Anda di halaman 1dari 22

1

REFERAT
GLAUKOMA KONGENITAL

Oleh:
JESICA CRISTIN, S.Ked
FAB 118 032

Pembimbing:
dr. Yudika Iwan Kaharap Toemon, Sp.M

KEPANITERAN KLINIK
BAGIAN KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
2019
Pendahuluan
2

 Glaukoma → neuropati optik yang disebabkan


oleh tekanan intra okular yang relatif tinggi,
ditandai oleh kelainan lapangan pandang dan
atrofi nervus optikus.
 Penyebab kebutaan peringkat kedua di Indonesia
setelah katarak.
 Glaukoma kongenital → glaukoma yang terjadi
pada anak dan merupakan penyebab penting
kebutaan pada anak.
Pendahuluan (ii)
3

 Glaukoma congenital primer, dihitung kira-kira


50%-70% dari glaucoma congenital, terjadi
kurang daripada glaucoma dewasa primer dan
jarang terjadi (1 dalam 10.000 kelahiran).
 Glaukoma kongenital terjadi sejak lahir, atau pada
tahun pertama setelah lahir.
 Prognosis buruk terjadi pada bayi dengan
peningkatan TIO dan kekeruhan kornea saat lahir
4

TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Sudut Filtrasi
5

• Sudut filtrasi
merupakan
bagian yang
penting dalam
pengaturan
drainase humor
aqueous.
• Sudut ini
terdapat
didalam limbus
kornea.
Fisiologi Humor Aqueous
6
Definisi
7

 Glaukoma → neuropati optik yang disebabkan


oleh tekanan intra okular yang relatif tinggi,
ditandai oleh kelainan lapangan pandang dan
atrofi nervus optikus.
 Glaukoma kongenital → glaukoma yang terjadi
pada bayi atau anak-anak akibat penutupan dari
sudut iridokorneal oleh suatu membran yang dapat
menghambat aliran dari humor aqueous sehingga
dapat meningkatkan tekanan intra okuler.
Klasifikasi
8

 Glaukoma Kongenital Primer


 Anomali Perkembangan Segmen Anterior
 Berbagai kelainan lain: Aniridia
Epidemiologi
9

 Glaukoma kongenital primer, dihitung kira-kira


50%-70% dari glaukoma kongenital
 Kasus glaukoma pediatric 60% didiagnosa pada
umur 6 bulan dan 80% dalam tahun pertama
kehidupan.
 Perkiraan 65% pasien adalah laki-laki dan terjadi
bilateral dalam 70% kasus.
Etiologi
10

 Membran kongenital menutupi sudut bilik mata


pada saat perkembangan bola mata
 Kelainan pembentukan kanal schlemm
 Saluran keluar cairan mata yang tidak sempurna
terbentuk
Patofisiologi
11

 Adanya sel atau membran abnormal pada


trabekula meshwork (membran barkan) yang
menutupi trabekula meshwork
 Kelainan pada segmen anterior yang lebih meluas
 Insersi muskulus siliaris
Patofisiologi (ii)
12

Perkembangan glaukoma yang dihubungkan dengan


abnormalitas okuler lain, seperti:
 Mikroptalmos

 Anomali kornea

 Disgenesis segmen anterior

 Aniridia

 Anomali lensa

 Hiperplasia persisten vitreus primer


Manifestasi Klinis
13

Trias klasik:
 Epifora

 Fotofobia

 Blefarospasme
(epifora)
Gejala lain:
 Buftalmus

 Edem kornea

 Haab’s striae

(Buftalmus)
Pemeriksaan Klinis
14

 Pemeriksaan mata luar


 Tajam penglihatan
 Tonometri
 Gonioskopi
 Oftalmoskopi
 Ultrasongrafi
Diagnosa Banding
15

Air mata berlebih Pembesaran kornea atau


• Obstruksi duktus pembesaran rupa
lakromalis • X-linked megalocornea
• Defek epitel kornea atau • Eksoftalmus
abrasi • Shallow orbits (mis,
• Konjungtivitis craniofacial dysostoses)
Diagnosa Banding (ii)
16

