT) memberikan 30 8
kesempatan saya untuk mencari jawaban
soal/tugas secara mandiri.
5 Pembelajaran dengan tipe NHT melatih saya 37 1
saling bertukar pikiran, bekerjasama, dan
berdiskusi dengan teman sebangku.
6 Tipe NHT dapat membantu meningkatkan rasa 36 2
tanggung jawab, kebersamaan, dan saling
membantu antar kelompok dalam menyelesaikan
tugas/soal
7 Pada tipe NHT ini guru tidak hanya memberikan/ 34 4
menjelaskan materi pelajaran juga lebih bersifat
membimbing
8 Setuju jika tipe NHT diterapkan pada pokok 28 10
bahasan lain maupun bidang studi lainnya
9 Tipe NHT memberi kesempatan kepada saya 32 6
untuk berani mengungkapkan pendapat, dan
mengajukan pertanyaan
10 Tipe NHT membuat saya akhirnya mampu 31 7
menyimpulkan materi tentang Bentuk Akar dan
Logaritma
Jumlah Skor 331 49
Skor Maksimal 380 380
Persentase 87% 13%
Tabel 2.4 Respon Peserta Didik Menggunakan NHT
Jadi, tipe Numbered Heads Together merupakan tipe pembelajaran
yang efektif untuk meningkatkan keaktifan kelas namun tetap membuat
kondisi kelas tetap kondusif untuk pembelajaran.

3. Model Numbered Heads Together dalam Pemecahan Masalah pada


Pembelajaran Matematika
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga dapat digunakan
untuk pembelajaran matematika pada saat pemecahan permasalahan.
Banyak guru yang menggunakan tipe NHT pada saat proses pemecahan
masalah karena NHT merupakan proses yang sesuai untuk menciptakan
iklim persaingan yang sehat di dalam kelas.
Contohnya dalam penelitian yang menggunakan metode
eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII
semester I SMP Negeri 1 Gambut tahun pelajaran 2013/2014 yang
berjumlah 187 orang, yang terdiri dari 6 kelas. Teknik sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah random sampling (sampel acak),
yaitu bertujuan mengambil 2 kelas secara acak yang tidak mempunyai
perbedaan yang signifikan. Dua kelas tersebut terdiri dari kelas eksperimen
yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran
konvensional.
Data mengenai hasil belajar dikumpulkan melalui tes hasil
belajar, data tentang respon siswa diperoleh melalui angket, dan data-
data lain melalui dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan
perhitungan statistik deskriptif terdiri dari perhitungan rata-rata dan
standar deviasi.
Setelah itu dilakukan uji pendahuluan berupa uji normalitas, uji
homogenitas dan uji beda. Data kemampuan pemecahan masalah
matematika diperoleh berdasarkan nilai tes evaluasi akhir. Pedoman
pemberian skor pemecahan masalah matematika dapat dilihat pada tabel
berikut:

16
Aspek Skor Keterangan
yang dinilai
Memahami 0 Tidak menyebutkan apa yang diketahui
masalah dan apa yang ditanyakan.
17 1 Menyebutkan apa yang diketahui dan
apa yang ditanyakan tapi kurang tepat.
2 Memahami masalah/soal selengkapnya
dengan menyebutkan apa yang diketahui
dan apa yang ditanya dengan benar
Merencanakan 0 Tidak merencanakan masalah sama sekali
1 Menggunakan strategi yang kurang
penyelesaian
dapat dilaksanakan dan tidak dapat
dilanjutkan
2 Menggunakan strategi yang benar tetapi
mengarah pada jawaban yang salah/ tidak
mencoba strategi yang lain
3 Menggunakan prosedur yang mengarah ke
solusi yang benar
Melaksanakan 0 Tidak ada solusi sama sekali
1 Menggunakan beberapa prosedur yang
rencana
mengarah ke solusi yang benar
2 Hasil salah sebagian, tetapi hanya karena
salah perhitungan saja
3 Hasil dan proses benar
Memeriksa 0 Tidak ada menuliskan kesimpulan
1 Ada pemeriksaan dengan menyimpulkan
kembali
masalah tapi kurang tepat
2 Pemeriksaan dilakukan dengan
menuliskan kesimpulan dengan tepat
Tabel 3.1 Pedoman Pemberian Skor Pemecahan Masalah Matematika
Adapun langkah-langkah dalam memecahkan masalah matematika
terhadap skor maksimal pada tes evaluasi akhir dapat dikualifikasikan
sebagai berikut:

No Nilai Keterangan
1 > 95.0 Istimewa
2 80.0-94.9 Amat Baik
3 65.0-79.9 Baik
4 55.0-64.9 Cukup
5 40.1-54.9 Kurang
6 < 40.0 Amat Kurang
Tabel 3.2 Kualifikasi Persentase
Langkah Pemecahan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah didapat dari gabungan nilai
kemampuan
18 memahami masalah, kemampuan merencanakan penyelesaian,
kemampuan melaksanakan rencana, dan kemampuan memeriksa kembali.
Berikut disajikan tabel yang menunjukkan kemampuan pemecahan masalah
berdasarkan hasil tes evaluasi.

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Nilai Kategori
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

> 95.0 Istimewa 0 0 0 0

80.0-94.9 Amat Baik 5 15.6% 6 20%

65.0-79.9 Baik 15 46.9% 5 16.7%

55.0-64.9 Cukup 6 18.8% 4 13.3%

40.1-54.9 Kurang 4 12.5% 13 43.3%

< 40.0 Amat 2 6.2% 2 6.7%


Kurang
Nilai Rata-rata 66.06 61.73

Tabel 3.3 Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas


Kontrol
Berdasarkan hasil penelitian kemampuan pemecahan masalah
matematika, dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT secara keseluruhan berada pada kualifikasi baik yaitu sebesar
46,9% dengan rata-rata 66,06 dimana berdasarkan hasil penelitian
diperoleh bahwa pada kelas eksperimen rata-rata kemampuan
memahami masalah berada pada kualifikasi baik sebesar 37,5% dengan
kemampuan merencanakan penyelesaian berada pada kualifikas baik
sebesar 43,8% dengan kemampuan melaksanakan rencana penyelesaian
berada pada kualifikasi baik sebesar 74,6% dan kemampuan
memeriksa kembali berada pada kualifikasi kurang sebesar 52,2% .
2) Setelah dilakukan analisis uji beda kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan taraf signifikansi 5% ternyata tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kemampuan pemecahan masalah
matematika yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan kemampuan pemecahan masalah matematika menggunakan
model pembelajaran konvensional.
3) Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas
kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional secara
keseluruhan berada pada kualifikasi cukup dengan rata-rata 61,73
dimana berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pada kelas
kontrol rata-rata kemampuan memahami masalah berada pada
kualifikasi amat baik sebesar 30% dengan kemampuan merencanakan
penyelesaian berada pada kualifikas amat kurang sebesar 36,7%
dengan kemampuan melaksanakan rencana penyelesaian berada pada
kualifikasi baik sebesar 16,7% dan kemampuan memeriksa kembali
berada pada kualifikasi amat kurang sebesar 40%.
4) Respon siswa berada pada kualifikasi respon setuju. Hal ini karena
karena model pembelajaran kooperatif tipe NHT baru pertama kali
diterapkan sehingga membuat siswa tertarik dan merasa pembelajaran
tidak membosankan. Model kooperatif tipe NHT juga melatih
kerjasama dan keaktifan siswa dalam belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
NHT merupakan model pembelajaran yang cocok digunakan untuk kegiatan
kelas dalam hal pemecahan masalah.

4. Model Numbered Heads Together dalam Pendalaman Konsep pada


Pembelajaran Matematika
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together juga
dapat digunakan dalam pembelajaran pada saat pendalaman konsep. Seperti
yang terjadi pada siswa kelas X SMA GPID Palu, pada Logika Matematika
sub-bab penarikan kesimpulann.

19
Peneliti melaksanakan tes awal yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa pada materi ingkaran, pernyataan majemuk, dan
tautologi. Hasilnya diperoleh data bahwa pengetahuan siswa pada materi
prasyarat terbagi atas 3 kategori (rendah, sedang dan tinggi), yaitu 3 orang
siswa masuk kategori tinggi, 2 orang siswa masuk kategori sedang, dan 11
orang siswa masuk kategori rendah.
Penelitian yang dilakukan terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus
dilakukan dalam satu kali pertemuan. Pada pertemuan siklus 1 dan siklus 2,
peneliti menerapkan model pembelajaran NHT dengan materi penarikan
kesimpulan logika matematika.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 setiap
pertemuan dilaksanakan berdasarkan fase-fase model pembelajaran NHT,
yaitu (1) fase penyampaikan tujuan dan pemotivasian siswa, (2) fase
penyajian informasi, (3) fase pengorganisasian kelompok belajar dan
penomoran, (4) fase pengajuan pertanyaan/masalah, (5) fase berpikir
bersama, dan (6) fase menjawab.
Tujuan pembelajaran pada siklus 1, yaitu diberikan suatu
argumentasi, siswa dapat menyatakan sah tidaknya argumentasi tersebut
dengan bantuan tabel kebenaran atau dengan menggunakan prinsip modus
ponens, modus tollens, dan silogisme. Tujuan pembelajaran pada siklus 2,
yaitu diberikan beberapa premis, dengan menggunakan prinsip modus
ponens, modus tollens, dan silogisme, siswa dapat menentukan kesimpulan
yang sah dari premis-premis semula.
Kegiatan inti dari setiap siklus menerapkan fase-fase model
pembelajaran NHT yaitu fase penyajian informasi, fase pengorganisasian
kelompok belajar dan penomoran, fase pengajuan pertanyaan/masalah, fase
berpikir bersama, dan fase menjawab. Pada fase penyajian informasi,
peneliti menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi yaitu
dengan menyajikan materi di depan kelas. Materi yang disajikan yaitu
materi tentang penarikan kesimpulan logika matematika. Lebih rincinya
yaitu pada siklus 1 mengenai pernyataan keabsahan suatu argumentasi
dengan bantuan tabel kebenaran atau dengan menggunakan prinsip modus
ponens, modus tollens, dan silogisme dan pada siklus 2 yaitu mengenai

20
penarikan kesimpulan yang sah dari dua atau lebih pernyataan dengan
menggunakan prinsip modus ponens, modus tollens, dan silogisme.
Pada fase pengorganisasian kelompok belajar dan penomoran pada
siklus 1 dan siklus 2, siswa dikelompokkan dalam 3 kelompok belajar.
Setiap kelompok terdiri atas 5-7 orang. Setiap kelompok diberikan nama
yang berbeda yaitu kelompok 1, kelompok 2, dan kelompok 3. Siswa dalam
setiap kelompok mendapatkan nomor yang berbeda yaitu nomor 1, 2, 3, 4,
5, 6, dan 7. Kemudian tempat duduk siswa dalam kelompok diatur sesuai
urutan nomor.
Pada fase pengajuan pertanyaan/permasalahan pada siklus 1 dan
siklus 2, peneliti mengajukan pertanyaan/permasalahan yang dituangkan
dalam LKS kepada setiap kelompok untuk dikerjakan siswa secara bersama-
sama.
Pada fase berpikir bersama pada siklus 1 dan siklus 2, masing-
masing siswa dalam kelompok mengerjakan soal pada LKS. Selanjutnya
siswa dalam kelompok berdiskusi untuk memperoleh jawaban yang benar
dan memastikan setiap anggota kelompok dapat menyelesaikan atau
memahami jawaban kelompoknya. Ketika siswa berpikir bersama, peneliti
mengontrol kerja siswa dalam kelompok dan mengarahkan siswa yang
mengalami kesulitan.
Pada fase menjawab, peneliti mengundi nomor untuk menentukan
siswa yang akan maju mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Pertama-
tama peneliti mengundi nomor kelompok yang akan maju. Setelah itu,
peneliti mengundi nomor siswa yang akan maju.
Siswa yang nomornya disebutkan mengacungkan tangan dan
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Siswa yang lain
memperhatikan dan menanggapi dalam kegiatan diskusi kelompok. Setelah
itu, peneliti kembali melakukan pengundian nomor seperti pada pengundian
nomor sebelumnya untuk presentasi jawaban selanjutnya sampai semua
jawaban dipresentasikan.
Pada kegiatan penutup, peneliti memberikan tes akhir tindakan pada
setiap siklus. Peneliti memberikan soal tes akhir yang sudah dipersiapkan
sebelumnya. Saat sebelum mereka mengerjakan soal, peneliti menghimbau

22
21
agar siswa tidak melakukan kerja sama saat menyelesaikan soal yang
diberikan.
Pada tes akhir tindakan siklus 1, siswa diberi 2 nomor soal. Berikut
satu diantara soal yang diberikan kepada siswa yaitu: Periksalah
argumentasi berikut, apakah sah atau tidak?
Premis 1: Rio berkulit putih.
Premis 2: Ratih berkulit putih.
Kesimpulan: Rio dan Ratih berkulit putih.
Dengan adanya penelitian ini, diyakini bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dapat digunakan juga untuk pembelajaran dalam
pendalaman materi. Karena dengan langkah yang tepat dan proses
pembelajaran yang menyenangkan, siswa dapat lebih memahami konsep
penarikan kesimpulan dalam bab Logika Matematika.

D. Manfaat, Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Numbered


Heads Together
1. Manfaat Model Pembelajaran Numbered Headss Together
Pembelajaran model NHT memiliki beberapa manfaat dalam
pembelajaran. Beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe
NHT terhadap siswa yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim
(2000), antara lain adalah :
1) rasa harga diri menjadi lebih tinggi;
2) memperbaiki kehadiran (presensi);
3) penerimaan terhadap individu lain menjadi lebih besar;
4) perilaku mengganggu menjadi lebih kecil;
5) konflik antara pribadi berkurang;
6) pemahaman yang lebih mendalam;
7) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi;
8) hasil belajar lebih tinggi.

2. Kelebihan Model Numbered Headss Together


Model pemelajaran kooperatif tipe NHT memiliki kelebihan yang
telah teruji melalui penelitian seperti yang telah dibahas pada sub-bab
sebelumnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Hill (1993) dalam Tryana (2008)
bahwa model NHT memiliki kelebihan diantaranya :
1) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,
2) mampu memperdalam pamahaman siswa,
3) menyenangkan dalam belajar,
4) mengembangkan sikap positif siswa,
5) mengembangkan sikap kepemimpinan siswa,

23
6) mengembangkan rasa ingin tahu siswa,
7) meningkatkan rasa percaya diri siwa,
8) mengembangkan rasa saling memiliki, serta
9) mengembangkan keterampilan untuk masa depan.
Ibrahim (2007) juga mengungkapkan kelebihan dari model
pembelajaran kooperatif tipe NHT, antara lain:
1) menumbuhkembangkan kedisiplinan, minat, kerjasama, keaktifan, dan
kreativitas siswa
2) melibatkan semua siswa sehingga tanggung jawab individu dalam
kelompok meningkat.
3) siswa diharapkan siap untuk menjawab pertanyaan dari guru sehingga
setiap siswa berusaha memperdalam dan memahami materi.
4) penerimaaan terhadap individu lebih besar dan meminimalisir
kegaduhaan dikelas
5) mengembangkan sikap kepemimpinan siswa dan meningkatkan rasa
percaya diri siswa
6) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, memberi
kesempatan kepada siswa untuk membangkitkan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

3. Kelemahan Model Numbered Headss Together


Model Numbered Heads Together juga tak luput dari kelemahan.
Seperti yang disampaikan oleh Hill (1993) dalam Tryana (2008), kelemahan
model NHT adalah sebagai berikut:
1) kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. Hal ini
terjadi jika soal yang disediakan oleh guru lebih banyak dari banyaknya
siswa di dalam kelas, tujuannya adalah sebagai usaha untuk pemahaman
materi lebih mendalam.
2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Hal ini terjadi jika
soal yang disediakan oleh guru lebih sedikit dari banyaknya siswa di
dalam kelas, bisa saja karena materi yang sedang dipelajari memang
merupakan materi yang singkat dan siswa cepat menangkap maksud
materi yang disampaikan gurunya.
3) Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat
menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah. (kasus
khusus)

24
4) Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran banyak. Perlu adanya waktu
untuk pembagian kelompok, diskusi kelompok yang terkadang siswa
membutuhkan waktu lebih banyak, serta waktu untuk mengkondisikan
siswa dalam menjawab pertanyaan terkadang sangat lama.
5) Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang
berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.
Sedangkan menurut Ahmad (2010) kekurangan pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah:
1) efisiensi waktu, belajar dengan menggunakan metode NHT memerlukan
waktu yang agak panjang agar siswa memahami materi yang diajarkan.
Pemahaman materi bersifat individual dalam kelompok, hal ini juga
menimbulkan multitafsir materi pada siswa berkemampuan akademik
tinggi.
2) membuat panik siswa, pembelajaran dengan metode NHT tidak hanya
membuat siswa percaya diri, namun dapat membuat siswa grogi atau
panik. Hal ini terlihat ketika siswa yang dipanggil nomornya untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan.
3) membuat repot guru, metode NHT merupakan metode belajar diskusi
kelompok yang menggunakan kelompok, sehingga sebelum
pembelajaran dimulai guru harus menyediakan nomor, membuat RPP
yang sesuai dengan tipe NHT, menyiapkan rencana lainnya jika
pembelajaran tipe NHT tidak berfungsi secara maksimal.

Dengan adanya kelebihan dan kekurangan yang ditimbulkan dari model


pembelajaran kooperatif bertipe Numbered Heads Together, guru diharapkan mampu
menyusun sintaks yang sesuai dengan materi yang akan dibahas di dalam kelas, serta
memikirkan kembali banyak cara untuk meminimalisir kelemahan yang sudah
dibuktikan oleh peneliti-peneliti di bidang pendidikan dengan tidak mengurangi
tujuan pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa.

26
25
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Numbered Heads Together¸ merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang diciptakan oleh Kagan pada tahun 1993. NHT
memiliki karakteristik yang mengadopsi dari enam kunci kesuksesan
pembelajaran kooperatif, yaitu (1)effective formation and utilization of
teams; (2)development of the will among students to work together;
(3)efficient management techniques; (4)development and practice of social
skills among students; (5)appropriate implementation of structures;
(6)inclusion of four basic principles, symbolized by the acronym PIES.
Karakteristik NHT sendiri antara lain, (1)pembelajaran secara
tim/kelompok; (2)didasarkan pada fungsi managemen kooperatif;
(3)kemauan untuk bekerja sama; (4)keterampilan bekerja sama. Dari
karakteristik NHT tersebut yang membedakan dengan model pembelajaran
lainnya. Tujuan yang diharapkan dari pembelajaran bertipe NHT adalah
(1)hasil belajar akademik; (2)pengakuan adanya keragaman antar siswa;
(3)pengalaman keterampilan sosial. Tahapan pembelajaran bertipe NHT
sebagai berikut (1)penomoran; (2)pengajuan pertanyaan; (3)berfikir bersama,
serta (4)pengajuan jawaban yang diakhiri dengan kegiatan penyimpulan.
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat
dimanfaatkan untuk pembelajaran dengan tujuan (1)meningkatkan keaktifan
siswa dan prestasi belajar siswa di kelas; (2)pembangun dan pendalaman
konsep yang disusun dengan struktur yang menyenangkan; serta
(3)kuis/pemecahan masalah yang menimbulkan persaingan yang sehat antar
siswa dengan tetap menghadirkan suasana kondusif di dalam kelas.

B. SARAN
Model pembelajaran kooperatif dengan tipe Numbered Heads
Together merupakan model yang sudah sering digunakan dalam pembelajaran
di sekolah formal. Namun dalam penggunaannya, guru tingkat sekolah dasar
saja yang masih menerapkan model NHT. Hal ini dikarenakan, pertama,
kurangnya wawasan guru mengenai bentuk lain NHT dan kurangnya minat
guru tingkat lanjutan mengatur kegiatan pembelajaran yang lain dari

27
biasanya. Hal ini dapat ditanggulangi dengan cara memperbanyak wawasan
guru mengenai sintaks dan susunan NHT yang tepat untuk siswa tingkat
lanjutan dan kemauan guru untuk mengusahakan sebuah inovasi dalam
pembelajaran di kelas.
Kedua, guru enggan merasa kerepotan dan berusaha meminimalisir
waktu pembangunan konsep sehingga masih banyak waktu yang terbuang
sia-sia hanya dengan tugas pemecahan masalah yang sering ditampilkan di
kelas. Tidak dapat dipungkiri bahwa NHT memerlukan waktu yang relatif
lama untuk mengkondisikan siswa agar tetap kondusif berlajar namun tetap
pembelajaran yang menyenangkan, namun dengan pengaturan waktu yang
tepat saat menyusun RPP dapat membantu guru dalam me-manage waktu
pembelajaran di kelas. RPP bertipe NHT sudah banyak tersedia di media
masa, tinggal sepandai-pandainya guru dalam memanfaatkan dan
mengaplikasikan.
Ketiga, NHT hanya bisa digunakan untuk pembelajaran dalam
pemecahan masalah saja. Guru dengan metode mengajar konvensional masih
terpaku dengan pernyataan bahwa NHT hanya dapat digunakan sebagai
sarana pada saat pemecahan masalah saja. Justru dengan kreatifitas, guru
dapat menciptakan pembelajaran konsep dengan menggunakan model NHT.
NHT dirancang sebagai model pembelajaran menyenangkan namun tidak
melupakan fungsi pendidikan, yaitu mencerdaskan siswa. NHT memberi
keuntungan berlipat-lipat seperti, multifungsi (dapat digunakan untuk
pembangun konsep serta pemecah masalah), menyenangkan (karena berbeda
dengan cara konvensional), serta meningkatkan keaktifan siswa di kelas yang
artinya akan meningkatkan prestasi siswa dalam materi yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif bertipe Numbered
Heads Together.

28
LATIHAN

A. Soal Pilihan Ganda


1. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya ...
A. Keegoisan antar siswa
B. Kerjasama antar siswa dalam kelompok
C. Persaingan dalam kelompok siswa
D. Prestasi dari siswa
2. Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu metode
pembelajaran …
A. Kooperatif
B. Komprehensif
C. Role Playing
D. CTL
3. Berikut ini yang Bukan baian dari lima unsur penting dalam
pembelajaran adalah…
A. Saling ketergantungan positif antar siswa
B. Interpersonal dan ketrampilan kelompok kecil
C. Proses berkelompok yang memusatkan hubungan kerjasama yang
baik, memudahkan ketrampilan kooperatif, dan memastikan anggota
kelompok menerima umpan balik
D. Menjadikan siswa egois karena terdapat unsur saing
4. Enam kunci kesuksesan pembelajaran kooperatif menurut Kagan (1993),
kecuali…
A. Membangun siswa untuk bisa bekerja sama dengan yang lainnya.
B. Membangun dan menuntut siswa untuk bersosialisasi.
C. Keefektifan tidak membentukkan dan memanfaatan kerja dalam tim.
D. Pelaksanaan sesuai susunan yang tepat.
5. Salah satu tujuan yan hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan
tipe NHT menurut Ibrahim yaitu…

A. Pembentukan kelompok demi tercapai prestasi


B. Pengakuan adanya keragaman
C. Diskusi masalah dalam pembentukan kelompok
D. Tukar jawaban antar kelompok
6. Urutan langkah pembelajaran Numbered Heads Together pada pembelajaran
matematika menurut Kagan adalah ...

A. Penomoran – pemberian jawaban – pengajuan pertanyaan – berfikir


bersama

29
B. Penomoran –berfikir bersama – pengajuan pertanyaan – pemberian
jawaban

C. Penomoran – pengajuan pertanyaan – berfikir bersama – pemberian


jawaban

D. Penomoran – berfikir bersama – pemberian jawaban – pengajuan


pertanyaan

7. Urutan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pembelajaran matematika


menurut Ibrahim adalah ...

A. Persiapan – pembentukan kelompok – bahan dan sumber pembelajaran


sebagai referensi – diskusi masalah – memangil nomor anggota atau
pemberian jawaban – memberi kesimpulan
B. Persiapan – pembentukan kelompok – bahan dan sumber pembelajaran
sebagai referensi – memangil nomor anggota atau pemberian jawaban –
diskusi masalah – memberi kesimpulan
C. Persiapan – pembentukan kelompok – bahan dan sumber pembelajaran
sebagai referensi– memangil nomor anggota atau pemberian jawaban –
diskusi masalah – memberi kesimpulan
D. Persiapan– bahan dan sumber pembelajaran sebagai referensi –
pembentukan kelompok – diskusi masalah – memangil nomor anggota
atau pemberian jawaban – memberi kesimpulan
8. Salah satu manfaat model pembelajaran NHT dalam pembelajaran di kelas …

A. Toleransi berkurang

B. Rasa harga diri merendah

C. Konflik antara pribadi berkurang

D. Meningkatnya rasa individualisme

9. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam


pemahaman siswa, menyenangkan dalam belajar merupakan sebagian

30
kelebihan dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dijelaskan
oleh ....
A. Hill (1993)
B. Tryana (2008)
C. Ibrahim (2007)
D. Ahmad (2010)
10. Salah satu kekurangan pembelajaran kooperatif menurut Ahmad (2010)
adalah ....
A. Pengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang
berbeda-beda sehingga membutuhkan waktu khusus
B. Membuat panik siswa, karena tidak hanya membuat siswa percaya
diri, namun dapat membuat siswa grogi atau panik. Hal ini terlihat
ketika siswa yang dipanggil nomornya untuk
C. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat
menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah. (kasus
khusus)
D. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

B. Soal Uraian
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Kooperatif ?
2. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT?
3. Sebutan langkah-langkah pembeajaran kooperatif tipe NHT menurut
Ibrahim (2000)!
4. Sebutkan manfaat pembelajaran dengan menggunakan tipe NHT!
5. Sebutkan kelebihan dan kekurangan pembelajarang dengan model NHT!

31
KUNCI JAWABAN

A. Soal Pilihan Ganda


1. B. Kerjasama antar siswa dalam kelompok
2. A. Kooperatif
3. D. Menjadikan siswa egois karena terdapat unsur saing
4. C. Keefektifan tidak membentukkan dan memanfaatan kerja dalam tim.
5. B. Pengakuan adanya keragaman
6. C. Penomoran – pengajuan pertanyaan – berfikir bersama – pemberian
jawaban
7. A. Persiapan – pembentukan kelompok – bahan dan sumber pembelajaran
sebagai referensi – diskusi masalah – memangil nomor anggota atau
pemberian jawaban – memberi kesimpulan
8. C. Konflik antara pribadi berkurang

9. A. Hill (1993)
10. B. Membuat panik siswa, karena tidak hanya membuat siswa percaya diri,
namun dapat membuat siswa grogi atau panik. Hal ini terlihat ketika siswa
yang dipanggil nomornya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan

