Anda di halaman 1dari 12

TRAUMA HIDUNG

PENDAHULUAN
 Hidung merupakan bagian paling menonjol pada
wajah dan memungkinkan terjadi trauma
 Trauma pada hidung dapat mengenai
 Kulit
 Jaringan subkutis
 Kerangka tulang
 Konka
 Septum
 Os maksila
KLASIFIKASI
 Trauma pada hidung dibagi berdasarkan waktu
trauma
 Trauma baru : < 2 minggu
 Trauma lama : > 2 minggu
 Berdasarkan hubungan dengan dunia luar
 Trauma terbuka
 Trauma tertutup

 Berdasarkan arah trauma


 Lateral (fr. Ipsilateral, septum deviasi, fr. Kontralateral)
 Frontal (open book fracture)
 Inferior (fr septum, dislokasi septum)
GAMBARAN KLINIS
 Gambaran klinis pada trauma hidung
 Edema
 Hematoma
 Laserasi
 Epistaksis
 Deformitas
 Krepitas
Deformitas dan krepitasi sering ditemukan pada
fraktur
 Pemeriksaan penunjang
 Radiologi  Ro Os Nasal AP-lateral
FRAKTUR 1/3 TENGAH WAJAH
 Fraktur yang sering terjadi pada
wajah yaitu pada 1/3 tengah
wajah yang melibatkan os nasal,
fraktur ini disebut juga fraktur Le
Fort (LeFort Fractures)
 Fraktur jenis ini terbagi menjadi
III tipe
 Nama fraktur ini diambil dari
seorang ahli bedah prancis Rene
Le Fort (1869-1951)
FRAKTUR 1/3 TENGAH WAJAH
 Le Fort I
 Jenis fraktur yang sering terjadi, meliputi fraktur
horizontal bagian bawah maksila dan palatum
 Menyebabkan terpisahnya prosesus alveolaris dan
palatum durum. Terjadi pergerakan rahang atas (floating
jaw), pergerakan palatum durum, dan gigi bagian atas
 Fraktur dapat unilateral/ bilateral
 Tanda gejala:
 Edema wajah
 Hipoestesia nervus infraorbital (kemungkinan krn edem)
 Pemeriksaan dengan memegang gigi seri dan palatum
durum dan mendorong masuk dan keluar secara perlahan
FRAKTUR 1/3 TENGAH WAJAH
 Le Fort II
 Fraktur piramidal, berjalan melalui tulang hidung 
tulang lakrimalis  dasar orbita  pinggir infraorbita dan
menyeberang ke bagian atas dari sinus maksila  ke arah
lamina pterigoid sampai ke arah fossa pterigoipalatina
 Fraktur pada lamina kribriformis dan atas sel etmoid
dapat merusak sistem lakrimalis
 Fraktur ini disebut juga floating maxilla
 Tanda gejala
 Edema wajah
 Edema kedua periorbital disertai ekimosis (terlihat seperti racoon
sign)
 Perdarahan subkonjungtiva dan hipesthesia nervus intraorbital
 Maloklusi
 Deformitas area infraorbital dan sutura nasofrontal
 Keluar cairan serebrospinal dan atau epistaksis
FRAKTUR 1/3 TENGAH WAJAH
 Le Fort III
 Garis fraktur melalui sutura nasofrontal  sepanjang
etmoid junction  fissura orbitalis superior melintang 
arah dinding lateral ke orbita  sutura zigomatico-frontal
 sutura temporo-zigomatikum
 Fraktur ini disebut juga cranio-facial disjunction,
merupakan fraktur yang memisahkan secara lengkap
tulang wajah (seluruh kompleks zigomatomaksila)
 Tanda gejala
 Edem wajah masif
 Ekimosis periorbital
 Remuk wajah dan mobilitas tulang zygomatomaksila
 Pergerakan gigi dan palatum durum
 Epistaksis dan keluarnya cairan cerebrospinal melalui hidung
FRAKTUR NASAL
 Riwayat trauma dengan bengkak dan krepitasi pada
hidung.
 Pasien mungkin mengalami epistaksis
 Menyebabkan deformitas septum nasal karena
pergeseran septum dan fraktur septum

 Metode palpasi kompleks


nasal pada fraktur
 Menggerakkan piramida
nasal ke kanan dan kiri,
melihat mobilitas
PEMERIKSAAN
 INSPEKSI
 Deformitas, memar, abrasi, laserasi, edem
 Bentuk (asimetris/ simetris)
 Otorrhea/ rhinorhea
 Ekimosis dan atau epistaksis

 PALPASI
 Periksa gigi (mobilitas, krepitasi, maloklusi)
 Periksa stabilitas wajah (menggenggam gigi,
mendorong maju mundur, naik turun)
 Periksa hidung (pelebaran sisi tengah hidung/
dislokasi, krepitasi), lihat septum hidung
(hematoma)
PENATALAKSANAAN
 Manajemen umum
 Airway
Perhatikan sumbatan jalan nafas
 Breathing
Perlu intubasi  tracheostomi
 Circulation
Kontrol perdarahan
 Disability
 Exposure
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai