Penyakit sel sabit adalah hemoglobinopati herediter dimana sel-sel darah merah (SDM) mengandung hemoglobin abnormal. Sel darah merah berbentuk sabit ini hanya dapat bertahan hidup selama 10-20 hari, di mana sel darah merah normal dapat hidup selama 120 hari. Penyakit sel sabit adalah hemoglobinopati yang disebabkan oleh kelainan struktur hemoglobin. Kelainan struktur terjadi pada fraksi globin di dalam molekul hemoglobin. Globin tersusun dari dua pasang rantai polipeptida. Misalnya, Hb S berbeda dari Hb A normal karena valin menggantikan asam glutamat pada salah satu pasang rantainya. Pada Hb C, lisin terdapat pada posisi itu. Substitusi asam amino pada penyakit sel sabit mengakibatkan penyusunan kembali sebagian besar molekul hemoglobin jika terjadi deoksigenasi (penurunan tekanan O2). Sel-sel darah merah kemudian mengalami elongasi dan menjadi kaku serta berbentuk sabit. a. Bengkak luar biasa pada jari-jari tangan dan jempol kaki (hand foot syndrome/dactylitis) b. Dapat terjadi kerusakan pada kemampuan ginjal untuk mengkonsentrat urin sehingga meningkatkan berkemih pada anak- anak dan mengompol c. Kadar hemoglobin 6-9 g/dl atau kurang dari itu d. Wajah pucat e. Mudah lelah f. Kehilangan nafsu makan a. Pemerikaaan darah lengkap b. Pemeriksaan darah atau sel janin saat prenatal mengidentifikasi adanya status homozigot pada janin. c. Pemeriksaan pewarnaan SDM d. Tes tabung turbiditas sabit e. Elektroforesis hemoglobin f. Radiografik tulang g. Rontgen a. infeksi b. pneumonia c. kerusakan mata d. kecacatan akibat stroke hemoragik atau stroke iskemik (karena kekurangan oksigen ke otak) e. pembesaran limpa f. hipertensi arteri paru-paru (peningkatan tekanan dalam paru- paru) g. ulcer (borok) di kaki karena buruknya aliran darah ke kulit h. gagal ginjal i. batu empedu, karena terlalu banyak sel darah merah yang hancur maka bilirubin dalam aliran darah menjadi banyak sehingga dapat menyebabkan batu empedu. j. mual dan sakit perut karena serangan pada kandungan empedu dan batu empedu 1. Obat percobaan telah menunjukkan beberapa hasil yang menjanjikan, mis: hidroksiurea (meningkatkan produksi hemoglobin janin), setiedilsitrat (pengubah membrane SDM), pentoksifilin (menurunkan viskositas darah dan tahananva skulerperifer), dan vanillin (aditif makanan, sifat antisickling). 2. Dengan segera atasi infeksi, yang mempredisposisikan pada kritis. 3. Intruksikan pasien untuk menghindari ketinggian tinggi, anesthesia, dan kehilangan cairan karena dehidrasi meningkatkan sickling. 4. Berikan terapi asam folat setiap hari untuk meningkatkan kebutuhan sumsum. Terapi Adapun terapi yang dapat dilakukan terhadap penderita anemia sel sabit adalah: 1. Transfusi darah 2. Terapi gen 3. Transplantasi sumsum tulang 4. Mengaktifkan sintesa HbF 5. Pemberian agen anti sickling 6. Penurunan MCHC ... . Orang dewasa dengan anemia sel sabit sebaiknya diimunisasi terhadap pneumonia yang disebabkan pneumokokus. Tiap infeksi harus diobati dengan antibiotik yang sesuai. Transfusi SDM hanya diberikan bila terjadi anemia berat atau krisis aplastik. Pada kehamilan usuhakan agar Hb 10-12 g/dl pada trimester ketiga. Kadar Hb perlu dinaikkan hingga 12-14 g/dl sebelum operasi. Penyuluhan sebelum memilih pasangan hidup adalah untuk mencegah keturunan yang homozigot dan mengurangi kemungkinan heterozigot.(Noer Sjaifullah, 1999) Pengkajian Keperawatan 1. Pengumpulan data a. Identifikasi Pasien : nama pasien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat. b. Identitas penanggung c. Keluhan utama dan riwayat kesehatan masa lalu Keluhan utama: pada keluhan utama akan nampak semua apa yang dirasakan pasien pada saat itu seperti kelemahan, nafsu makan menurun dan pucat. Riwayat kesehatan masa lalu: riwayat kesehatan masa lalu akan memberikan informasi kesehatan atau penyakit masa lalu yang pernah diderita. d. Riwayat kesehatan keluarga Penyakit anemia sel sabit dapat disebabkan oleh kelainan/kegagalan genetik yang berasal dari orang tua yang sama-sama trait sel sabit e. Riwayat kesehatan sekarang – Klien terlihat keletihan dan lemah – Muka klien pucat dan klien mengalami palpitasi – Mengeluh nyeri mulut dan lidah f. Pemeriksaan fisik 1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah. 2. Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan fungsi/ kerusakan miokardial akibat infark kecil, deposit besi, dan fibrosis. 3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan cairan. 4. Nyeri yang berhubungan dengan aglutinasi sel sabit dalam pembuluh darah. 5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan gangguan sirkulasi. 6. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya. TERIMAKASIH