B. Soal Uraian
1. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-
kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah
ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk
memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam
proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian
besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi
pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim
(2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang

32
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap
isi pelajaran tersebut.
3. Langkah 1: Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2: Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi
nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang
berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini
guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang
beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga
setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan
jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan
percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis
kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok
digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-
masing kelompok.
Langkah 3: Bahan dan sumber pembelajaran sebagai referensi
Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan.
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket
atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau
masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4 : Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa
sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa
berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang
mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari
yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5 : Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

33
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6 : Memberi kesimpulan
4. Pembelajaran model NHT memiliki beberapa manfaat dalam pembelajaran.
Beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap
siswa yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000), antara lain
adalah :
 rasa harga diri menjadi lebih tinggi;
 memperbaiki kehadiran (presensi);
 penerimaan terhadap individu lain menjadi lebih besar;
 perilaku mengganggu menjadi lebih kecil;
 konflik antara pribadi berkurang;
 pemahaman yang lebih mendalam;
 meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi;
 hasil belajar lebih tinggi.
5. Kelebihan :
 dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,
 mampu memperdalam pamahaman siswa,
 menyenangkan dalam belajar,
 mengembangkan sikap positif siswa,
 mengembangkan sikap kepemimpinan siswa,
 mengembangkan rasa ingin tahu siswa,
 meningkatkan rasa percaya diri siwa,
 mengembangkan rasa saling memiliki, serta
 mengembangkan keterampilan untuk masa depan.

Kekurangan :
 efisiensi waktu, belajar dengan menggunakan metode NHT
memerlukan waktu yang agak panjang agar siswa memahami materi
yang diajarkan. Pemahaman materi bersifat individual dalam
kelompok, hal ini juga menimbulkan multitafsir materi pada siswa
berkemampuan akademik tinggi.
 membuat panik siswa, pembelajaran dengan metode NHT tidak hanya
membuat siswa percaya diri, namun dapat membuat siswa grogi atau
panik. Hal ini terlihat ketika siswa yang dipanggil nomornya untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan.
 membuat repot guru, metode NHT merupakan metode belajar diskusi
kelompok yang menggunakan kelompok, sehingga sebelum

34
pembelajaran dimulai guru harus menyediakan nomor, membuat RPP
yang sesuai dengan tipe NHT, menyiapkan rencana lainnya jika
pembelajaran tipe NHT tidak berfungsi secara maksimal.

35
DAFTAR PUSTAKA

Fakhrizal. 2017. Model Pembelajaran Numbered Head Together. (Online).


http://www.jejakpendidikan.com/2017/03/model-pembelajaran-numbered-
head.html. (Diakses tanggal: 18 Februari 2018 pukul 22.10).

Maisyarah. 2015. Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Math Didactic: Jurnal Pendidikan
Matematika, (I): 125-131.

Noor, Aisjah Juliani, dan Megawati. 2014. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) pada Pemecahan Masalah Matematika di
Kelas VII SMP. EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, (II): 45-52.

Paembonan, Roni Dudung., Hamid, Abd., dan Rochaminah, Sutji. 2014. Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Penarikan Kesimpulan
Logika Matematika di Kelas X SMA GPID Palu. Jurnal Elektronik
Pendidikan Matematika Tadulako, (II): 98-108.

Patesan, Marioara. 2017. Working Together In Class. Scientific Bulletin,(XXII):


No.2(44).

(Tanpa nama). 2017. Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together. (Online).


http://www.metodeee.com/2017/04/pembelajaran-kooperatif-numbered-head-
together.html. (Diakses tanggal: 18 Februari 2018 pukul 21.58).

Sardjoko, Tri. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered


Heads Together dan Group Investigation pada Prestasi Belajar Matematika
Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa SMA di Kabupaten Ngawi. Hal. 45-
65

36

Anda mungkin juga menyukai