Kekeruhan kornea Abnormalitas saraf


 Trauma lahir optic
 Inflamasi kornea • Optic nerve pit
 Congenital hereditary • Optic nerve
endothelial dystrophies (CHED) coloboma
 Malformasi kornea
• Optic nerve
 Keratomalasia
hypoplasia
 Penyakit metabolic yang
berhubungan dengan • Optic nerve
abnormalitas kornea malformation
 Penyakit kulit yang menginfeksi • Physiologic cupping
kornea
 Choristomas
 Inflamasi intraurin
 Keratitis
Penatalaksanaan
17

 Glaukoma kongenital ditangani melalui operasi dan


pengobatan
 Teknik operasi yg banyak dilakukan:
 Goniotomy → kornea jernih
 Trabeculotomy→ kornea keruh

• Jika gagal :
Trabekulektomi dilanjutkan obat antimetabolit atau
dilakukan glaukoma valve-shunt →→ cyclodestruktif
dengan laser
Komplikasi
18

 Kebutaan yang berat Komplikasi serius akibat intervensi


 Fotophobia operasi:
• Hifema
 Hiperlakrimasi
• Infeksi
 Tekanan intraokular yang • kerusakan lensa
meningkat • uveitis
 Blefarospasme
 Ambliopia (mata malas)
Setelah tekanan intraokular dapat
 Ablatio retina dikontrol, kurang lebih 50% anak tidak
 Astigmatisme mencapai visus lebih dari 20/50.
 Dislokasi lensa.
Prognosis
19

 Prognosis glaukoma kongenital adalah baik dalam


80-90% pada pasien yang ditangani lebih awal.
 Prognosis paling → bayi dengan operasi
trabekulodisgenesis antara umur 2 – 8 bulan
 Prognosis buruk → bayi dengan peningkatan TIO
dan kekeruhan kornea saat lahir.
 Pada kasus yang tidak diobati, kebutaan timbul
dini.
Kesimpulan
20

 Glaukoma → neuropati optik yang disebabkan oleh tekanan


intra okular yang relatif tinggi, ditandai oleh kelainan
lapangan pandang dan atrofi nervus optikus.
 Glaukoma kongenital →glaukoma yang paling sering terjadi
pada anak → penyebab penting kebutaan pada anak.
 Tanda dan gejala klinis glaukoma kongenital ini mencakup 3
tanda klasik berupa, Epifora, Fotofobia, Blefarospasme
 Dapat ditegakkan dengan pemeriksaan berupa pemeriksaan
mata luar, tajam penglihatan, tonometry, gonioskopi,
oftalmoskopi, ultrasonografi, pemeriksaan lapang pandang,
dan test provokasi.
Daftar pustaka
21

1. Liesegang TJ, Skuta GL. Childhood Glaucoma in Glaucoma. American Academy of Opthalmology.
Section 10. USA. 2005; p147-151.
2. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Yogyakarta : Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada, 2007.
3. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum. Ed 14th. Jakarta: Widya Medika, 2000.
4. Urban, Robert C. Primary Congenital Glaucoma. [diakses 10 April 2011]. Diunduh
dari: http://www.emedicinehealth.com.
5. Masseen J, Kwon YH. Primary Congenital Glaucoma. 2005 [ diakses: 10 April 2011]. Diunduh dari:
http://webeye.ophth.uiowa.edu.
6. Amoaku G, Browning G. Common Eye Diseases and Their Management. Third Edition. Springer-Verlag
2006; 12: 101-2.
7. Blanco AA, Wilson RP, Costa VP. Pediatric Glaukoma and Glauoma Associated with Developmental
Disorders. In Textbook: Handbook of Glaucoma. Martin Dunitz Ltd 2002;10: 147-51.
8. Yanoff M, Duker JS, Ausburger JJ. Ophthalmology 2nd Edition. Mosby Inc 2004: 1475-82.
9. Vavvas D, Grosskreutz C, Pasquale L. Congenital Glaucoma (Childhood). 2011. [diakses 9 April 2011]
Diunduh dari: http://www.djo.harvard.edu/site.php?url=/patients/pi/416
10. Health Grades. Congenital Glaucoma. 2009. [diakses 9 April 2011] Diunduh dari:
http://www.wrongdiagnosis.com/c/congenital_glaucoma/intro.htm&rurl=translate.google.co.id&anno=2
&usg=ALkJrhgUsUG9DqiGWDCuYv2x_NO7FlyDYw
22

Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai